Fg= G. m1.m2/r²


Love dulu buat part ini ♥️

Semoga suka yaaa sama Novel ini

BANTU SPAM KOMEN SWEETES BIAR AKU SEMANGAT NULIS :(

SEDIH BANGET NOVEL IN SEPI SEKALI

JELEK BGT YA

***

"Selama ini jika kita belajar gravitasi, dibenak kita akan ada Newton dengan pengamatan buah apel yang jatuh dari pohon. Newton berpikir bahwa ada sesuatu di dalam bumi yang belum diketahui oleh banyak orang. Bahkan gaya tersebut juga membuat benda yang awalnya diam bisa mulai bergerak. Dari situlah datang konsep gaya gravitasi, namun Newton mengembangkannya lagi ketika ia merasa bahwa gaya ini menyebabkan bulan selalu dalam jarak yang dekat dengan bumi. Ternyata gaya gravitasi bukan hanya terjadi pada benda di dalam bumi tapi juga di luar angkasa."

"Maka dari itu munculah hukum Gravitasi Newton yang berbunyi, setiap massa yang menarik massa yang lain dengan gaya segaris yang saling menghubungkan antara kedua inti massa dan juga besarnya gaya tarik yang terjadi akan berbanding lurus dengan perkalian dari kedua massa dan juga akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak diantara kedua titik massa tersebut."

Naya tidak menghiraukan ocehan panjang lebar Angga. Ia malah salah fokus karena mengamati ketampanan Angga. Ganteng banget Kak Angga. Naya nggak kuat. Bagaimana mau masuk ke otak pelajaran kalau kayak gini terus. Berasa diajarin sama Doyoung.

"Kak Angga!"

"Ya?" Angga yang sedang menjelaskan tentang Gaya gravitasi menoleh. Ia menatap Naya, ia kira gadis itu ingin bertanya mengenai penjelasannya.

"Ling sama Aamon ganteng mana kak?" Rasanya Angga ingin tenggelam saat itu juga. Dari sekian banyak penjelasannya kenapa pertanyaan bodoh yang malah ditanyakan Naya. Gadis itu malah membahas ketampanan Hero di land of dawn.

Ling

Aamon

"Nggak ada."

"Ih kok jawabnya gitu sih, Kak."

"Kamu aneh saya jelasinnya apa, kamu nanyanya apa. Saya merasa nggak becus ngajar kamu." Angga tidak berusaha bersikap manis. Ia malah ketus. Anehnya Naya malah menyukai itu. Mungkin ini yang dirasain cewek Wattpad ketika ketemu cowok cool yang cuek. Rasanya pengen dijinakin.

"Ada Kak."

"Apa?"

"Jawab dulu!!"

"Ling." Karena dasarnya Angga suka memakai Ling. Dan Ling Hero favoritnya di mobile legend.

"Salah." Angga menghembuskan napas kasar. Gadis ini benar-benar membuat kepalanya pecah. Namun ia sebisa mungkin terlihat sabar. Diam dan tenang.

"Yang bener itu jawabannya User Ling No. 1 Indonesia. Alias Kak Angga." Ujar Naya dengan senang. Bahkan gadis itu tertawa kecil.

Sedangkan Angga tak bisa berkata-kata. Ia diam hanya saja bibirnya melengkung kecil membuat senyum. Pria itu pelit senyum. Lihat saja senyumnya tidak sampai satu detik.

"Sekarang saya yang gantian tanya."

"Silahkan, kak Angga boleh kok tanya apa aja. Tanya makanan kesukaan aku juga boleh." Angga menggelengkan kepala. Pantas saja guru lesnya tidak betah. Jadi seperti ini kelakuan anak profesor sangat berbanding terbalik dengan sikap profesor. Pasti nurun dari gen ibunya. Tebak Angga.

"Coba jelaskan apa itu gaya gravitasi!"

"Gampang itu mah."

"Coba jelaskan ke saya."

"Em... Gaya gravitasi adalah gaya yang dipengaruhi oleh gaya tarik sebuah
benda ke pusat benda itu."

"Itu pinter. Contohnya coba kamu buat."

Naya tersenyum mendengar pujian itu. Jarang sekali ia dipuji soal pelajaran. Bahkan ayahnya sering menghina otaknya. Bukannya ia tak pintar hanya saja kadang ia lupa. Pelajaran kelas 10 kok masih dibahas di kelas 12. Masa iya kita harus berkutat sama masa lalu terus. Move on dong masa mikir pelajaran di kelas 10. Pantes aja orang Indonesia susah pada move on di sekolah aja kalau mau ujiannya harus belajar pelajaran di masa lalu.

