Second

Galea merengut tak suka saat Senja terus memaksanya di telpon agar segera datang ke sebuah Cafe di bilangan Kuningan, pasalnya beberapa orang yang diundang jadi panitia untuk acara Reuni akan berkumpul malam ini.

Jumat malam memang punya euforia tersendiri untuk kota Jakarta, dimana jalanan akan lebih padat dibanding biasanya. Galea sendiri bukan termasuk kedalam orang-orang yang menghabiskan waktu di gedung-gedung tinggi Jakarta, ia hanya guru yang mempunyai jadwal pulang lebih cepat dari pegawai lainnya.

Maka ketika ia sudah berbaring di atas tempat tidur rasanya malas sekali untuk beranjak, gravitasi di atas kasur lebih kuat dari tempat lain. Ponsel Galea kembali berdering, ia baru saja akan mengumpat karena ketidaksabaean Senja yang lagi-lagi menelponnya. Tapi, Galea keliru. Bukan nama Senja yang ada di layar ponselnya.

Kecebong Anyut.

Sebelum menjawab telponnya Galea menarik napas panjang, pada akhirnya Galea tetap akan kalah dengan perasaannya, pada akhirnya ia tidak akan pernah bisa menghindari Alvin. Karena pernyataan tempo hari di lampu merah hati Galea kembali berharap, mungkin menunggu sedikit lebih lama lagi ia bisa mendapatkan hati Alvin.

"Hallo!"

"Lo dateng ke Cafe Bizz?"

Sudah Galea duga, pasti masalah pertemuannya malam ini. Pukul tujuh memang mereka membuat janji, dan ini baru pukul setengah enam tapi semua orang sudah meributkan agar tidak datang terlambat di Grup.

"Iya."

"Masih di rumah?" tanya Alvin di seberang sana, Galea bisa mendengar bisik-bisik teman Alvin yang berpamitan pulang. Sepertinya Alvin masih di kantor.

"Iya." lagi dan lagi hanya kata iya yang keluar dari mulut Galea, menghantam sedikit stok kesabaran yang Alvin punya.

"Mau gue jemput?"

Galea mengigit bibir bawahnya, menimang-nimang jawaban apa yang akan ia berikan. Kalaupun Galea menjawab mau bukankah itu menyusahkan Alvin?

"Enggak perlu, pasti lo kejebak macet kalau harus jemput gue dulu."

"Ya udah, sampe ketemu di sana. Hati-hati di jalan, kalau mau naik ojek online liat dulu muka abangnya udah terstandar muka orang baik belum? liat nomor polisi kendaraannya, kalau diculik bilang biar gue gampang nyarinya."

Galea menelan ludah kasar mendengar rentetan kata yang tak masuk di akal keluar dari mulut Alvin, "Lo lagi doain gue biar diculik?"

"Enggak sih." Suara tawa di seberang sana terdengar kikuk di telinga Galea. "Gue cuman khawatir, ntar hati gue siapa yang mau jagain kalau lo ilang?"

"Bodo amat."

"Gal."

"Apalagi? gue tutup nih telponnya."

"Jangan dandan cantik-cantik yah, takut entar gue banyak saingan."

Ya salam, Galea menggeram frustasi.

"Dasar Kecebong Anyut."

"Yang sudah menghanyutkan hatimu kan," kekeh Alvin di ujung sana sebelum mengakhiri sambungan telponnya.

*******

Galea pikir Alvin akan lebih cepat sampai dibanding dirinya, ternyata Alvin masih belum sampai. Untungnya ia tidak menemani tawaran Alvin untuk menjemputnya, mungkin nanti Alvin bisa lebih terlambat.

"Gimana tetanggaan sama Alvin?" tanya Senja dengan suara yang cukup rendah, Galea sudah menceritakan soal kepindahannya pada Senja. Mengatakan jika Alvin adalah tetangganya adalah hal benar, takut-takut menimbulkan kesalahpahaman di pikiran Senja kelak.

"Biasa aja, cuman intensitas ketemu Alvin lebih sering." Galea menyeruput jus jeruk miliknya, "Jadi fix nikah dua bulan lagi? yakin?"

Raut wajah tenang Senja berubah masam ketika Galea menanyakan hal yang sudah pasti jawabannya, "Lo tau Gal, kalau gue sama Kahfi kan memang dijodohin. Gue masih belum tau caranya jatuh cinta sama dia."

"Tolak aja sih, bilang bokap lo kalau lo pasti bisa bawa calon lebih baik dari Kahfi." Galea tahu sejak awal jika Senja tidak pernah menginginkan hubungannya dengan Kahfi, jika saja bukan Ayahnya yang memaksa pertunangan Senja dan Kahfi takkan terjadi.

"Drama banget sih, tolak terus kabur gitu. Siapa calonnya, cari calon imam yang baik itu satu di antara satu juta lelaki." Senyum Senja kembali teurai, tapi kembali menggernyit ketika suara lelaki yang tak asing ikut ke dalam percakapan mereka.

"Gue calon imam yang baik kok, tanya aja Galea. Udah siap gue imamin kan?" Alvin duduk di depan kursi Galea yang memang masih kosonya, kedua Alisnya terangkat mengejek Galea yang mengembungkan pipinya.

