16.
Lima bulan kemudian, rencana liburan yang lalu dibatalkan karena memang kondisi keuangan tiba tiba memburuk. Daehan merajuk dan terus menangis sampai akhirnya pihak sekolah punya pilihan tour ke Thailand, Daehan senang dan kini Jiyo dan Ryo tengah menyiapkan uang saku mereka.
.........
Jiyo sudah bangun sedari subuh untuk menyiapkan sarapan untuk suami dan kedua puteranya. Diapun juga harus beberes rumah dan menyapu halaman selanjutnya dia harus mencuci dan membuat kue untuk menambah penghasilan.
Ryo yang melihatnya jadi khawatir diapun menyembunyikan sakitnya. Kemarin dokter menyarankan untuk segera mendapatkan perawatan nyatanya Ryo tidak pergi dan hanya mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit.
Ryo kini memulai bisnis baru dengan menjual buah dengan menyewa toko kecil diseberang jalan. Beberapa bulan ini ekonomi mereka stabil dan Daehan mulai bisa beradaptasi.
" Tolong kupas jeruknya untukku sebelum sarapan sayang. " Jiyo dengan senyumanman paling indah meminta Ryo untuk mengupas jeruk yang tak terjual, dia akan membuat syrup dengan jeruk sisa itu. Biasanya waktu dirumah yang lama Jiyo hanya memakai bahan yang bagus tapi kali ini Jiyo memakai buah sisa untuk mengurangi pengeluaran rumah. Dengan syrup itu dia tidak perlu mengorbankan buah yang bagus.
"Sayang maafkan aku, aku membuatmu susah.' Ryo mulai sedih dan menatap mata Jiyonya. Dia tak tahu akan menjadi seperti ini. Dia ingin sekali membahagiakan Jiyonya, nyatanya Jiyo tetap susah.
"Ryo, tidak ada yang perlu dimaafkan. "Jiyo tersenyun sembari melihat buku tabungannya. Mereka akan merelakan sebagian tabungan untuk biaya jalan jalan Ryu dan Daehan.
"Appa" Ryu mendekat.
" Kita gak jadi pergi gak apa apa. Ryu akan mencoba bicara pada Daehan. " Ryu tak tega melihat orangtuanya susah hanya untuk membiayai mereka liburan.
"Ryu sayang, kalian tetap akan liburan hmmm. " Jiyo menangkup kedua pipi Ryu menyemangatinya. Seharusnya mereka liburan pribadi saat musim panas lalu, nyatanya tidak jadi pergi dan kini ada kesempatan saat tour sekolah. Jadi Jiyo tak mau mengecewakan kedua puteranya.
" Arigatoo, Ryu bantu." Ryu menawarkan diri dan kini dia membantu papahnya mengupas jeruk. Dijam segini Daehan masih tidur.
"Papah terlihat pucat." Ryu langsung panik ketika papahnya sesak nafas.
"Pah..... "
" Papah" Ryu makin panik ketika melihat papahnya kesakitan dan tiba tiba pingsan.
" Sayang.... " Jiyo langsung berlari dari arah dapur menuju dimana Ryonya pingsan.
"Ryu panggil ambulance."Perintah Jiyo yang kini mencoba membangunkan suaminya. Sedangkan dikamar Daehan hanya melihat situasi sambil menangis. Dia tak bisa apa apa, yang dia tahu hanya menangis.
"Kakak, hiks hiks" Daehan mulai menangis dan memanggil kakaknya.
Suara sirine ambulance pun datang perawat dan alat medisnya dibawa untuk masuk kedalam rumah. Seketika suasana menjadi tegang karena Ryo masih tak sadarkan diri.
"Ryu, jaga Daehan untuk appa." Jiyo kini masuk kedalam ambulance dan meninggalkan kedua puteranya dirumah. Dengan segera Ryo dibawa ambulance untuk pergi kerumahsakit. Kondisinya tak baik dan Jiyo sangat khawatir.
"Kakak." Daehan terus memegangi baju Ryu.
"Semua akan baik baik saja Daehan, sekarang Daehan pergi mandi kita akan terlambat kesekolah."Ryu menggiring adiknya untuk pergi kekamar mandi. Berharap papahnya baik baik saja.
......
Dirumahsakit.
Jiyo mondar mandir didepan ruang UGD sudah setengah jam lalu Ryo masuk diruang UGD namun dokter belum keluar dan memberitahukan hasilnya.
Tak lama kemudian Nakami dan Kinos pun datang.
"Ada apa? "
"Kenapa? "
Nakami panik dan bertanya terus, Jiyopun tak tahu, dia masih menunggu kabar dari dokter.
'Sayang kamu juga harus tenang."Kinos mencoba menenangkan Nakami.
Akhirnya lampu ruang UGD padam dan dokterpun keluar.
"Bagaimana keadannya? "Jiyo bertanya lebih dulu suaranya berat dan tangannya gemetaran.
"Pasien mengalami kanker prankeas stadium empat. Jadi keluarga harus menyiapkan perawatan dan berbesar hati" Dokter mengatakannya dengan nada paling rendah dan menepuk bahu Jiyo. Sontak Jiyo lemas dan terduduk dilantai.
"Sayang.... "Jiyo mulai menangis, Ryonya sakit dan harus menjalani perawatan dirumahsakit. Ini berat baginya. Dan kedua puteranya masih sangat kecil.
" Jiyo."Nakami langsung memeluk Jiyo yang lemah. Dia gak kuasa melihat penderitaan Jiyo yang amat dalam. Nakami tahu kondisi Jiyo saat pertama kali ditemukan Ryo dan sekarang Nakami. Melihatnya lagi, punggung rapuh itu dan benar benar tak mampu lagi bangkit.
