1- Mengenang Masa

*Akhirnya, setelah sekian lama. Story ini bisa moting publish ulang dengan judul berbeda, kemasan berbeda dan revisi ulang.

So, selamat membaca. Jangan lupa vot*men ya..

***

Sejak tadi Arvyn gelisah. Airyn tak kunjung datang ke pelaminan. Wanita lembut itu, selalu mengkhawatirkan banyak hal dan Arvyn benci itu.

Dia pun tak suka menunggu sehingga Arvyn pun berinisiatif mendatangi kamar Airyn. Tapi,  saat dia hendak membuka pintu,  Arvyn mendengar Airyn yang sedang berbicara dengan ibunya. Ibu mertuanya.

Saat kata yang tak ingin Arvyn dengar, akan keluar dari bibir mungil Airyn yang selalu mengundang sesuatu dalam dirinya. Arvin pun menerobos masuk dan menempelkan jarinya di bibir setengah terbuka Airin. Mencegahnya agar tak mengucapkan kata yang tidak dirinya sukai.

Lancang sekali kau sayang. Batin Arvin.

Arvin mengambil kesempatan. Meminta ijin untuk bicara berdua dengan calon istri lancangnya itu. Arvin rasa, dia perlu menghukum atas kelancangan nya. Sudah menjadi kebiasaan Airin akan kikuk saat bersamanya. Dan dia suka saat tangan lentiknya sudah meremas gaun yang di pakainya hingga kusut.

Arvin yang meminta Airin untuk mengulang perkataannya tadi, membuat Airin salah tingkah di depannya. Arvin sengaja semakin menyudutkan Airin dengan suara dingin khas nya hingga membuat pipi Airin merona dan bibir yang dia gigiti kuat membuat Arvin tak tahan dan langsung menciumnya.

"Emphh  Arvin,” racau Airin terengah-engah di tengah cumbuan panas Arvin di bibirnya yang sudah terasa panas membengkak.

Tapi Arvin justru tak menghentikan cumbuan nya. Dia malah semakin gencar melumat dan menghisapi bibir atas dan bawah Airin bergantian.

Gigitan pelan Arvin membuat Airin memekik dan di kesempatan itu,  Arvin segera membelit lidahnya mengajak untuk menari bersama.
Arvin merasakan percikan gairah nya semakin besar saja. Dia menggila. Rasa bibir yang sedang di lumat dan di hisapnya itu bagaikan kokain yang membuat nya lupa akan segalanya. Tak ketinggalan dia mencumbu dan menghisapi lidah Airin dan menjelajahi setiap inci di dalam sana.

"Much!" Airin terengah dan berusaha mendorong Arvin agar Arvin segera mengakhiri ciumannya. Dia sudah seperti dibuat sesak nafas. Bahkan nafasnya terasa tersendat di tarikan pertama.

Arvin pun melepas lumatan nya itu. Kini bibir Airin semakin merah dan sedikit bengkak karna ulah nya tadi.
"Masih ingin mengatakan hal itu lagi, Sayang?” tanya nya dengan posisi masih memeluk Airin dan sedikit menekankan kata-katanya membuat Airin menggelengkan kepalanya dan mendongak menatap matanya dengan sendu.

"Sungguh, Airin. Aku akan menghukum mu di sini, sekarang juga. Jika kau berniat mengucapkan kata menyebalkan itu lagi, mengerti!” tegasnya dan Airin hanya menunduk.

"Ma-af kan aku Arvin. Aku tidak akan mengucapkannya lagi.." jawabnya dengan mata sayu. Membuat Arvin menyeringai senang. Dia sangat menyukai sifat penurutnya itu.
Jika saja aku tidak ingat kita belum sah dan banyak orang yang menunggu kita di luar sana, mungkin aku sudah mengurung mu dalam pelukanku, Airin.

"Kau tau? Kau adalah wanita terindah dan sempurna yang tuhan beri untuk ku. Jadi jangan pernah menganggap dirimu tidak pantas, karna aku sungguh mencintaimu dengan apa adanya dirimu. Aku hanya laki-laki berengsek yang beruntung karna mendapatkan cinta dari wanita sebaik dirimu..." ucap nya sambil mengecup lembut kening Airin, membuat Airin mematung dengan mata berkaca-kaca.

"Sssttt... Sayang.  Tolong jangan ada air mata di hari membahagiakan ini..." lanjut nya dan Airin kembali mengangguk.

Arvin membawa tubuh Airin dalam pelukan besar nya. Merasakan bagaimana kaku nya tubuh wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu, "Apa kau masih meragukanku, setelah apa yang aku ungkapkan tentang perasaanku padamu di kantor 2 bulan yang lalu, hem?"

Arvin menatap dalam mata Airin. Manik mata teduh coklat kehitaman yang membuat sifat arogan nya lenyap seketika kala bertatapan.

"Tidak Arvin. Sungguh maafkan aku. Bukan maksudku untuk meragukanmu, aku hanya meragukan aku yang..."

Perkataan Airin lenyap begitu saja saat melihat seringaian menakutkan di wajah tampan luar biasa itu.

