20. end

"Appa.... "Daehan dan Ryu berlari dan memeluk erat appanya. Mereka baru saja balik dari Thailand tanpa menyelesaikan liburan mereka.

"Kata appa papah akan sembuh?"Daehan mulai menangis dan Ryu hanya diam dan memeluk adiknya mencoba menenangkannya agar tak menangis,  karena Ryu tahu saat Daehan menangis appanya ikutan menangis kembali. Ryu menjadi anak yang lebih kuat untuk situasi seperti ini sesuai pesan papahnya dia harus ada dibariton pertama untuk menjaga Daehan dan appanya.

Kini Ryu pun mengambil alih tugas appanya dan menyiapkan makanan untuk para pelayat.

"Nikmati makananya." Ryu memberikan mangkuk berisi makanan dan kembali membersihkan meja sebelahnya.

"Kakak Daehan bisa membantu. "Daehan mengambil lap itu dan mencoba menbantu.

"Daehan duduk disamping appa saja ya,  temanin appa." Ryu tak tega melihat adikknya ikut bekerja.

"Daehan bisa kak,  appa tertidur." Daehan kini membantu membersihkan ruangan makan. Setelah dua hari menjamu para pelayat dan Ryo besok dimakamkan kini Jiyo istirahat setelah dua hari tidak tidur.

Ryu dan Daehan harus pulang lebih awal saat liburan kemarin. Karena mendapatkan kabar bahwa papahnya meninggal.

"Kak, kita harus gimana? "Tanya Daehan. Daehan bingung dan memeluk kakaknya erat.

Arah pembicaraan Daehan ingin berterusterang pada Jiyo kalau mereka saling suka.

"Kamu harus tidur,  besok pemakaman papah."Ryu mengalihkan pembicaraan dan kini tidur disamping appanya, namun Daehan mengikutinya dan memilih tidurndisamping Ryu. Tanpa sadar nyatanya Jiyo mendengarkan pembicaraan itu dak mulai meneteskan airmatanya. Hal yang dikhawatirkan nya nyatanya terjadi.

.........

"Papah harus bahagia disana ya, jangan khawatir pada Daehan,  Daehan tak akan menyusahkan appa. "Daehan kini menempelkan stiker bunga dilemari kaca pemakaman papahnya. Foto papahnya terseyum disana dan Daehan mengingatnya.

"Pah,  kenapa secepat ini. Daehan rindu" Daehan mulai menangis lagi dan kini Ryu menguatkan Daehan.

"Kita pulang,  appa menunggu." Ryu menggiring adiknya untuk meninggalkan pemakaman. Appanya juga terlihat lemah dan butuh istirahat yang cukup. Mata sembabnya mengisyaratkan bahwa Jiyo terlalu lama menangis. Dan kini pikirannya tambah kacau dengan melihat keduanya begitu sangat dekat.

Saat diparkiran Kean sudah berada disana bersama Sean. Tadi Jiyo dan kedua puteranya datang dengan menggunakan taxi jadi mereka memilih berjalan untuk mencari halte bus terdekat tapi nyatanya Kean menunggunya.

"Aku akan mengantar kalian
" Kean menawarkan dan membuka pintu mobilnya. Tapi Jiyo menunduk sopan dan malah berterimakasih dan menolak tumpangan itu.

"Terimakasih Kean atas bantuanmu,  bila aku menerima bantuanmu sekali aku akan sulit untuk bangkit lagi. Jadi maaf kami bisa pulang sendiri. " Jiyo menolak dengan halus dan menggiring kedua puteranya untuk berjalan menuju halte bus.

"Pah,  kejar pah" Sean memaksa. Cinta harus dikejar.

"Hmmmmm,  papah tidak bisa memaksa Sean. Jiyo punya keputusannya sendiri" Kean pasrah dan kini bernafas kasar.

"Jadi papah menyerah? " Tanya Sean, Sean kecewa sama papahnya. Sudah terlalu jauh berjuang untuk sampai dari Jepang menggeser posisi Ryo nyatanya memutuskan untuk mundur.

