3. °Dunia Malam°
*بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم*
⚠Ambil baiknya, buang buruknya⚠
⚠Jangan ngejudge suatu cerita sebelum kamu mebacanya sampai tamat⚠
📖Selamat Membaca📖
🍁🍁🍁
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui sesunghuhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban" (Al-israa : 36)
🍁🍁🍁
Tidak ada yang membahagiakan bagi Radit selain ini, berpesata seperti ini adalah hal yang bisa membuatnya lupa akan segalanya, menari dibawah kilauan lampu yang memancarkan banyak warna berhasil membuatnya terasa sedang bersda di surga dunia, apalagi dengan kehadiran wanit-wanita yang mampu menenangkan pikirannya. Di sini, di tempat ini, ia bebas memilih wanita manapun sesuka hatinya. Menemaninya bahkan memberinya kepuasan. Ya, ini dunia Radit, tidak ada satupun orang yang berhak merenggutnya.
"Oh, dear, kamu memang begitu cantik."
Radit tertawa, membelai pipi merah wanita yang duduk di atas pangkuannya. Wanita yang paling senang saat dipuji, dengan uang Radit bisa mendapatkan semuanya, tanpa perlu bersusah payah meratapi nasib yang amat menjijikan, Radit tersenyum, bibir tipis yang merah dengan lipstik amat menggoda.
"Aku tau, karena itu kamu memilihku bukan?"
Radit menganggukkan kepala.
"Hari ini aku mau, kamu menemaniku."
"Baiklah, tapi ada syaratnya."
"Apa itu, katakanlah."
"Kamu harus menjadikan aku pacarmu."
Radit tersenyum, baginya memenuhi permintaan perempuan itu sama sekali tidak sulit, tentu dengan mudah dia akan melakakuanya. Apalagi perempuan itu sangat menawan di matanya, jadi tidak akan menjadi hal yang sulit bahinya.
"Hanya itu?"
Senna menganggukan kepala, baginya menjadi pacar Radit adalah satu hal yang harus menjadi targetnya selain uang, lalu sekarang dengan begitu gampang Senna bisa mendapatkannya. Ya, Senna akan memenuhi apa pun permintaan laki-laki tampan itu, seseorang yang amat Senna cintai.
Radit tersenyun, kebudian menarik dagu runcing milik Senna, menikmati surga dunia yang amat menggairahkan hati. Saat Senna memejamkan matanya, dia tidak merasakan sentuhan apa-apa, Senna kecewa.
"Tunggu sebentar."
Radit berusaha memokuskan pandangannya, tidak salah lagi, perempuan itu benar-benar Rania, adiknya sendiri. Radit mendesis pelan, bagaimanapun Rania tetap adiknya, sebenci apa pun Radit padanya, Radit tidak akan pernah mengizinkan Rania berada di sini. Bagi Radit tempat ini hanya untuk orang-orang kotor, dan Rania sama sekali tidak pantas untuk berada dalam ruangan busuk ini.
"Kenapa?" tanya Senna bingung. Radit tidak menjawab apa-apa, dia justru beranjak, melangkahkan kakinya lebar-lebar untuk mendatangi Rania yang duduk di meja lain.
"Ikut gue!"
Tanpa persetujuan dari siapapun, Radit menarik tangan Rania dengan telak, membawa adik perempuannya untuk segera meninggalkan tempat terkutuk ini.
Sementara itu, Senna menanggung kekesalan yang luar biasa, rasanya sangat kesal saat ditinggalkan seperti itu, padahal tadi Radit sudah mau berjanji lantas sekarang, kenapa Radit malah meninggalkannya hanya karena perempuan lain? Siapa dia? Benak Senna terus bertanya-tanya, tanpa henti dan jeda. Cemburu? Ya mungkin.
Senna merasa ini hal yang pantas saja, meski dia bukan perempuan baik-baik, mendapatkan pasangan tetap menjadi keinginan yang kadang sering kelabu, Senna tahu, dia tidak berhak mendapatkan semuanya. Tapi, jika dia yang bukan menntang takdir, lalu siapa lagi? Tuhan saja tidak pernah memberinya kebahagiaan, setiap mencari pekerjaan, dia tidak pernah mendapatkan yang cocok, gaji yang sedikit dan selalu berada dibawah tekanan orang yang derajatnya lebih tinggi. Senna tidak suka itu, dan pekerjaan seperti ini jauh lebih banyak mendapatkan uang, hanya membiarkan banyak laki-laki menciumnya bahkan menyentuh seluruh tubuhnya, kecuali kehormatan yang paling berharga. Senna hanya ingin memberikannya untuk dia yang berhak. Bagi Senna itu jauh lebih baik. Padahal pada kenyataannya, semuanya tetap sama, haram dan tidak akan pernah mendapatkan ridha dari Allah.
