AIR*19

Melalui pendidikan dan diklat di PIP (Politeknik Ilmu Pelayaran) Semarang kini Prilly berhasil mengantongi ijazah ANT (Ahli Nautik Tingkat) II. Atas permintaan Ali dan keluarganya juga, Prilly kini bekerja di kapal penyeberangan atau disebut juga kapal ferry.

"Captain." Ketukan pintu membangunkan Prilly tengah malam.

Prilly segera beranjak dari tempat tidur, lalu membukakan pintu.

"Ya, ada apa Dika?" tanya Prilly setelah melihat seorang juru mudi berdiri di depan kamarnya.

"Persiapan sandar satu jam lagi, Capt."

"Okey, makasih ya?"

"Iya, Capt." Dika pun berlalu memberi tahu kepada kru yang lain.

Struktur organisasi kapal terdiri dari seorang Nakhoda selaku pimpinan umum di atas kapal dan Anak Buah kapal yang terdiri dari para perwira kapal dan non perwira atau bawahan. Struktur tersebut pun tidak baku, karena setiap kapal dapat berbeda struktur organisaninya tergantung jenis, fungsi dan kondisi kapal. Semua orang yang mempunyai jabatan di atas kapal itu disebut Awak kapal, termasuk Nakhoda, tetapi Anak Buah Kapal (ABK) adalah semua orang yang mempunyai jabatan di atas kapal kecuali jabatan Nakhoda.

Prilly pun telah siap dengan seragam dinasnya. Berbeda dengan pekerjaannya yang dulu, kini tanggung jawabnya lebih besar. Prilly naik ke anjungan, di sana sudah terlihat para ABK yang sedang melakukan dinas jaga siap dengan posisinya masing-masing. Prilly kini menjadi seorang Nahkoda di kapal ferry penyeberangan Lembar, Lombok - Padang Bai, Bali.

"Sandar 30 menit lagi, Capt. Menunggu kapal Salindo selesai muat," seru seorang perwira yang saat ini sedang bertugas.

Setiap 5 jam sekali kapal akan sandar di pelabuhan Lembar atau Padang Bai dan memiliki waktu bongkar muat 1 jam. Jadwal pelayaran pun sudah di atur dari kantor ASDP.

"Setelah ini balik ke Lembar, kita off kan ya?" tanya Prilly kepada Mualim II.

"Iya Capt," jawab Mualim II terdengar sopan.

"Mau pergi Capt?" tanya Dika selaku juru mudi yang sedang bertugas saat ini.

"Iya, pengen jalan-jalan cari angin segar. Bosen di kapal terus," jawab Prilly sambil memantau radar karena di perairan Bali jam-jam seperti saat ini banyak para nelayan sekitar menyebar jala.

Maka dari itu jika seorang ABK sedang bertugas apa lagi seorang perwira deck atau ABK yang bertugas di anjungan harus berhati-hati dan jeli memperhatikan radar. Dari alat tersebut seorang pelaut dapat melihat sesuatu benda yang akan menghalangi pelayaran mereka dengan frekuensi dan jarak tertentu.

"Captain mah enak, bisa wira-wiri ke sana-sini dalam waktu singkat," ujar KKM menyaut.

"Bener itu Bass, secara pacarnya pilot," saut Mualim II terdengar menggoda.

Prilly hanya tersenyum, karena sudah hampir satu bulan Ali tak ada jadwal penerbangan ke Bali atau Lombok. Biasanya jika ada penerbangan ke Lombok atau Bali mereka masih mempunyai waktu untuk melepas rindu. Bertemu dan jalan-jalan menghabiskan waktu berdua.

"Salindo sudah keluar Capt," seru Mualim II.

"Persiapan." Prilly menginterupsi, sebagai Nahkoda dia harus selalu ada saat kapal melakukan manuver untuk sandar.

