Who Is He?
Ketika matahari tak lagi bersinar, langit berubah menjadi hitam, pepohonan mengayunkan tubuhnya dengan kencang, burung kembali ke sarangnya, langkah kaki pejalan kaki berdentuman dengan jalan dan akhirnya awanpun meneteskan sebutir air yang perlahan mulai membasahi tanah. Pemandangan itulah yang bisa aku tangkap dari kaca putih yang berembun disebuah toko bunga, dengan secangkir coklat panas dan roti kecil yang menemaniku untuk melihat semua itu. Toko ini mulai tutup sekitar beberapa menit yang lalu sebelum langit berubah warna. Didalam toko hanya ada aku dan beberapa pekerja yang sedang sibuk menata kembali bunga yang biasanya diletakkan di depan toko yang bersampingan dengan papan nama toko ini. Lambat laun beberapa pekerja mulai meminta izin untuk pulang dan akhirnya tinggallah aku seorang yang masih bertahan di toko.
Sebenarnya aku juga ingin pulang dan menghangatkan tubuhku di perapian yang ada di ruang tamu, tapi ada hal lain yang membuatku mengurungkan niatku untuk kembali ke dalam rumahku yang nyaman. Aku tidak tau pasti apa itu dan akupun tetap bertahan di sini. Aku harap secangkir coklat panas ini bisa membantuku menghangatkan tubuhku yang kini mulai terasa dingin. Sebuah suara lonceng kecil yang diletakkan di pintu berbunyi dan yang aku dapati adalah seorang laki-laki yang mengenakan setelan abu-abu halus, kemeja putih, dasi hitam dan ia memiliki bola mata berwarna hitam legam seperti warna rambutnya menatap ke arahku. Apa yang sebenarnya ingin ia lakukan di tokoku? Bukankah sudah terpampang jelas di pintu jika tokoku sudah tutup?.
"Maaf nona, apakah aku boleh berteduh disini?."
"Oh, tentu. Silahkan duduk akan aku buatkan segelas coklat panas untukmu."
Kutinggalkan laki-laki itu dan aku pun menuju ke arah dapur kecil yang ada di toko dan membuat segelas coklat panas. Setelah itu akupun kembali ke depan dan meletakkannya di meja. Laki-laki itu sudah tak mengenakan jasnya, menggulungkan lengan kemejanya sampai batas siku dan meregangkan dasi yang sempat ia kenakan tadi.
"Silahkan diminum."
"Terima kasih."
Laki-laki itupun meminumnya lalu memejamkan matanya, aku tidak tau apa maksud dari gerak-geriknya itu dan aku lebih memilih meminum coklat panasku sambil menatap lagi kaca toko yang sedikit berembun. Pejalan kaki yang sempat aku lihat beberapa menit yang lalu sudah tak nampak lagi dan sekarang hanya menyisakan butiran air yang sekarang sudah berubah menjadi sebuah genangan kecil.
"Apa yang sedang kau lihat nona?." Setelah sekian menit berlalu laki-laki itupun kembali mengeluarkan suaranya.
"Hanya melihat suatu hal yang tidaklah begitu penting." Laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya dan kembali meminum coklat panasnya. "Lalu apa maksud tuan masuk kedalam toko ini? Bukankah sudah terpampang jelas bahwa toko ini tutup?." Anggap saja aku mengusir orang ini dengan halus, tapi aku benar-benar sedang ingin sendiri dan kedatangan laki-laki ini sedikit menggangguku.
"Tadi sudah aku katakan nona jika aku sedang menumpang berteduh disini, diluar hujan begitu deras. Dan nona mengizinkan aku untuk masuk."
"Tapi alasanmu tidaklah masuk akal tuan."
"Tidak masuk akal bagaimana nona? Diluar benar-benar hujan, apakah nona tega membiarkan seseorang basah kuyup di depan toko nona?." Aku hanya mengangkat bahuku dan kembali terfokus melihat kearah luar kaca. Aku tidak mau melihat ke arah matanya, mata itu yang membuatku mengingat semuanya, semua hal yang tak ingin aku ingat lagi. Arghhh... kenapa semuanya terasa sama?.