🍁🍁🍁
Rania tidak menyangka kalau Radit akan semarah ini, padahal sama sekali ia tidak melakukan apa-apa di tempat itu, hanya terpaksa dibawa oleh Alia dan juga Bianca, setelah itu ia sama sekali tidak mengikuti Apapun yang dilakukan kedua teman-temannya. Dia hanya duduk, dan memandang iba kepada setiap mengunjung yang ada di sana. Semua orang-orang sibuk berpesta semaunya, menari diiringi irama musik keras yang nyaris membuat tekinganya pecah. Tapi, ia sama sekali tidak menyangka kalau Radit juga akan berada ditempat itu.
Yang bisa Rania lakukan hanya memangis, dituduh seperti itu amat menyakitkan.
"Ternyata lo sama gue nggak ada bedanya, perempuan-perempuan yang ada di sana semuanya murahan, apa lo juga pengen seperti mereka?" Radit membuang ludah, lantas kembali emosi pada Rania.
"Aku nggak kayak gitu, kak." Rania menangis, dituding sebagai wanita murahan merasa harga dirinya benar-benar runtuh, sangat menyakitkan.
"Halah, lalu kenapa lo bisa ada di situ?"
Radit menatap Rania sengit, emosinya terasa meledak-ledak, tanpa Radit sadari ia sangat menghawatirkan Rania, tidak ingin Rania jatuh pada jalan yang salah. Ternyata memang benar, darah lebih kental dari pada air, sebesar apa pun rasa bencinya, tetap saja tidak akan bisa menghapus rasa sayang. Memang tidak kentara, tapi perlakuan seperti ini adalah bukti bahwa Radit sangat mencemaskannya.
"Aku cuma diajak sama Alia dan Bianca, kak. Sumpah demi apa pun aku gak lakuin apa-apa."
"Awalnya lo diajak dan lo gak lakuin apa-apa, setelah itu apa? Lo bisa jual harga diri lo sendiri?"
Rania hanya menggeleng, menagis adalah salah satu cara yang bisa dia lakukan sekarang.
"Terus kenapa? Kakak juga lakuin hal yang sama kan? Apa aku nggak boleh? Aku ngerasa apa yang dibilang sama Alia itu benar, tempat itu emang bisa bikin kita nyaman, awalnya aku emang nggak suka, tapi ngeliat mereka bisa bergoyang dengan suka ria, aku juga pengen rasain itu biar semua masalah yang ada di otak aku itu ilang."
Rania menjawab lantang, meski ucapan itu terlaku kontra dengan hatinya. Tapi lama-lama, Rania ingin seperti mereka, melupakan masalah, membuang jauh-jauh rasa sakit hati, menikmati dunia malam yang bisa disebut surga dunia.
Kemarahan Radit semakin memuncak, sekarang Rania sudah berani menentangnya.
"Terserah lo, kalau emang lo gak mau dengerin omongan gue, silakan, silakan rusak hidup lo."
Radit berlalu begitu saja, membawa hati yang amat pedih. Ini aneh, sangat aneh, pemberontakan yang Rania lakukan lumayan berhasil menohok dadanya.
Sementara itu, Bi Nani tidak berani berbuat apa-apa. Dia sendiri juga terlalu terkejut dengan kabar ini. Sepanjang yang ia tahu, nona mudanya itu hanyalah anak baik-baik saja, tidak pernah membantah, yang dia lakukan hanya menerima dan menerima keadaan meski terkadang tidak mampu menerimanya.
"Non, Rani.."
Bi Nani yang tidak tega melihat Rania menangis memilih untuk menghampirinya, membawa anak gadis itu ke dalam pelukannya.
"Bik, aku benar-benar nggak lakuin apa pun...," isak Rania pilu.
"Iya, Non. Bibik percaya, Non Rani nggak mungkin lakuin itu, Den Radit cuma salah paham."
"Tapi tetap aja, Bik. Kata-kata kak Radit itu nyakitin banget, dia selalu ngejudge aku, padahal dia sama sekali gak tau apa-apa."
"Non Rani jangan gitu, mungkin Den Radit kayak gitu karena nggak mau, Non Rani kenapa-kenapa, itu tandanya Den Radit sayang sama Non."
"Sayang?"
Rania tertawa sarkas, itu semua tidak mungkin, Radit amat membencinya. Jadi mana mungkin?
"Non coba liat, kalau dia gak peduli sama Non, mana mungkin Non dimarahin kayak tadi."
"Tapi aku malu, bik. Aku ditarik-tarik deket teman-teman aku, seenggaknya dia bisa bilang baik-baik tanpa perlu bersikap kasar."
Rania tidak bisa menerima kebenaran, hatinya masih terlampau sakit karena perkataan Radit. Wanita murahan, kalimat itu masih menggema jelas di telinganya, berhasut-sahutan untuk mengejeknya habis-habisan.
"Mungkin cara Den Radit emang begitu, Non. Non tau sendiri kan, kalau Den Radit itu orangnya kasar.
Rania menggeleng, tidak mau mendengar lagi.
"Aku mau istirahat."
Rania mendorong tubuh Bi Nani agar pelukan mereka terlepas. Setelah itu Rania beranjak dan menghiraukan Bi Nani yang berusaha memberinya pengertian.
🍁🍁🍁
Bersambung
Jazakillahu khairan khatsiiran ...
Peluk jauh, Ayatulhusna_ 🤗
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top