Nakhoda kapal ialah seseorang yang sudah menanda tangani Perjanjian Kerja Laut (PKL) dengan Pengusaha Kapal dimana dinyatakan sebagai Nakhoda, serta memenuhi syarat sebagai Nakhoda dalam arti untuk memimpin kapal sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku pada Pasal 342 KUHD, secara ekplisit menyatakan bahwa tanggung jawab atas kapal hanya berada pada tangan Nakhoda, tidak ada yang lain. Jadi apa pun yang terjadi di atas kapal menjadi tanggung jawab Nakhoda, kecuali perbuatan kriminal.

***

Prilly menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Tubuhnya yang lelah karena baru saja selesai melabuhkan jangkar di perairan Lembar. Biasanya jika kapal sedang tidak beroperasi, kapal akan berlabuh jangkar, menunggu hingga mendapat jadwal baru dari kantor perusahaan dan ASDP. Saat itulah Prilly memanfaatkan waktu untuk bertemu dengan Ali.

Prilly menggapai HP-nya yang berada di atas meja, lalu ia mencari nomer telepon Ali. Dia mencoba menghubungi nomer Ali, namun tak aktif. Jika sudah seperti itu Prilly harus mengerti bahwa Ali sedang bertugas. Sudah menjadi hal biasa bagi mereka seperti itu. Saling memahami pekerjaan masing-masing adalah salah satu kunci dari rasa kepercayaan hubungan mereka. Prilly segera mengirim sms kepada Ali, walau tak langsung Ali baca namun Prilly yakin Ali akan membacanya setelah dia landing.

Kapal off 3 hari. Kamu penerbangan di mana?

Prilly menaruh kembali HP-nya ke atas meja, lalu beranjak dari rebahannya. Sembari menunggu balasan sms dari Ali, Prilly membersihkan diri dan merapikan kamar.

"Capt ...." Ketukan pintu menghentikan Prilly saat ia sedang menyetrika.

Prilly mencabut setrikaannya lalu berdiri membukakan pintu.

"Iya Kok," sahut Prilly setelah tahu yang berdiri di depan kamarnya adalah seorang Koki di kapal tersebut.

"Mau makan siang di mana?" tanya Koki. Biasanya jika Prilly sedang malas keluar kamar, dia meminta tolong Koki untuk mengantarkan makannya ke dalam kamar.

"Di bawah aja Kok, aku sedang malas makan," seru Prilly dengan wajah lelahnya.

"Captain mau turun ya?"

"Belum tahu, nunggu dia ngabarin dulu. Masuk yuk Nia." Prilly membukakan pintu untuk kepala Koki yang bernama Nia.

Hanya Prilly dan Nia, wanita yang menjadi awak kapal di KMP. Gerbang Sarana Samudra tersebut. Sengaja Prilly mencari satu wanita untuk menemaninya di atas kapal. Itu juga atas permintaan Ali, jika di atas kapal hanya dia sendiri yang menjadi kru wanita, Ali tak mengizinkannya berlayar lagi. Untung saja dengan jabatan Prilly sekarang memiliki kekuasaan untuk memilih ABK yang akan bekerja sama dengannya.

"Capt, aku mau ke Bima," ujar Nia duduk di sebelah Prilly yang sedang melanjutkan menyetrika.

"Ya sudah, nggak papa. Asal asisten kamu jangan sampai turun dari kapal selama kamu nggak ada di kapal." Prilly tersenyum tulus mengizinkan Nia.

Tak ada larangan bagi ABK yang akan meninggalkan kapal saat kapal dalam keadaan off. Yang terpenting masih ada ABK lain yang menjaga kapal. Begitu pun seorang Nahkoda, dia dapat meninggalkan kapal jika ada seorang Mualim yang siap menggantikan tugasnya bukan tanggung jawabnya.

"Kita turunnya bareng aja ya Capt?" Nia berkata sambil membantu Prilly melipat pakaian.

"Iya, kamu hubungi tukang sampannya dulu." Prilly berdiri menggantung PDH-nya yang sudah rapi ke dalam lemari.

