AIR*10

Sejak kejujuran Ali yang memang memeluk agama kristen, beberapa hari lalu, membuat Prilly semakin ragu untuk melanjutkan hubungannya bersama Ali. Bukan karena keyakinan yang Ali peluk, namun apakah keluarga Prilly dapat menerima Ali nanti? Sepulangnya mereka dari Surabaya untuk mengantar Prilly interview, sedikit demi sedikit Prilly berniat untuk mundur teratur dari hidup Ali.

Kamu sudah makan?

Isi sms Ali pagi ini, sengaja Prilly tak memperdulikannya. Prilly selalu menghindari Ali, apa lagi setelah kejadian di depan kos kemarin sore.

"Jangan mengharap kapal akan berlabuh di bandara. Itu nggak akan pernah mungkin terjadi." Widya berkata pedas hingga menusuk tepat di jantung hati Prilly.

Sepulangnya Prilly dari mini market dekat kosnya, tak sengaja dia berpapasan dengan Widya di depan gerbang kos Ali. Mungkin dia baru saja menemui Ali, setahu Prilly keluarga Ali akan pulang ke Karo saat itu. Prilly hanya diam tak menghiraukan ucapan Widya tadi.

"Aku sudah menjodohkan Ali dengan impalnya. Jadi tolong jahui Ali." Widya menegaskan lebih jelas, semakin membuat Prilly yakin jika Ali tak benar-benar serius dengannya selama ini.

"Maaf Tante, saya dan Ali hanya berteman dan kita tidak memiliki hubungan lebih. Jika Tante mau menjodohkan Ali dengan pilihan keluarga, silakan. Saya tidak masalah." Entah mengapa hati Prilly merasa perih saat mengatakan itu. Hatinya mendustai bibirnya.

"Bagus kalau begitu. Menjauhlah dan kalau bisa cepatlah pergi dari hadapan Ali." Widya berkata dengan wajah yang angkuh dan tidak memiliki belas kasihan sedikit pun untuk perasaan Prilly.

Dada Prilly kembang kempis, menahan gemuruh emosi. Dia harus tetap tenang menghadapi kata-kata pedas dari Widya, agar dia tidak semakin diremehkan oleh mama Ali itu.

"Tenang saja Tante, sebentar lagi saya akan berlayar. Jadi Tante bisa menikahkan Ali dengan wanita pilihan Tante."

Setelah Prilly mengatakan itu Widya pun berlalu masuk ke dalam taxi. Prilly masuk ke dalam kos, saat dia sampai di depan kamarnya, Prilly sempat menoleh dan melihat Ali sedang tersenyum padanya. Prilly berusaha tetap tenang dan membalas sapaan Ali dengan senyum paksaan.

Prilly segera masuk ke dalam kamar dan menguncinya rapat. Sesak di dadanya, ia tumpahkan sendiri di dalam kamar. Pikirannya kalut, hingga sebuah pesan singkat masuk di HP-nya.

Kapal besok sandar di Lombok. Kalau sudah siap naik ke kapal, cepat menyusul ke Lombok. Terima kasih. Captain KMP. Permata

Beginilah keadaan di dalam kos Prilly pagi ini, semua barang sudah rapi dan di sana sudah siap satu koper yang akan Prilly bawa untuk berangkat ke Lombok menyusul kapal yang akan dia tempati nanti.

"Mi, Pi, Fia, aku berangkat ya? Jaga kesehatan kalian, jangan sampai sakit." Prilly berpesan saat mereka berpamitan di dalam kos.

Sejak Prilly mendapat sms dari kepala cabang perusahaan yang sudah mengontrak dia sebagai chief officer atau mualim I di kapal kontainer, dia segera menghubungi keluarganya agar datang ke kosnya. Membantunya mengepak barang dan nantinya mereka yang akan mengangkut barang-barang Prilly untuk di bawa ke rumah. Sedangkan Prilly akan berangkat ke Lombok menaiki pesawat dari bandara Ahmad Yani, Semarang.

"Kamu juga hati-hati kalau bekerja, begitu dapat sinyal langsung telepon keluarga yang terutama," pesan Puspa dengan air mata yang tak henti-hentinya keluar.

Mungkin di dalam hati kecil Puspa, tak tega melepas dan merelakan anak gadisnya berlayar, namun bagaimana lagi itu sudah menjadi keputusan Prilly.