"Sama? Ya, semua memang terasa sama nona. Dan aku juga tak tau kenapa ini juga bisa terjadi." Sebelah alisku terangkat dan aku mulai mencerna perkataannya walaupun sulit tapi kenapa ia seperti menjawab perkataannku yang tak aku lontarkan tadi?.
"Kenapa kau heran nona, bukankah ini juga pernah terjadi padamu sekitar 3 atau 5 tahun yang lalu?". Kejadian itu, aku sudah mencoba melupakannya dan sekarang hanya dengan hitungan detik perlahan-lahan muncul kembali?.
"Aku juga tidak tau nona kenapa aku bisa membuatmu harus mengingat itu. Dan aku tekankan bahwa aku bukan seorang cenayang atau sebagainya yang kau pikirkan dalam otak cantikmu itu nona. Aku hanya menebaknya saja dan melontarkan apa yang memang ingin aku katakan padamu. Seseorang yang datang ke toko bungamu waktu itu dan dia juga masuk ke tokomu bukan hanya untuk membeli bunga tetapi juga untuk menumpang berteduh. Kau beri dia coklat panas dan beberapa potong kue kecil dipiring. Kalian mengobrol bersama dan semakin lama kau mulai nyaman dengan kedatangannya. Ketika ia pergi kau pun merasa kehilangannya. Keesokan harinya dia datang kembali dan membeli beberapa tangkai bunga tulip, kau menyambutnya dengan hangat. Hari berikutnya ia juga datang kembali, lagi, lagi dan lagi, itu terjadi hampir 4 bulan lamanya." Iapun berhenti dan melanjutkannya lagi.
"Dan suatu hari ia menyatakan perasaannya kepadamu dan ternyata nona juga mempunyai rasa kepadanya. Tapi kebahagiaan itu tidaklah berlangsung lama karena ketika kalian merayakan hari jadi kalian yang pertama sebuah insiden yang tak diduga terjadi. Dia dikabarkan mengalami kecelakaan dan itu terjadi tepat saat hujan turun begitu derasnya sama seperti hari ini." Aku terdiam mendengar apa yang laki-laki ini katakan. Kenapa dia bisa tau tentang kejadian itu, kejadian dimana orang yang aku sayangi harus merenggut nyawanya dihari bahagia kami. Sebuah cairan tiba-tiba saja mengalir di pipiku.
"Kenapa kau bisa tau itu?." Tanyaku dengan suara yang tercekat karena menahan tangisku.
Laki-laki itu memutari meja dan ia pun berdiri dibelakangku. Hembusan nafasnya terasa berat berada di sekitar telingaku mampu membuatku manahan nafas dan jantungku mulai berdegup kencang. Aku merasakan tangannya memegang bahuku dengan pelan seakan aku seperti barang yang mudah hancur jika dipegang. Lalu ia berbisik kepadaku...
"Apa yang tidak aku ketahui tentangmu nona Melissa Moore." Aku terdiam ketika laki-laki itu bisa menyebutkan namaku sedangkan kami baru saja bertemu dan aku tidak mengenal laki-laki ini. Laki-laki itupun mengenakan kembali jas dan dasinya, lalu tanpa mengatakan apa-apa hanya sebuah seringai yang ia lihatkan iapun membuka pintu dan menerobos hujan. Akupun bangkit dan berdiri diambang pintu, lalu akupun berteriak.
"Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau tau semua tentang kejadian itu?." Iapun berbalik dan menatap lurus kearahku.
"Kau tidak perlu tau dan yang paling penting adalah kau sekarang MILIKKU bukan lagi milik Jonathan Meyer." Teriaknya lalu ia masuk kedalam sebuah mobil Lexus hitam dan mobil itupun mulai menjauh.
"Kenapa laki-laki itu bisa mengenal Jonathan, siapa dia? Dan mengapa dia mengklaim diriku sebagai miliknya?."
~END~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top