Sudah menjadi hal biasa bagi seorang pelaut jika kapal sedang berlabuh jangkar, jasa perahu kecil akan menjadi alternatif mereka untuk menginjakan kaki ke daratan. Di daerah Lembar sudah banyak jasa yang menyediakan sampan atau perahu untuk mengantar dan menjemput para awak kapal jika mereka ingin ke darat.

Deringan HP Prilly bersuara tanda panggilan masuk. Dia segera mencabut setrikaannya dan berdiri mengambil HP-nya. Seulas senyuman yang sangat manis menghiasi bibirnya kala melihat penelepon. Prilly segera memencet tombol menerima panggilan. Hatinya berbunga-bunga dan sangat bahagia ketika suara yang sangat dia rindukan berbunyi nyaring di telinganya.

"Assalamualaikum, Delmora sayang." Prilly tersenyum tak jelas membuat Nia mengerutkan dahinya melihat tingkah tak biasa Prilly.

Prilly menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, sedangkan Nia meminta izin keluar kamar dengan isyarat tangan tanpa ada suara. Prilly mengacungkan ibu jarinya, bertanda mengiyakan.

"Waalaikumsalam warohmarullohi wabarokatu," balas Prilly lengkap hingga terdengar tawa dari seberang.

"Aku nanti sore ke Surabaya. Kamu terbang ke Surabaya ya? Aku besok libur 2 hari," kata Ali terdengar santai.

"Kamu di mana sekarang? Kok ramai banget sih?" tanya Prilly beranjak dari tempat tidur dan bersiap memasukkan beberapa baju ke dalam tas.

"Di kantor managemen. Kenapa?" Suara tawa wanita membuat hati Prilly berdesir dan rasa curiga terbesit memenuhi rongga kepalanya.

Prilly terdiam mendengar berbagai canda tawa suara seorang wanita dari telepon Ali.

"Li, makan yuk? Kamu nggak laper? Kan kamu belum makan dari tadi," seru seorang perempuan terdengar jelas di telinga Prilly.

"Kalian duluan aja, entar aku nyusul."

"Telepon siapa sih, sampe kamu lupa makan gitu." Suara protes dari perempuan yang sama terdengar manja dan hal itu membuat Prilly geram.

"Bini aku, kenapa?" sahut Ali santai membuat hati Prilly seketika menghangat dan mengulum bibirnya.

"Kamu udah nikah, Li?" Suara itu terdengar kaget membuat Prilly yang mendengar ingin melepaskan tawanya.

Entah apa yang Ali jawab di seberang sana, namun terdengar dari ujung telepon suara semakin sepi.

"Siapa dia? Kok terdengar manja banget sama kamu," tanya Prilly memancing kejujuran Ali.

"Jangan cemburu gitu, dia pramugari. Banyak yang naksir sama aku, tapi aku selalu menolak mereka," jawab Ali percaya diri namun terdengar serius dan tulus.

"Ya udah aku mau ke darat hari ini sekalian beli tiket buat ke Surabaya." Prilly tersenyum bahagia saat menyadari betapa keseriusan Ali kepadanya.

"Emang kamu tahu jadwal penerbangan hari ini dari BIL ke Surabaya?" tanya Ali mengingatkan Prilly.

"Nggak tahu," jawab Prilly polos membuat Ali tertawa di seberang sana.

"Kamu ikut Lion Air JT 864 aja ya? Berangkat dari BIL jam 03.00 sore sampai di Juanda 04:55. Jadwal waktu Indonesia Barat loh. Jangan ikuti waktu di situ nanti kamu bisa terlambat," jelas Ali membuat Prilly tersenyum tak kuasa menahan rasa bahagianya karena sebentar lagi rindunya akan terbasuh.

BIL (Bandara Internasional Lombok) adalah sebutan bandara di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dahulu sebelum PT Angkasa Pura I Lombok International Airport, menggantinya dengan nama LIA (Lombok International Airport).

"Kamu berangkat dari mana nanti?" Suara Prilly terdengar manja.

