14.

Untuk cerita ini mungkin rada kacau,  dan disini aku berusaha untuk menyelesaikan nya dengan baik. Fightiing......

.......

Daehan berjalan menuju area sekolah bersama Ryu. Mereka satu sekolah namun beda lokasi. Tapi yang paling ditakutkan Ryu adalah kecerobohan Daehan. Daehan tidak pernah tidak merepotkannya. Bangun tidur terlambat,  sarapan tidak habis dan kini Ryu akan benar benar terlambat karena ulah Daehan.

" Belajar yang rajin." Ryu melambaikan tangan kearah Daehan yang berlari meninggalkannya. Daehan kalau sudah sampai dipintu gerbang suka meninggalkan Ryu,  karena dia tak mau teman temannya meledeknya karena punya kakak yang over protektif dengannya.

Brugh...
Si kecil ceroboh itupun terjatuh dan pastinya terluka. Ryu yang melihatnya langsung berlari kearah Daehan.

" Kakak,  hiks hiks. Kakak." Daehan pun menangis. Wajahnya penuh dengan pasir. Ryu yang melihatnya langsung berlari namun ada seseorang yang tiba lebih dulu. Seorang anak yang seumuran dengannya,  berkulit putih dan campuran Korea-Eropa.

" Ada yang sakit? " Tanya anak berdarah campuran itu membantu Daehan bangun. Nyatanya anak itu yang lebih dulu dibanding Ryu.

"Daehan,  aish makanya hati hati. " Ryu langsung menepuk nepukkan tangannya pada baju Daehan yang kotor karena pasir. Ryu kini menalikan tali sepatu Daehan yang terlepas. Sebab itulah Daehan terjatauh.  Daehan memang tak bisa menalikan sepatunya dengan benar sehingga dia terjatuh akibat menginjak tali sepatunya sendiri.

"Kakak,  hiks hiks."Daehan terus saja menangis padahal dia tidak terluka.

" Jangan menangis hmm,  bel susah berbunyi nanti kakak telambat." Ryu ingin sekali mengantarkan adiknya sampai ke kelas atau setidaknya ke klinik dulu namun dia juga bingung dia sudah sering terlambat karena Daehan dan kalau terlambat lagi dia akan duhukum dan membuat kedua orangtuanya datang. Ryu tak ingin menyusahkan papah dan appanya.

" Kakak keren. " Nyatanya saat tangisan Daehan reda dia menyadari bahwa didepannya adalah kakak keren yan menolongnya kemarin.

" Daehan kuat, jangan menangis lagi. Kakak harus kekelas." Ryu menepuk pipi Daehan dan kini berlari kearah gedung sekolahnya dan meninggalkan Daehan dengan kakak kerennya. Tapi saat sampai dikelas Ryu seperti mengingat wajah bule itu.  Terasa familiar dan dia pernah bertemu.

.......

"Wah,  si mungil kemarin. Kita bertemu lagi." Kakak keren itu antusias dan kini membantu Daehan untuk pergi ke klinik terlebih dahulu. Memastikan tidak ada yang memar disana. Kakak keren itu nyatanya Sean putra dari Kean yang pindah kesekolah yang sama. Dia dengan penuh perhatian membawa Daehan sampai di klinik.

" Aku Daehan,  terimakasih ya kak." Daehan memperkenalkan diri dan berterimakasih karena sudah diantarkan ke klinik sekolah. Lututnya tergores dan kini Sean lagi mencoba membersihkan lukanya, suster jaga lagi kerumahsakit untuk mengantarkan siswa lain yang sakit untuk pergi kerumahsakit.

"Aku Sean, kalau jalan hati hati." Sean kini memberikan plester untuk lutut itu. Dan sebelumnya meniupinya terlebih dahulu.