"Iya Mami." Prilly memperlihatkan ketegaran hatinya, dia tetap senyum dan dia tak menceritakan sebenarnya apa yang terjadi padanya.

Sebelum keluar kamar Prilly melihat situasi di luar, dari kaca jendela. Saat di rasa sepi, Prilly pun keluar di antar oleh keluarganya sampai di depan gerbang kos. Prilly memilih menaiki taxi dan menolak papinya untuk mengantar sampai bandara. Itu akan semakin membuat hati Prilly berat untuk berangkat jika melihat keluarganya sedih.

"Prilly!" Cindai memanggil dari dalam kos lalu berlari kecil ikut masuk begitu saja ke dalam taxi.

Cindai memeluk Prilly erat, persahabatan mereka yang kuat membuat Prilly merasa berat untuk berjauhan dengan Cindai.

"Kamu yakin mau layar?" tanya Cindai menangis sesenggukan di pelukan Prilly.

"Iya, ini sudah keputusanku." Sekuat tenaga Prilly berusaha tidak mengeluarkan air mata, karena itu akan membuat keluarganya semakin berat melepaskannya.

"Begitu dapat sinyal, kamu wajib telepon aku. Pokoknya harus!" rajuk Cindai manja melepas pelukannya.

"Insya Allah Cindai sayangku. Doakan agar aku selalu selamat." Prilly menangkup wajah Cindai yang sudah basah dengan air mata.

Prilly sebenarnya tak tega melihatnya seperti itu, dadanya sudah terlalu sesak menahan tangisannya, karena harus berjauhan dengan keluarga dan sahabatnya. Tak hanya itu dia juga beberapa hari ini, sudah menahan tangisannya agar tidak pecah karena persoalan tentangnya dan Ali yang tak ada kejelasan di tambah kata-kata dari Widya yang menyakiti hatinya.

"Sudah sana keluar, kalau ada waktu tetap main ke rumah, sekali pun nggak ada aku. Tolong jagain keluarga aku ya?" Prilly berpesan tulus dan mencium pipi Cindai.

Cindai memeluknya erat lalu segera melepas dan keluar dari dalam taxi. Sebelum banyak orang yang melihat, terutama Ali, Prilly harus segera pergi dari tempat itu. Saat sampai di gapura, taxi yang di naiki Prilly tak sengaja berpapasan dengan Ali yang sedang mengendarai motornya. Ali tak menyadari jika ada Prilly di dalamnya, karena dia tetap tak acuh.

"Maafin aku, Li. Mungkin kamu bukan jodohku dan semoga kamu bahagia bersama pilihan Tante Widya." Air mata yang sudah ia tahan pun lolos begitu saja tanpa permisi.

Ia tak kuasa lagi membendung air matanya, taxi terus melaju seiring Prilly mengenang kenangan saat bersama Ali di tempat-tempat yang pernah mereka lalui. Saat Prilly sibuk menumpahkan air matanya, HP-nya berdering tanda panggilan masuk. Prilly melihat Ali yang menelponnya. Sengaja dia tidak mengangkat hingga berkali-kali tetap Prilly tidak mengangkat. Pesan singkat pun Ali kirimkan.

Kamu kenapa nggak pamitan sama aku, kalau mau berangkat sekarang?

Prilly tidak menjawabnya.

Kamu nggak anggap aku ada?

Pesan kedua tetap Prilly tidak menjawab.

Tunggu aku di bandara. Aku mau kita bicara sebelum kamu pergi.

Sms ketiga membuat tangisan Prilly semakin terisak.

"Maaf, kita nggak mungkin bisa bersama." Prilly berkata di sela tangisannya sambil mengusap HP yang memperlihatkan sms Ali.

Lupakan aku, lanjutkan hidupmu tanpa aku. Aku seorang pelaut dan kamu seorang penerbang. Kita tidak akan pernah bisa bersatu karena aku nggak akan pernah menyandarkan kapalku di bandara. Hal yang sangat mustahil dan tidak akan pernah terjadi. Semoga kamu bahagia bersamanya. Terima kasih banyak atas kebaikan dan perhatian kamu selama ini. Good luck Ali. Senang bisa kenal dan berjuang bersama kamu.

"Maaf, mungkin ini sms terakhir aku untuk kamu, Li. Aku nggak mau jadi beban dalam hidupmu." Prilly berkata sebelum dia mengirim pesan itu kepada Ali.