" Aku akan membantu menjaga anak anak untukmu? 'Nakami ingin sekali membantu.
" Kakak, penerbanganmu besok " Jiyo mengingatkan penerbangannya besok dan tak bisa ditunda. Nakami dan Kinos akan pindah ke Eropa.
"Aku bisa menundanya, atau mungkin aku bawa anak anak bersamaku."Nakami mencoba sebisa mungkin. Tapi tetap saja Nakami yang tidak tahu pekerjaan rumah sangat akan kerepotan bila menjaga dua anak sekaligus.
" Aku bisa kakak, biarkan anak anak bersamaku. Jadi besok kakak bisa tetap pindah. " Jiyo meyakinkan Nakami kalau dia bisa.
" Tapi Jiyo."Nakami tak tega. Dengan tubuh serapuh Jiyo menjaga Ryo dan kedua puteranya.
"Mereka keluargaku, sudah sepantasnya aku menjaga mereka kak. " Jiyo meyakinkan Nakami kalau dia baik baik saja.
" Maafkan aku" Nakami tidak bisa membantu.
" Tidak ada yang perlu dimaafkan, Ryo akan baik baik saja. " Jiyo yakin Ryo akan pulih.
" Arigatoo" Ucap Nakami dan memeluk Jiyo.
......
Nakami harus packing untuk pergi besok jadi dia kembali kerumah lebih dulu dan kini Jiyo menunggu suaminya untuk bangun. Ryo nampak pucat dan lemah.
" Sayang, kenapa kamu tak bilang. Apa sakit? " Bisik Jiyo sembari memegangi tangan suaminya. Jiyo tahu setelah Ryo bekerja sebagai penjual buah dia mulai sering meninum obat. Namun dengan sengaja Ryo menukar pembukusnya dengan pembukus vitamin. Dia tak ingin Jiyo terbebani dengan sakitnya.
"Sayang hiks hiks" Jiyo mulai menangis, melihat Ryo menahan rasa sakit itu sendirian.
" Pasti sakit ya, sayang....maaf. " Jiyo masih berusaha membuat Ryonya bangun. Ryo sedari tadi belum bangun dan itu membuatnya makin khawatir.
Perlahan jari jemari Ryo bergerak, Jiyo yang menyadarinya langsung menghapus airmatanya dan mendekat kearah Ryo.
" Sayang." Jiyo memanggil Ryo.
" Jangan menangis lagi, suaramu bikin aku tak bisa tidur." Ryo menatap Jiyo dan meraba pipi Jiyo. Sontak Jiyo mengambil tangan itu untuk dipegangnya sembari terus menyentuhkan dipipinya.
"Hmmm..... Kenapa kamu menyembunyikannya dariku?" Jiyo sudah tak tahan.
"Aku tidak menyembunyikan apapun aku tidak sakit. Sekarang kita bisa pulang." Ryo mencoba bangun tapi nyatanya tubuhnya masih lemah.
" Sayang jangan begitu? "Jiyo kini membantu Ryo untuk rebahan kembali dan memasangkan selimutnya dengan benar.
" Biarkan anak anak tetap liburan, jangan hiraukan aku." Ryo menatap Jiyo, dan seketika jiyo langsung menangis.
" Aku ingin yang terbaik untukmu. Jadi jangan bilang begitu. " Jiyo.
" Biaya rumahsakit begitu mahal sayang. Aku bisa pakai obat jalan. " Ryo ingin menghemat biaya perawatan agar Jiyo tak terbebani.
" Tapi kamu perlu perawatan, soal biaya jangan khawatir kita punya cukup tabungan."Jiyo meyakinkan Ryo bahwa tabungannya masih cukup untuk biaya rumahsakit.
" Maafkan aku membuatmu menderita."Ryo meminta maaf dan terus memegangi tangan Jiyo erat.
" Tidak, kamu selalu membuatku tersenyum. Aku bahagia bersamamu. Jadi kamu harus sembuh." Pinta Jiyo dan kini memeluk Ryo.
" Terimakasih." Ryo.
......
Ting,
Ting,
Ting,
Karena hari sudah malam dan Jiyo tak bisa meninggalkan Ryo kini Jiyo menelpon kerumah dan Daehan yang mengangkatnya.
" Appa, kapan appa pulang. Daehan lapar. "Keluh Daehan dan dia mulai menangis. Daehan suka menangis dan Ryu sudah tak tahan dan mengambil gagang telpon rumah.
" Appa, jangan khawatirkan kami. Ryu bisa menjaga Daehan. Kapan appa dan papah pulang?" Tanya Ryu.
" Appa akan menginap, jadi Ryu beli mie diujung jalan. Uangnya ada dilaci kamar appa. Ryu bisa kan jagain Daehan untuk appa. Kalau ada yang mencurigakan telpon polisi. " Suara Jiyo lemah, dia bingung antara menjaga Ryo atau kedua puteranya.
"Baik, appa tak perlu khawatir. Ryu bisa menjaga Daehan. " Ucap Ryu semangat dan membuat hati Jiyo lebih tenang.
"Kakak kapan appa pulang, Daehan lapar" Daehan terus merengek. Dia tidak bisa menahan rasa lapar.
" Daehan mau mie? ' Tanya Ryu.
Daehan pun mengangguk dan tersenyum.
" Kalau begitu Daehan pergi ambil jaket, kakak akan mengambil uang dari laci appa" Ryu.
" Hore...... " Daehan merasa senang karena dia akan makan diluar.
Tbc
Maaf typo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top