" Sekarang beres. Mau kuantar kekelas? " Tawar Sean dan kini Daehan lah yang kebingungan. Seragam Sean mirip dengan seragam Ryu namum mengantarkannya ke klinik dan menawarkan mengantar ke kelas pula. Apa dia tidak terlambat?  Sedangkan Ryu sudah kebingungan setengah jam yang lalu.

" Kakak terlambat kekelas nanti, kakak akan dimarahi guru." Ucap Daehan polos sembari menarik narik baju seragam Sean.

" Ah..... Kakak baru pertama kali masuk pasti guru mentolerirnya jadi sekarang kakak antar Daehan ke kelas oke." Sean membantu Daehan untuk sampai kekelas. Daehan senang bisa bertemu dengan kalak kerennya itu dan bisa berkenalan juga.

Tapi dikelas Ryu tengah khawatir akan Daehan. Poinnya penuh dan dia juga gak mau membuat kedua orangtuanya khawatir.

" Daehan,  aish kenapa selalu ceroboh" Gerutu Ryu yang tak fokus dalam pelajaran dan tentunya membuat suara bising karena menendang bangkunya prustasi. Lantas terus menatap lapangan nan jauh disana berharap melihat Daehannya berjalan dan baik baik saja.

Pletak.....
Guru melempar penghapus tepat pada meja Ryu. Semua teman temannya kaget seketika dan langsung menatap kearah Ryu.

" Kamu tuch ya,  jangan selalu bikin ulah. Sering terlambat dan sekarang tak fokus. " Guru memarahi Ryu. Ryu hanya bisa menunduk dan mendengar omelan itu.

" Maaf guru." Ryu meminta maaf.

" Kerjakan soal dipapan tulis." Perintah guru. Dan Ryu kini berjalan kearah papan tulis untuk menyelesaikan soal matematika itu.

Gurunya saja belum selesai kesal tapi Ryu sudah menyelesaikan soal yang seabrek itu tanpa ada yang salah.

" Kamu? " Dikira guru, Ryu tidak fokus nyatanya dia berhasil menyelesaikan semua soal dipapan tulis itu.

" Aish,  duduklah dan simak dengan baik" Guru kwalahan dengan Ryu. Murid berprestaai cuman suka terlambat saja.

" Iya." Ryu menunduk sopan dan pergi kearah bangkunya lagi. Namun sesaat Ryu melihat Daehan berjalan sama Sean keluar dari klinik dan Daehan terlihat baik baik saja. 

" Syukurlah."Guman Ryu dalam hati. Ryu pun tersenyum dan kini kembali fokus pada pelajarannya.

.........
Dirumah.

" Sayang kenapa? " Jiyo tahu Ryonya tengah gelisah dan terus mengumpulkan semua asetnya.

" Sepertinya aku tidak bisa menyelamatkan perusahaan itu. " Ryo prustasi. Perusahaan tengah tidak bagus dan akan ada pergeseran pemilik.

" Sayang." Jiyo memeluk Ryo dari belakang dan mencoba menguatkannya. Semua pasti ada jalan keluarnya. Jiyo tak mau Ryonya terus gelisah.

" Hmmmm." Ryo merasa hangat kali ini,  hatinya benar benar nyaman.

" Kenapa sayang cerita?." Jiyo memaksa Ryonya cerita.

Tok

Tok

Tok

Nakami lalu menerobos masuk.

" Ryo jual saja sahamku dan kamu bisa menutupi semua kerugian kemarin." Nakami datang memberi solusi. Kemarin ada kesalahan dibagian produksi dan membuat kerugian yang besar.

" Kerugian apa?  Aku tak mengerti." Jiyo khawatir dia seperti telah melewatkan sesuatu hal yang penting. Biasanya dia peka akan kegelisahan Ryo nyatanya akhir akhir ini Jiyo selalu tidur lebih awal dari Ryo dan bangunpun Ryo sudah tidak ada dirumah.