"Tidak!! " Jawab kean lantang dan kini masuk dalam mobilnya.

Kean yakin bila Jiyo memang untuknya dia akan kembali. Namun bila tidak,  mungkin takdir lain akan membuatnya sering bertemu kembali dengan Jiyo.

Kean yakin dia akan bertemu kembali dengan Jiyo.
......

Seminggu kemudian.

Ryu menangis saat Daehan tertidur,  dia rindu papahnya. Jiyo belum pulang bekerja,  kini Jiyo yang meneruskan bisnis Ryo.

"Pah.... Ryu kangen."Ryu memandang foto papahnya bersama Daehan dan Jiyo. Papahnya tersenyum dan Ryu benar benar merindukan papahnya.

"Kak."Daehan terbangun dan mendekat kearah kakaknya, spontan Ryu menghapus airmata itu.

"Apa kakak membangunkanmu?  hmmm maaf ya. Sekarang Daehan tidur lagi gih. "Pinta Ryu hendak menyelimuti adiknya namun Daehan malah menarik tangan Ryu dan kini wajah mereka sangat dekat.

Cup
Eump,

Daehan menciun Ryu kembali dan disana ada sedikit lumatan. Ryu hanya diam dan tak berontak pula.

"Maaf."Daehan tiba tiba tersadar dan kini dia memalingkan muka.

"Kak,  Daehan menyukai kakak."Suara Daehan lirih dan tak berani menatap mata kakaknya.

"Tak apa kakak tak suka." Daehan pun kini ingin pergi. Setelah menyerahkan daftar dirinya akan pindah keasrama. Itu pilihannya biar rasa itu tak semakin dalam dan terus membuat kesalahan yang membuat Ryu kesulitan.

"Jangan begitu Daehan." Ucap Ryu lirih dia tak mau Daehan pergi keasrama,  dia tahu appanya pasti tidak setuju. Daehan itu masih saja ceroboh dan mudah jatuh dan terluka.

Greppll,  lantas Ryu menarik tangan Daehan agar tak meninggalkan kamar mereka. Ryu tak mau Daehannya menanggung rasa itu sendirian.

Cuppp
Daehan tak tahan dan kini mencium kembali kakaknya. Namun nyatanya Ryu membalasnya dan merekapun saling berpagutan, ciuman itu semakin dalam dan kini Daehan berada dibawah Ryu.

Brugh.....
Sepulang kerja Jiyo mendapati putranya berciuman dan hendak melakukannya. Jiyo bergetar,  dia tadi ingin melihat putranya sudah tidur atau belum saat sepulang kerja nyatanya dia mendapati sesuatu yang tak sepantasnya.

Mendengar suara Jiyo yang terduduk dilantai tiba tiba Ryu dan Daehan berbalik dan kaget melihat Jiyo kaku didepan mereka.

"Kalian? "Jiyo langsung berdiri kembali,  menarik Daehan menjauh dan memukulnya.

"Kalian saudara,  kalian tahu itu kan!! 'Jiyo makin marah dan menampar Daehan,  saat Jiyo ingin menampar Daehan untuk kedua kalinya Ryupun memohon agar appanya menghentikannya dan biar dia saja yang ditampar dan dipukul Jiyo.

"Appa, Ryu saja jangan Daehan. " Ryu memohon agar appanya menghentikan memukul Daehan, Daehan terlihat tak berdaya. Ryu tak pernah dipukul oleh appanya. Apapun kesalahan Ryu, Jiyo tak pernah memukul. Jiyo memukul Daehan karena dia putranya dan tidak menyangka Daehan bisa sejauh itu dan dulu pernah befikir mengirim Daehan keasrama, seharusnya dia melakukannya lebih awal dan sekarang sepertinya sudah terlambat. Bukan pilih kasih atau Jiyo tak sayang. Ryu adalah putra Ryo jadi Jiyo seakan tidak punya hak untuk memukul putra Ryo. Jadi jiyo dengan tegas memukul Daehan.