"Dih Alvin modus terus nih." kali Nuril yang mengomentari ucapan Alvin, "Datang-datang bisaan banget duduk depan Galea."

"Ini mau buat susunan panitia lho, bukan acara modusin cewek." Lintang menyenggol bahu Alvin, melirik Galea yang masih menatap kesal ke arah Alvin.

Pembicaraan mereka dimulai dengan Lintang yang akan menjadi ketua panitia, lalu seperti biasanya Galea menjadi Bendahara. Bukan masalah besar untuk Galea ketika ia harus kembali berurusan dengan uang, tapi perasaan khawatir menyusup hatinya ketika Alvin dan Senja disatukan dalam Seksi Acara.

"Pulang sama siapa?" tanya Lintang saat Galea sibuk melahap pudingnya, menyisakan  sedikit fla di sudut bibirnya.

"Sendiri, kenapa?"

"Gue anterin deh." Lintang memilih memajukan sedikit tubuhnya, mengusap sudut bibir Galea dengan ibu jarinya.

"Galea sama gue pulangnya," ucap Alvin, belum sempat Galea menjawab mulut Alvin sudah kembali terbuka. "Kita tetanggaan jadi lebih baik dia sama gue."

Senja menatap penuh tanya di balik senyumnya, "Lebih dari tetangga juga boleh kok, Vin."

Alvin hanya menarik sudut-sudut bibirnya tak menjawab ucapan Senja, lebih memilih membiarkan Lintang bercengkrama dengan Galea.

"Beneran 'kan?" tanya Lintang, Galea hanya mengangguk dengan penuh senyuman. Membicarakan soal Westlife dengan Lintang selalu menjadi ketertarikan tersendiri untuk Galea, keduanya memang menyukai Westlife sejak SMA tak jarang Lintang selalu menemani Galea dulu untuk mencari beberapa poster Boy Band kesayangannya.

"Iya, itu kan salah lo. Ngapain coba hujan ditembus, ya sakitlah jadinya. Emang badan lo waterproof?" cibir Galea, mengingat kejadian dulu saat Lintang dan Galea terjebak hujan, Lintang membiarkan Galea memakai jaket kulitnya dan esoknya Lintang jatuh sakit.

"Wateeproof? emang alis cetar Waterproof." Lintang baru saja akan kembali maju mengacak rambut Galea, tapi tubuh besar Alvin mendorong kursi Lintang hingga tangan Lintang meleset.

"Rese nih lo vin." Lintang menoyor kepala Alvin, "Gue tenggelemin di laut mati nih."

"Bodo amat." Alvin melirik jam di pergelangan tangannya, sudah pukul sepuluh malam. "Pulang yuk, Gal."

"Baru jam sepuluh," protes Lintang ketika Alvin mengisaratkan Galea untuk segera bangun dari duduknya.

"Udah malem."

"Besok sabtu kali, kayak anak kecil lo jam segini udah ribet pulang."

Tetap saja Alvin tak peduli gerutuan Lintang, berpamitan pada temannya yang lain. Membiarkan Galea mengikuti langkahnya.

"Iya, Tan." Galea menempelkan ponselnya di telinga, mengikuti Alvin yang sudah berdiri di depan Mobilnya. Alvin bersender di kap mobilnya, memandangi Galea yang tengah menelpon.

"Ale baru mau pulang."

"..."

"Bareng Alvin, Tan. Nanti Ale tanya Alvin dulu mau enggak mampir dulu ke tempat serabi."

"..."

"Iya, Tan." Galea menutup ponselnya, melirik Alvin yang tengah menarik kedua sudut bibirnya.

"Gue masih heran, kenapa lo manggil diri lo sendiri Ale." Alvin tertawa ringan, melipat kedua tangannya memandang Galea dengan tatapan sensual yang menggelitik hati.

"Karena memang keluarga gue manggil gue Ale, awalnya karena Ibu. Akhirnya keluarga yang lain ikutan deh." Galea meninju lengan Alvin, gemas dengan pria di depannya yang terus tertawa.

"Ale tuh kayak cowok, pantes lo kurang feminin."

"Terserah! Lagian itu cuman keluarga kok yang manggil gue kayak gitu," sungut Galea, ia memalingkan wajahnya sebelum memutar bola matanya karena kesal.

"Berarti kalau gue mau manggil lo Ale, kita harus berkeluarga?'

TBC

A/N :
Kayaknya gue jadiin lapak Alvin tempat curhat mulu yeee 😂

Gue mau bahas sesuatu, ada orang yang awalnya baik. Muji-muji suka komen, dan setelahnya dia ngomongin gue. Rasanya tuh kayak kalau gue buat seneng orang itu baru dia mau bertemen sama gue, dan ketika gue melakukan hal yang nggak dia suka gue diomongin.

Enggak masalah sih, cukup tau aja.
Cuman mau bilang, kalau kalian mau temenan sama gue. Jangan melabeli diri gue sebagai author yang katanya femes (Padahal gue butiran kacang di kaleng Oreo) jangan menyanjung gue, cukup lo mau temenan sama gue karena gue Ora, yang bisa dijadikan teman.

Salam Hangat,

Yang lagi malmingan sama T.O.P
😀😀

23-09-2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top