Part 14

   Ia berjalan kearah lorong yang gelap. Tak ada suara, aura dingin, bahkan bulu kuduknya naik sedari tadi.

   Tatapannya turun kepada genggaman di sana. Sedikit rasa khawatir hilang. Tangan kekar itu entah membawanya ke mana.

   Tiba-tiba pria di depannya berhenti. Ia menatap heran tetapi mencoba menetralkan perasaannya. Cepat-cepat ia tersenyum. Seakan hanyut, ia mengikuti lawan jenisnya itu dengan mata yang di tutup. Tempat yang ia rasa semakin lembab.

   Apa harus ia bertanya? Tetapi ia takut jika pacarnya itu marah. Ia mencoba membuang lagi hal buruk.

   Ia rasa tempatnya sudah dekat. Ia tersenyum saat ia mulai di gendong oleh pria di depannya itu. Masuk ke dalam ruangan yang rasanya sunyi, hampa.

   Ia mencoba kembali berpikir positif saat pria di depannya itu menidurkan ia di ranjang besi yang dingin. Ia berusaha diam dan tetap tersenyum.

   Deru napas sudah terdengar di samping telinganya. Pria itu membelai pelan rambutnya.

"Apa kau takut?" Gadis itu hanya menggeleng.

"Jika ada dirimu, buat apa aku takut?" ucapnya sambil terkekeh yang di balas kekehan juga oleh pacarnya.

   Setelah berbincang, tangannya kini di raih dan di cium oleh pria itu. Mata gadis itu masih tertutup.

"Kapan mataku bisa terbuka?" pertanyaan itu membuat pria di sampingnya tersenyum ... meremehkan.

"Nanti ... sayang!"

   Kini aura hangat itu berubah menjadi dingin saat ia merasa tangan dan kakinya di borgol. Ia ingin segera bertanya tapi tak lama mulutnya seakan di masukkan sesuatu.

   Air mata gadis itu keluar. Ia tak percaya akan hal ini. Sudah empat tahun ia mengenal pacarnya itu, tetapi baru kali ini ia diperlakukan seperti ini.

   Pria itu tertawa terbahak-bahak. Pisau di tangan ia biarkan berbunyi, menggeseknya dengan benda tumpul. Perlahan pria itu mendekat dan membuka penutup mata gadisnya.

"Apa kau sudah siap untuk membuka matamu?" Gadis itu menggeleng dan memohon ampun, tetapi Anton semakin membuatnya takut dengan mendekatkan pisau itu ke matanya.

"Akhhhhh!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top