"Jadi kau memilih aku menghukummu di sini sekarang, sayang?" Airin kembali menggeleng pelan dan Arvin kembali terkekeh di buatnya.

"Ahh, Airyn. Betapa polos nya dirimu... “

2 bulan yang lalu...

Hari ini Arvin kembali ke kantor setelah 2 minggu menangani proyek baru nya di Surabaya. Dia menghempaskan beban tubuhnya di singgasana kebesaran nya.

Sebenarnya dia masih sangat lelah Tapi, Arvin adalah tipe pria yang tidak suka bermalas-malasan dan suka menunda-nunda pekerjaan.
Waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi. Arvin menghubungi sekretarisnya untuk menanyakan jadwalnya hari ini. Harapnya jadwal kerjanya hari ini akan renggang. Dia masih ingin memulihkan kerja otaknya yang tertekan selama 2 minggu ini.

“Apa jadwalku hari ini?” tanyanya setelah tersambung. Dia memang terkesan dingin nyaris tak pernah bersosialisasi dengan para karyawan nya. Tapi tiba-tiba jawaban dari seberang sana membuat Arvin kikuk. Suara itu, mengingatkan nya pada sosok seorang gadis di masa SMA nya dulu.

"Enggh, jadwal hari ini agak sedikit renggang Tuan. Hanya ada meeting jam 2 lagi, pada pukul 10: 15 di aula pertemuan.”

Suara lembut yang familier di telinganya,  membuat Arvin semakin penasaran. Dia menutup sambungan teleponnya dan segera menghubungi bagian staf data karyawan.

"Siapa yang menjawab teleponku di bagian sekretaris? ke mana Cindy?”

"Emm, Tuan. Dia sekretaris baru dan sudah mulai bekerja sejak Tuan masih di Surabaya. Cindy sudah mengundurkan diri karna pindah kota.” jawabnya.

"Baiklah, suruh dia menghadapku sekarang, Wina.”

"Baik Tuan.”

Arvin menutup sambungan itu. Suara Wina yang berubah gemulai membuatnya muak. Memang tak jarang para karyawan wanita menggoda nya, Tapi dia sama sekali tak tertarik. Dia tidak suka barang yang sudah pernah disentuh orang lain.

Tapi. Kali ini, untuk pertama kalinya dia berdebar menunggu seseorang yang baru bekerja di kantornya. Suara itu, membuatnya sangat penasaran siapa sebenarnya pemilik suara itu.

Sedang di ruangan bercat putih itu, seorang wanita berambut panjang sedang sibuk menyalin data. Ya dia Airyna Kayla Mahez. Berkat kecerdasannya dia diterima bekerja di perusahaan elite itu.

"Airin!"" panggil seseorang dengan tergesa-gesa sambil menghampiri meja kerja, membuat Airin mendongak.                               

"Iya Buk. Ada apa? kenapa Anda begitu tergesa-gesa?” Tanya nya penasaran. Tidak biasanya kepala bagian staf karyawan itu akan datang sendiri ke ruangan nya.

"Itu Airin. Kamu di minta menghadap ke ruangan Tuan sekarang," ucapnya sambil melirik pintu di dalam ruangan. Ya ruangan mereka hanya dibatasi pintu bercat coklat.
"Oh, baiklah Bu, saya ke sana sekarang.”

Belum sampai 3 langkah, Bu Wina menahan Airin dengan memegang pergelangan tangan nya dan berbisik, "Airin berhati-hati lah. Tuan itu... Sangat menakutkan. Dia juga dingin. Karyawan disini saja tak berani hanya untuk bertatap muka langsung dengannya."

Perkataan Bu Wina sedikit membuat Airin bergidik ngeri. Dia menarik nafas nya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.  Sebelum dia mengetuk pintu ruangan itu,  Airin sempat tersenyum pada Bu Wina sambil mengacungkan jempolnya.

Dengan keyakinan penuh, Airin mengetuk pintu dan sebuah suara menyuruh nya masuk.

Ceklek!

Pintu pun terbuka, Airin melangkah masuk. Ruangan dengan dominasi warna silver menyambutnya, memberikan kesan dingin dan maskulin pada pandangan pertama.

Di depan sana, berdiri seorang pria berjas hitam mahal yang sedang membelakangi nya. Melihat ke luar gedung yang menampakkan kepadatan kota Jakarta dari jendela kaca yang transparan di depan nya.

"Maaf Tuan memanggil saya?” Tanya nya dengan nada rendah tapi tersisipkan keberanian di dalamnya. Perjuangannya untuk bisa bekerja di kantor elite itu sangat luar biasa. Dia tidak mau membuat kesalahan sedikit pun sehingga dirinya di pecat di hari ke 7 dia bekerja.

Ketakutan semakin melanda nya kala atasan yang di bilang Bu Wina menakutkan tadi, belum berbalik arah meresponsnya. “Tenang Airyn. Meskipun dia menakutkan. Dia tidak akan memakanku hidup-hidup,” batin nya.

Pria itu pun berbalik dan Airin tercengang melihatnya. Dia merasa tak asing dengan sosok pria itu, "Ehhhh, dia ‘kan...”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top