"Aku tidak bisa mengambil bagianmu. Dengan aset yang tersisa mungkin aku akan mulai hidup baru." Ryo menatap mata Jiyo yakin. Dia kepala keluarga dia punya tanggung jawab. Bila tetap bertahan disana keluarganya tidak akan bertahan dan karyawan juga dikorbankan bila benar benar terjadi krisis.

" Ryo itu perusahan yang kamu bangun bersama papah. Yakin mau merelakannya? " Tanya Nakami.

"Ini jalan satu satunya."Ryo yakin akan keputusannya.

" Aku hargai keputusanmu,  tapi bagaimana Jiyo dan bagaimana anak anak?"Nakami mengkhawatirkan kehidupan selanjutnya. Ryo menolak tawaran kerja disana dan memilih menjual sahamnya.

" Aku sungguh tak mengerti
" Jiyo menimpali. Dan meminta Ryo menjelaskannya.

" Sayang,  maafkan aku. Mungkin setelah ini kehidupan kita tak senyaman sekarang. Tapi aku akan terus berusaha membahagiakanmu. "Ryo menatap Jiyonya.

" Sayang gak ada yang perlu dimaafkan. "Jiyo memeluk Ryonya.

" Serius mau jual rumahnya juga? " Nakami.

" Sayang." Jiyo makin terpukul nyatanya masalahnya sangatlah serius.

" Kita tak bisa mengurangi maid atau tukang kebun" Nakami mengingatkan. Rumahnya terlalu besar dan gak mau juga Jiyonya lelah akan pekerjan rumah tangga.

" Aku akan berusaha mencari solusinya" Ryo.

" Ryo!! " Bentak Nakami. Nakami tahu jika tetap bertahan dirumah besar dan menyewa maid yang banyak itu dan tukang kebun beserta penjaga, pengeluaran rumah makin banyak.

" Sayang,  bisakah aku bicara? " Jiyo kini membuat keputusan.

" Kita pindah,  cukup dengan dua kamar. Yang penting ada halaman buat anak anak bermain." Jiyo memutuskan.

" Tak ada maid ataupun penjaga aku bisa melakukannya." Jiyo yakin akan keputusannya.

" Tapi nanti kamu lelah sayang aku tak mau itu. Kita sewa maid ya? 'Ryo gak tega Jiyonya lelah.

" Tak usah sayang,  aku bisa melakukannya. Rumahnya tidak terlalu gede. "  Jiyo gak ingin pengeluaran rumah jadi banyak karena sewa maid. Sekolah Ryu dan Daehan cukup mahal. Jiyo gak mau mereka juga ikut imbasnya dan pindah.

" Lalu aku! ' Nakami nunjuk dirinya,  Jiyo ingin dua kamar dan gak mungkin Nakami ikut serta.

" Kamu tega ya Jiyo gak mengajakku? " Nakami menampilkan mata sedihnya.

" Ish,  kamu tanggung jawabku jadi kamu ikut bersamaku sewa apartement saja. Aku gak yakin kamu bisa melakukan pekerjaan rumah seperti yang dilakukan Jiyo. " Kinos tahu Nakami itu gak bisa melakukan pekerjaan rumah jadi kalau tinggal diapartement pekerjaan rumah lebih ringan.

" Kamu meledekku? "Nakami kesal. Nyatanya memang benar Nakami tak bisa melakukan pekerjaan rumah. Tapi dia merasa terdzolimi disini. Suaminya gak pernah ada dipihaknya.

" Eh.... " Balas Kinos ala kadarnya.

" Sekarang sudah beres,  sayang gak usah khawatir tentang aku. Makan malam nanti kita bisa mulai bicara dengan anak anak. " Jiyo meyakinkan Ryo kalau dia baik baik saja.

" Maafkan aku sayang membuatmu susah" Ryo merasa bersalah.

" Gak perlu ada yang dimaafkan, asal kita sama sama pasti semua bisa diatasi" Jiyo kini mulai membereskan barang barangnya. Dia benar benar bersiap untuk pindah.

Tbc
Maaf typo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top