Ninth
"What you spit
The time I was in front of you
Horses that have been prepared so
Days that were full of excitement
The first meeting with you
This way"
Blah Blah by Cho Kyu Hyun
****
Galea masih betah di indekost Clara, bahkan saat Clara pulang dari kantor pukul delapan malam. Galea masih tertidur di atas ranjang Clara, sore tadi Galea meminta izin pada Clara jika dirinya akan ke indekost Clara untuk sekedar beristirahat.
Mengapa tidak di rumah saja? Galea masih merasa canggung tak pantas berada di sana setelah menyaksikan pertengkaran hebat Tante Fania dan Om Handi. Bukan karena Galea mereka bertengkar, karena Om Handi ternyata memiliki istri muda yang baru saja diketahui oleh Tante Fania.
Isakan hebat Tante Fania membuat hati Galea teriris pilu, ada Falyn semalam yang sengaja mengajak Tante Fania menginap di rumahnya. Rumah tante Fania kini kosong, Tante Fania yang pergi dengan Falyn dan Om Handi yang mendampingi istri mudanya.
"Udah malem, Gal." Clara menggoyangkan bahu Galea, "Nggak mau pulang?"
"Wait...." Galea menengadah menatap langit-langit kamar Clara.
Galea mencari-cari ponselnya, dia mungkin takkan pulang. Menghirup udara luar kota Jakarta malam-malam bukan hal buruk untuk dilakukan.
"Alvin gimana, Le?" tanya Clara saat Galea baru saja menemukan ponselnya.
Ahh..., Galea baru ingat dengan pria itu. Kalau ditanya kenapa Galea bisa menyukai Alvin rasanya terlalu klise kalau diceritakan. Galea takkan pernah bisa menemukan jawaban yang tepat kenapa ia bisa jatuh cinta pada Alvin, sebagai seorang pria Alvin jelas punya cukup kriteria yang diidamkan para wanita. Alvin itu pria santun yang tahu bagaimana caranya memperlakukan wanita dengan benar, jika mau Alvin bisa saja punya sederet mantan seperti Lintang. Dan Alvin tidak seperti itu.
"Gimana apanya?" Galea mengetik pesan untuk dikirim pada Tante Fania yang menyuruhnya pulang ke rumah Falyn saja jika Galea tak ingin sendiri di rumah. Galea menolaknya, nyatanya ia memang sudah terbiasa kesepian.
"Yang waktu Alvin nanyain ke gue ada lo atau nggak, terus tiba-tiba dia jemput di indekost gue. Masa nggak ada apa-apa?" selidik Clara, gadis itu jelas pengamat yang cerdas. Kalau tidak mana mungkin ia menjadi Analyse Credit di salah satu Bank Swasta,
"Hm...," Galea bergumam, memang apa yang bisa ia katakan sekarang? Kalaupun dirinya dan Alvin tengah dekat apa yang bisa Galea janjikan.
Dulu Galea selalu membayangkan bagaimana rasanya saat Alvin tersenyum untuknya, karena Galea memang selalu jutek pada Alvin hanya untuk merahasiakan perasaannya serapi mungkin.
"Sampai tadi Alvin juga WA gue, dikira gue pengasuh lo kali ya." Clara memberengut, "WA gue kalau nanyain lo doang, biasanya nggak pernah WA apa-apa."
"Tanya aja sama dia, yang wa lo juga kan Alvin. Kenapa nanya sama gue coba?" Galea bangkit dari duduknya. Mengambil tasnya, sudah cukup untuk hari ini ia bermalas-malasan di kamar Clara.
"Dasar, jutek masih aja dipendem. Nggak baik jadi cewek jutek, jauh jodoh lho." Nasehat Clara hanya membuat Galea menaikan satu alisnya, ia hampir saja mendebat Clara tentang statement jika cewek jutek jauh jodohnya. Tapi dering ponselnya lagi-lagi mengganggu, bukan nama Tante Fania yang tertera di sana.
Kecebong Anyut.
Malas sekali sebenarnya Galea menjawab telpon dari Alvin, tapi telpon itu masih berdering. Alvin sepertinya cukup gigih untuk menghubungi Galea.
"Hallo," ucap Galea setelah menggeser tanda hijau pada ponselnya.
"Dimana?"
"Gue lagi di halte busway, bentar lagi naek busway.
"Ya udah hati-hati."
Galea menarik napas setelah panggilannya berakhir, Alvin lagi. Lalu kenapa Galea sekarang justru merasa takut, dilema perempuan memang.
"Gue pulang dulu ya." Galea pamit pada Clara yang hanya mengangguk sambil mengucapkan kata hati-hati.
Kakinya baru saja memakai flat shoes yang di simpan di rak bawah indekost Clara yang memang disediakan sengaja untuk tamu. Angin malam berhembus menelesup membawa hawa dingin, Galea menunduk memperhatikan langkah kakinya sampai suara berat menyapanya.
"Sejak kapan Indekost Clara berubah jadi halte busway?"
Kaki Galea mematung, ia mendongakan wajahnya menatap Alvin yang bersandar di motornya. Bukan wajah tenang yang biasa ia dapati, Alvin terlihat sedikit berbeda. Raut wajahnya tak setenang air danau, kalau Galea boleh artikan kali ini bolehkah ia mengartikan jika wajah Alvin menyiratkan perasaan khawatir untuknya.