Dia memejamkan matanya dan meyakinkan diri untuk mengirim pesan itu. Prilly pun akhirnya memencet tombol untuk mengirim. Dadanya semakin sesak dan sakitnya yang dulu belum mengering, kini semakin parah.

"Melepas sesuatu yang hampir tergenggam itu sangat sakit, Li. Maaf."

Setelah Prilly meyakinkan bahwa sms tadi sudah terkirim, dia memutuskan untuk mencabut SIM card dan menggantinya dengan yang lain. Ini sudah menjadi rencananya. Prilly sudah mempersiapkan ini dari kemarin.

Sesampainya di bandara Prilly segera masuk untuk menghindari Ali, karena Prilly tahu dan yakin Ali akan datang menemuinya. Setelah melalui proses panjang, kini Prilly duduk di atas burung besi. Melepas beban pikiran dan mencoba merelakan sesuatu yang hampir tergenggam.

"Selamat tinggal Ali." Prilly berkata lirih lalu memejamkan matanya, membiarkan bayangan Ali memenuhi otaknya. Dia tak memperdulikan bagaimana marahnya Ali dan perasaan Ali saat ini. Dia hanya ingin mengejar cita-citanya.

Air! Memiliki dua arti yang berbeda, Air adalah senyawa gabungan antara dua atom hidrogen dan satu atom oksigen menjadi H2O. Air yang ini merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, makhluk hidup yang lain juga sangat membutuhkan air. Sedangkan Air yang berarti udara adalah suatu campuran gas, terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi. Memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Dalam udara terdapat oksigen untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon untuk menahan sinar ultraviolet.

Dua air yang berbeda arti namun sangat di butuhkan untuk kehidupan ini. Akankah air yang memiliki dua arti itu akan menyatu dalam sebuah ikatan cinta? Akan kah lautan dan angkasa dapat bersahabat menyatukan cinta seorang pelaut dan penerbang? Semua itu adalah rencana-Nya. Tak ada kata mustahil jika Tuhan sudah bekerja. Semua yang tak mungkin bisa ternjadi.

***

Prilly Pov

Aku perlahan membuka mata, merasakan angin liar dan deru ombak liar menjadi melodi indahku setiap saat. Aku merasa bebas dengan goyangan ombak memberi ketenangan tersendiri dihati.

"Chief." Panggilan dari belakang mengusik telingaku.

Aku menoleh melihat seorang pria paruh baya menghampiriku, yang kini sudah berdiri dekat denganku menikmati indahnya perairan Hindia. Pagi yang indah menawarkan pemandangan laut lepas, berdiri di atas baja besi yang mengapung di tengah hamparan air luas. Aku tak melihat daratan di sini, semua sekelilingku adalah air. Air yang memberi kehidupan bagi seluruh makhluk di dunia ini.

"Iya Capt." Aku menjawab tegas.

"Sedang apa kamu di sini?" Wiranto, dia adalah Nahkoda di kapal ini. Usianya yang tak lagi muda menjadi bapak pengganti di kapal ini.

"Sedang menikmati kebebasan Capt." Captain Wiranto tersenyum, berdiri di sebelahku. Kita bersama menatap lurus ke depan, karena saat ini kami berada di depan anjungan.

"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Captain Wiranto dengan pandangan tetap lurus ke depan.

"Mau tanya apa Capt?"

"Apa yang membuatmu sekarang berdiri di sini?"

Aku tersenyum geli mendengar pertanyaan konyol itu.

"Tekat yang kuat, kemauan dan cita-cita." Aku menjawab sesuai dengan yang aku rasakan.

"Kamu termasuk wanita beruntung."

"Kenapa begitu Capt?" Aku menoleh, bertanya heran kepada Captain Wiranto.

"Karena kamu wanita pertama yang masuk di perusahaan ini dan langsung di percaya menjadi chief officer. Kamu tahu apa artinya itu?" tanya Captain Wiranto yang sekarang menatapku.

"Itu berarti saya adalah wakil Captain di kapal ini," jawabku sesuai yang aku ketahui.

"Iya, kamu benar. Kita di tuntut untuk menjadi satu otak dalam rumah yang sekarang sedang mengapung ini. Aku percaya, kamu gadis yang kuat yang memilki otak cerdas. Perusahaan nggak main-main memilihmu. Mari satukan tujuan kita Rex Delmora." Saat Captain Wiranto menyebut nama itu, ingatanku kembali kepada Ali.