"Aku sekarang ada di bandara Adisutjipto, Jogja. Aku berangkat dari sini jam 03:00 dengan kode pesawat JT 1846. Sampai di Juanda jam 04:10," jelas Ali panjang lebar. Mungkin saja Ali meminta Prilly mengambil jadwal penerbangan itu agar dia tak terlalu lama menunggu Ali.

"Duluan kamu dong sampainya," tukas Prilly manja membuat Ali mendesah terdengar jelas di gendang telinga Prilly.

"Iya, tapi kan aku briefing dulu. Pokoknya kalau kamu udah sampai di bandara Juanda sms aku aja ya?"

"Iya."

"Ya udah, aku mau istirahat dulu. Kamu siap-siap ya? Sampai ketemu di Surabaya Delmora sayang." Prilly tersenyum bahagia dan bibirnya merekah, hatinya berbunga-bunga tak kuasa menahan lagi rindu yang sudah meluas bagaikan samudra.

Panggilan itu pun terputus dari pihak Ali. Prilly segera menggenggam HP-nya di depan dada, ia tak sabar lagi ingin bertemu sang pujaan hati.

"Aaaaaaaaa ... Mamiiiiii ... oh my God, kenapa jantung aku jingkrak-jingkrak begini sih?" pekik Prilly girang sambil menghentakkan kedua kakinya ke geladak kapal.

Prilly segera mengganti bajunya dan berkemas diiringi perasaan yang sangat bahagia.

***

Suasana hiruk-pikuk menguasai pandangan mata Prilly. Dia menyapu keseluruh penjuru arah tempat itu, berbagai kegiatan terekam di rentinanya. Prilly terlihat santai mengenakan t-shirt putih terbalut jaket jeans berwarna biru dengan bawahan celana jens senada sobek-sobek di sebagian lutut dan kepalanya tertutup topi. Kacamata hitam menunjang penampilannya yang terkesan seperti preman berkelas kakap. Beginilah seorang Prilly yang tak mau dipusingkan dengan dandanan yang super ribet baginya.

"Di mana sih Ali?" gerutu Prilly mencari-cari.

Tadi setelah Prilly keluar dari area kedatangan, dia segera mengirim pesan kepada Ali. Kini dia berdiri di ruang tunggu seperti yang diperintahkan Ali.

"Delmora, sayang!!!" seru suara membuat tubuh Prilly menegang dan debaran jantungnya berjalan abnormal.

Tubuhnya seketika gemetar dan entah apa yang akan dia lakukan, Prilly sendiri saja tak tahu. Dia membalikan badannya, melihat Ali berjalan gagah menghampirinya dengan seragam hitam berdasi ber bar tiga karena saat ini dia masih menjabat Frist Officer atau kopilot.

"Hey, udah lama? Maaf aku tadi briefing dulu." Ali segera menarik Prilly ke dalam pelukannya.

Prilly yang menyadari situasinya tak memungkinkan untuk mereka melakukan hal itu, lalu ia segera mendorong tubuh Ali pelan membuat Ali menatapnya bingung.

"Kamu nggak kangen sama aku?" tanya Ali dengan tatapan curiga.

Prilly memperhatikan keadaan sekitar, ada beberapa pasang mata memperhatikan mereka apa lagi di belakang Ali, terlihat beberapa pramugari cantik memandang mereka penuh arti. Prilly melepas kacamata hitamnya, lalu berkacak pinggang mengurangi rasa nervous-nya, memandang Ali dari atas hingga bawah.

"Mmmm ... kangen sih, tapi apa kamu nggak malu meluk aku di depan banyak orang. Lihatlah penampilanku yang seperti preman ini." Prilly meminta Ali memperhatikan penampilannya.

Ali tertawa terbahak melihat Prilly yang memandang dirinya sendiri. Lalu Ali menggapai bahu Prilly dan mengampit kepalanya di bawah ketiak yang menciumkan aroma parfum khas tubuh Ali dan itu salah satu yang sangat dirindukan Prilly.

"Aku nggak peduli itu sayang, melihat kamu di depanku sekarang sudah buat hati aku sangat bahagia." Ali melepas kepala Prilly dan merangkul bahunya, mengajak Prilly berjalan ke arah kantor managemen.