"Contohnya, kayak hati aku yang jatuh untuk kak Angga seorang."

Oke. Angga benar-benar ingin menjadi abu sekarang juga. Gadis ini benar-benar nekad menggodanya. Bahkan tanpa rasa bersalah berkedip genit ke arahnya.

Astaga Tuhan

Angga sudah tidak kuat lagi.

"Angga! Naya! Makan dulu. Mama udah selesai masak. Ayo makan keburu dingin!" suara Nila ibu dari Naya mengintrupsi kegiatan mereka. Entah kenapa Angga merasa lega. Karena ia merasa lama-lama akan menjadi gila jika terus bersama Naya.

"Iya Tante," sahut Angga selembut mungkin. Angga bangkit dan bergegas ke ruang makan diikuti Naya.

Mereka duduk di meja makan layaknya keluarga. Di meja penuh dengan hidangan mulai dari nasi, sayur sop, ayam goreng, dan menu lainnya. Angga tersenyum kecil melihat ada profesor ikut makan. Ia malah merasa sedang makan keluarga. Padahal ia hanya orang asing di sini.

"Jangan sungkan ya Nak Angga anggep aja rumah sendiri. Kalau Naya nakal nggak mau belajar kamu omelin aja, anak itu memang sudah banget kalau disuruh belajar kerjaaannya main game terus sampai subuh." Naya cemberut karena sang ibu malah menjelekkannya di depan Angga. Turun sudah nilainya di mata Angga.

"Apalagi kalau hari libur di kamar aja dia main game, sampe nggak mandi."

"Mama ih!"

"Mama bener kok, makannya jadi anak perawan jangan males. Semua mama yang ngerjain. Kamu cuma main game aja. Disuruh ke warung beli teh aja kamu ngedumel kayak di suruh bersihin rumah."

Angga tersenyum kecil. Ternyata benar dugaannya gen ibu Naya menurun ke anaknya. Pantas saja Naya begitu cerewet dan ceplas-ceplos.

"Angga."

"Iya, Prof."

"Mohon bantuannya ya, cuma kamu harapan saya sekarang." Angga terdiam, ia mengurungkan niat untuk makan. Ia jadi merasa kasihan dengan gurunya itu memiliki anak seperti Naya. Terlebih Naya anak satu-satunya. Pasti menjadi beban moral. Untuk orang pintar sekelas profesor pasti banyak rekannya yang akan membanggakan anak-anak mereka. Hal itu menjadi beban pikiran untuk profesor, ia tahu Profesor tidak pernah malu memiliki anak seperti Naya. Hanya saja Profesor tidak suka jika ada orang yang merendahkan anaknya apalagi membandingkan dengan dirinya.

Banyak sekali orang yang berpikir kalau ayahnya pintar anaknya harus pintar. Masa ayahnya profesor anaknya tolol nggak bisa rangking satu, jangan-jangan anak pungut. Pasti banyak orang di luar sana yang berpikir seperti itu. Padahal kita tidak bisa menyamakan ratakan otak setiap manusia.

"Saya akan lakukan terbaik Prof."

"Makasih angga."

"Saya titip Naya sama kamu." Entah kenapa Angga merasa ada maksud lain dari ucapan yang dikatakan profesor. Menitip seperti apa yang diinginkan gurunya itu? Angga terdiam, ia menoleh menatap Naya sebentar.

Gadis itu terlihat lahap makan. Tidak seperti perempuan di luar sana yang selalu menjaga etika makan jika makan bersamanya. Naya menjadi dirinya sendiri bahkan di depannya. Tidak peduli ia akan memandang seperti apa gadis itu. Jujur Angga merasa terganggu, saat tahu bahwa Naya tertarik dengannya. Demi Tuhan Naya masih SMA sedangkan dirinya sudah 25 tahun. Ia tidak ingin dikira pedofil hanya karena gadis itu.

Mengajar Naya tidak semudah yang ia pikir. Butuh kesabaran yang luas, mungkin luasnya angkasa tidak akan sanggup menjabarkan suasana hati Angga sekarang. Angga rasa ini benar-benar ujian yang sulit melebihi ujian masuk SIMAK UI.

***

Gimana part ini?

Next or no?

REKOMENDASIKAN CERITA INI JUGA YA KE TEMEN-TEMEN KALIAN

Spam komen disini

1000 komen ya baru lanjut...

Salam

Gulla

Istri sahnya song Jong Ki

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top