Sudah dua bulan lamanya aku berada di kapal ini dan tak mengetahui kabarnya dan bagaimana dia sekarang.

"Taklukan perairan ini Ratu lautan. Genggamlah air dan bersatulah dengan alam. Jadikan dunia ini sahabatmu, Tuhan tidak pernah menjanjikan lautan selalu tenang, atau cuaca selalu baik, tetapi Tuhan menjanjikan pelabuhan tujuan yang indah." Aku tersenyum saat Captain Wiranto meyakinkanku dan memberiku semangat.

"Mari Capt, kita bangun rumah tangga yang harmonis di atas baja besi yang mengapung ini." Captain Wiranto tersenyum yakin dan menepuk bahuku pelan.

Mengapa aku katakan kapal ibarat bahtera rumah tangga? Memang kehidupan rumah tangga seperti kapal laut yang berlayar. Suami sebagai nakoda, istri sebagai masinis, dan anak-anak sebagai anggota atau ABK. Semua harus terlibat. Satu hal yang sangat menarik di atas kapal adalah manajemen yang sangat rapi. Jiwa korsa yang kuat, saling melindungi, saling menjaga, loyalitas, tanggung jawab, dedikasi yang tinggi dan kami di sini tidak ada satu pun yang menganggur. Semua bekerja keras.

Rumah tangga yang sehat bisa mencontoh sebuah kapal laut yang dioperasikan dari pulau ke pulau atau kota ke kota. Walau badai menerpa, angin ribut melawan, hujan dan angin, petir, ombak menggulung, dan arus menghanyutkan, tetapi semua bisa dilalui. Ada juga rumah tangga ibarat kapal pecah atau tidak kuat diterpa ombak dan badai sehingga harus tenggelam. Memang benar Tuhan tidak selalu menjanjikan rumah tangga damai dan penuh suka cita. Kadang harus melawan goncangan-goncangan, namun Tuhan pasti menjanjikan pelabuhan tujuan cinta yang indah. Jadi, kita nikmati badai dan ombak dalam rumah tangga bukan sebagai sumber kecelakaan atau bagian dari kapal pecah melainkan semuanya adalah rencana Tuhan. Dan, akan menjadi indah pada waktunya.

"Istirahatlah, kamu nanti bergantian jaga." Captain Wiranto menepuk bahuku lalu pergi meninggalkanku sendiri yang masih ingin menikmati kebebasanku.

Aku menatap lurus kedepan, melihat luasnya air biru. Kali ini aku beruntung karena cuaca sedang baik dan bersahabat. Lumba-lumba meloncat-loncat saling mengejar di depan haluan kapal. Sungguh indah dan tak semua orang dapat menikmati keindahan ini.

"Apa kabar kamu di sana, Ali? Apa kamu sudah menemukan landasan hatimu? Bandaramu tak akan pernah menyambut kedatangan perahu megahku. Di sini aku bebas dan lebih nyaman tanpa mendengar kabar tentangmu yang akan semakin menyakiti hatiku. Semoga kamu bahagia di sana tanpa aku." Aku membatin dalam hati sambil memejamkan mata merasakan udara panas yang mulai menyengat. Entah mengapa hatiku merasa nyeri saat mengingat Ali.

Mengapa saat mengingat dia hatiku merasa sakit dan pedih? Di saat seperti itu aku selalu menyibukkan diri. Pikiranku melayang saat mengingat kenanganku bersamanya. Kebaikannya, perhatiannya dan masihkah dia menungguku?

Jalan yang senyap melintasi batas negara yang dingin, jauh dari orang-orang yang kucintai, terasa sangat sulit hidup ini, saat kuingat semua kata-katamu, senyum merekah di bibirku, kenangan manis yang tak pernah aku lupakan saat menjalani hari bersamamu di kota penuh kenangan itu.

Aku menggoreskan ungkapan hatiku di atas kertas yang selalu setia menemani hariku dan hanya dia yang mau menerima tuangan hatiku. Ali Tius Sembiring, nama yang selalu mengusik pikiranku.

############

Makasih ya untuk vote dan komennya?

Sengaja publish tengah malam mau tahu apa ada yang masih terjaga malam ini? Hihihihih

Masih sabarkan menunggu?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top