"Appa sakit." Daehan terus meronta saat Jiyo terus memukul Daehan.

"Besok appa antar Daehan keasrama!! "Teriak Jiyo sambil menangis.

"Appa,  Daehan tak salah Ryu yang salah." Ryu mencoba terus melindungi adiknya.

"Ryu....!! "Jiyo murka.

"Appa sudah tahu dari awal,  Daehan menyukaimu. Appa juga sudah melarangnya. " Nyatanya Jiyo sudah menyadarinya lebih awal dan befikir Daehan akan tahu batasannya. Dan memilih untuk diam dan tak melanjutkannya.

"Appa,  Ryu juga salah. Hentukan jangab pukul Daehan lagi dia kesakitan, Ryu mohon appa" Ryu terus memohon dan berlutut memegang kaki appanya.

Lantas Jiyo pun memilih pergi dan meninggalkan kedua puteranya untuk masuk dalam kamarnya.

"Sakit.... "Keluh Daehan karena bibirnya berdarah akibat pukulan Jiyo.

"Sini kakak obatin."Ryu kini mengambil kotak obat dan mengobati luka Daehan.

"Besok Daehan pergi." Daehan menatap mata kakanya,  disana terlihat dia benar benar menyukai kakaknya.

"Daehan tidak akan pernah pergi kemana mana!!" Perintah Ryu.

"Kakak akan bersamaku terus" Tiba tiba sorot mata Daehan berubah dia sangat gembira. Seperti cintanya terbalaskan dan tidak mengindahkan bahwa itu tidak diijinkan.

"Iya." Senyuman Ryu merengkah dan kini selesai memberikan obat oles pada bibir Daehan,  dan kini Ryu hendak bicara dengan Jiyo untuk meminta maaf.

"Appa.... Apa appa didalam. Ryu masuk ya..... " Ryu mengetuk pintu dan masuk.

Sssssrtttt Ryu menggeser pintu kamar appanya. Langsung tercium bau amis darah.

"Appa!!! "Teriak Ryu seketika saat melihat appanya pucat dengan pisau ditangan kanannya dan terlihat tangan kirinya nyaris putus berlumuran darah.

"Appa,  maafin Ryu.... "Tangis Ryu memeluk appanya.

.....

Di rumahsakit. Jiyo membaca surat yang ditinggalkan Ryu sebelum pergi.

Appa ku yang paling Ryu sayang,

Appa maafkan Ryu,  Ryu tak bilang ke appa. Maafkan juga Daehan,  Daehan tidak salah. Ryu yang terlalu membuat hati Daehan bingung jadi Ryulah yang patut disalahkan.

Ryu akan menyusul paman Nakami,  Ryu akan tinggal disana sampai Daehan punya pasangan. Jangan khawatirkan Ryu. Dan jangan hukum Daehan.

Papah menyimpan uang untuk Ryu,  tadi Ryu ambil sedikit untuk biaya pergi ke Eropa. Sandinya tanggal lahir appa. Appa bisa gunain untuk biaya sekolah Daehan. Daehan ingin sekolah seni, jangan larang Daehan ya. Daehan menyukainya.

Ryu bahagia bila appa bahagia,  Ryu sedih bila appa sakit dan bersedih seperti ini. Jadi maaf atas kelakuan Ryu.

Ryu.

Sontak Jiyo menangis setelah membaca surat dari Ryu,  Ryu sudah pergi semenjak kemarin dan tidak pamit secara langsung. Ryu tak mampu menatap mata appanya dan memang saat itu Jiyo belum sadar.

Daehan yang tahu Ryunya pergi juga sedih. Dia kini menatap langit dan seakan berbicara padanya.

"Kalau cinta sejati ada, kita pasti akan bertemu lagi kak. Dan kupastikan perasaan ini tak akan pernah berubah. "

End.

Abaikan typo.

Omomamamma,  akhirnya end....
06/03/2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top