"Hai, kebetulan banget kok lo ada di sini?" Galea bersikap biasa saja, seolah keberadaan Alvin di sini adalah sebuah ketidaksengajaan yang direncanakan Tuhan.
"Lucu yah." Alvin mendengus menatap Galea dengan tatapan yang tak dapat dimengerti, Galea nyaris mengulas sebuah senyuman tapi urung saat mendengar ucapan Alvin berikutnya. "Kadang lo bisa menjadi orang yang gampang gue kenali, satu waktu lagi lo bisa menjadi asing banget buat gue. Mungkin gue udah salah baca perasaan lo."
Galea melangkah, mengencangkan pegangannya pada tali tas gendongnya. Setelah jaraknya dan Alvin tak terlalu jauh, Galea membuka mulutnya hanya untuk membalas ucapan Alvin. "You don't know me, hanya karena lo tau gue suka sama lo dari Lintang. Bukan berarti lo tau segalanya tentang gue."
Sebenarnya Galea tak ingin mengatakan kata-kata seperti itu, tapi ia terlalu takut tak bisa mengendalikan perasaanya. Kalau hari ini Alvin di sampingnya tak ada jaminan Alvin akan selalu ada di sampingnya kelak, bisa saja apa yang dilakukan Alvin sekarang didasari rasa kasian terhadap Galea. Gadis malang yang menyimpan perasaannya sebegitu dalamnya.
"Kalau begitu biarin gue tau siapa lo?" Alvin terdengar seperti sedang menahan amarah, pria itu menekan suaranya agar tak menggema. "Gue udah bilang sama lo berkali-kali kalau gue serius Gal. Gue bukan pria yang suka menjajakan hatinya ke sembarang perempuan, gue nggak ngerti lagi harus jelasin gimana sama lo."
Alvin terdengar hampir menggeram tapi tak sampai meluapkan emosi begitu hebatnya. Galea mengenal Alvin, bahkan sangat mengenal Alvin. Galea tak pernah melihat Alvin berbicara kasar pada perempuan, atau dengan nada menyentak. Alvin lebih memilih menelan emosinya habis-habis.
"Karena lo nggak pernah anggap gue Vin, pernah nggak lo liat gue sebagai perempuan? pernah nggak lo sadar kalau ada gue yang diem-diem merhatiin lo." untung saja indekost Clara bukan tempat umum yang sering dilalui banyak orang, setidaknya sampai saat ini tidak ada orang yang berlalu lalang.
"Karena lo harus tau, gue bukan cowok yang percaya diri menganggap orang lain suka sama gue. Memangnya gue bisa tau kalau lo nggak ngomong? Kenapa? Harga diri lo merasa terlukai kalau lo bilang duluan sama gue? Kalau Lintang nggak pernah ngomong sama gue itu artinya lo akan tetap sama dengan diam lo, dan nyalahin gue yang nggak pernah peka sama perasaan lo?" Alvin menghela napas panjang, seolah dengan melakukan itu semua kekalutannya hilang. "Perasaan itu bukan barang yang bisa dilihat dan diraba tanpa lo kasih tau, show it if you feel it."
"Gampang yah Vin ngomong gitu, untuk ukuran orang seperti lo yang bisa membuat banyak perempuan jatuh hati tentu aja nyatain perasaan bukan hal sulit, lo nggak akan tau gimana perasaan takut kecewa." Galea tertawa miris, karena orang yang belum pernah terjatuh takkan tahu bagaimana rasanya jatuh. Mereka hanya bisa membayangkan, mengamati seolah tahu bagaimana rasanya. Sejujurnya mereka tak benar-benar paham.
"Seperti yang pernah gue bilang, lo itu cewek kuat yang bisa konsisten dengan perasaan lo begitu lama. Tapi gue harus ingetin satu hal, sekuat dan sahebat apapun cewek tetep akan butuh pundak untuk berbagi beban, akan tetap butuh imam untuk mengingatkan jika dia salah. Dan gue akan dengan senang hati bisa menjadi orang itu buat lo, gue mau jadi rumah tempat lo berlindung dan berkeluh kesah." Alvin memegang pundak Galea erat, membuat tubuh Galea mematung hampir limbung hanya karena sentuhan tangan hangat Alvin yang besar. "Gue mau jadi orang yang membimbing lo menjadi lebih baik, gue mau mulai sekarang lo dan gue melepas segala atribut ketidak tahu dirian kita. Ayoo mulai semuanya, menjadi sepasang orang dewasa yang jujur dengan hati masing-masing."
TBC
A/N:
Alohahahahahah
Selamat bermalam minggu ditemani Bang Alvin, yohoooo..
Dear empens empenss Oppa perut kotak-kotak yang sekarang lagi berjuang ngevote Jagoan kalian di MAMA mari kita lakukan vote dengan damai.
Ayoo Vote Oppa Kesayangan kalian masing-masing. 😘😘
Salam Hangat Ora The Dreamer XD
Yang lagi galau sama lagu-lagunya Kyuh Hyun 😂
Sabtu, 21-10-2017.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top