Canda tawa mereka selama berjalan menuju ke kantor managemen melebur rasa rindu yang menggunung. Ali membuka pintu kantor dan menggenggam tangan Prilly erat mengajaknya masuk ke dalam. Saat Prilly dan Ali masuk ke ruangan, mereka menjadi pusat perhatian. Banyak pasang mata pramugari menatap Prilly remeh dan tak suka. Prilly bersikap tak acuh menanggapi tatapan mata mereka.

"Li, siapa dia?" tanya seorang petugas kantor managemen Lion Air.

"Nahkodaku, Pak," jawab Ali sambil menggapai kopernya yang dia letakkan di pojok ruang tersebut.

Pasang mata pramugari yang tadi memandang rendah Prilly seketika tampak terkejut mendengar jawaban Ali. Prilly tersenyum dalam hati, ketika menyadari hal itu. Prilly dapat menarik kesimpulan bahwa kebanyakan orang yang melihat dia tanpa mengenal lebih jauh, akan memandangnya rendah karena mereka hanya menilai dari penampilannya yang biasa tanpa polesan make up dan tak berpakaian modis seperti mereka yang memang dituntut berpenampilan cantik.

"Wuihhhh, gila!!! Ini yang kamu bicarakan waktu itu, Li?" tanya seorang Pilot senior.

"Iya Capt, aku kalah start sama dia. Malu dan minder sih Capt, dia udah jadi Nahkoda sedangkan aku masih aja kopilot," seru Ali melirik Prilly.

Prilly mengalungkan tangannya di lengan Ali, berniat untuk menguatkan dia agar tidak memiliki pemikiran yang pesimis.

"Belum waktunya aja, Li. Nanti kalau kamu sudah waktunya pasti jadi Pilot. Percaya deh, jangan pesimis, hidup itu harus dijalani dengan optimis. Apa pun bisa terjadi kalau Tuhan sudah menghendaki," saut seorang Pilot lainnya.

"Iya Capt, makasih," ujar Ali melempar senyum kepada para seniornya lalu mengelus lembut tangan Prilly yang melingkar di tangannya membuat hati Prilly merasa tenang.

"Ya udah, kita duluan ya?" seru Ali berpamitan kepada teman-teman dan semua orang yang ada di ruang tersebut.

"Okey, hati-hati," jawab sebagian orang.

"Li, HP selalu siap ya? Sewaktu-waktu kalau di perlukan kamu harus siap," pekik seorang petugas kantor.

"Siap, Pak." Ali mengacungkan ibu jarinya mantap ke arah orang itu dan dibalas dia dengan mengacungkan kedua ibu jarinya.

Ali menggenggam tangan Prilly ke luar dari ruang managemen. Berjalan gagah sambil menarik koper, sangat terlihat jelas dua perbedaan profesi yang bertentangan, dua air berbeda arti berjalan beriringan menempuh satu langkah dengan tujuan yang sama. Akan kah mereka tetap berjalan beriringan seperti itu hingga menuju kebahagiaan yang diharapkan?

##########

Asyeeekkkkkk ....
Bayangin Ali pakai PDH Pilot gandengan tangan sama Prilly yang berpakaian seperti wanita tomboy. Duh, ngena nggak sih di bayangan kalian? Semoga aja kalian bisa bayangin begitu ya? Hahahahaha

Makasih untuk vote dan komennya. Semoga masih ada yang setia menunggu. Cerita ini akan berhenti di part 20. Untuk part selanjutnya doakan saja bisa di baca di versi cetaknya. Aamiin.

Oh iya mau baca Cerita pendek?
Langsung ending.
Cast bisa berubah-ubah, sesuai selera dan mood. Ada juga yang Ali-Prilly, cari saja di Kumpulan Cerita Pendek by Rex_delmora.

Setelah part 20 publish, story ini nanti akan di unpublish. Aku sisain part 1 dan 20. Hihihihi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top