XXXIX. ✾ Pertarungan ✾
~•¤•~
"Wah ...wah ... lihatlah siapa yang datang untukmu Tricks?" tanya Luke dengan nada yang dibuat-buat sembari menoleh menatap Ainsley. "Pangeran berkuda hitam, rupanya, heh."
"Lepaskan dia!" Perintah Hugo sekali lagi. Laki-laki itu memakai kain hitam di wajahnya agar terhindar dari asap ilusi. Sepertinya dia tahu tentang pengaruh asap ilusi sebelum datang ke tempat ini.
Luke secara tiba-tiba berubah wujud menjadi Bagon. Laki-laki itu tanpa berbasa-basi lagi, menembakkan sebuah racun berwarna putih tepat ke arah Hugo.
Hugo dengan gesit berhasil berlari menghindar dari serangan racun makhluk raksasa. Sehingga racun putih terlempar jauh ke arah bongkahan batu besar tepat di sebelah Ainsley, membakar habis benda keras itu.
"Racun api?" gumam Ainsley. Hugo menggeram, dia dengan cepat berlari menuju Luke.
Luke yang sudah gelap mata, pada akhirnya menembakkan puluhan racun ke arah Hugo.
Si Lichfield Muda dengan kecepatannya berhasil berlari menghindari racun-racun panas tersebut. Layaknya seorang ninja, dia melompat ke atas tubuh Luke dan menungganginya.
GRAAA.
Luke berteriak hebat tatkala Hugo berhasil menusukkan pedangnya tepat pada mata Bagon.
Monster itu bergerak kesakitan. Sehingga menimbulkan guncangan hebat yang membuat Hugo hampir terjatuh. Untuk mengantisipasinya, dia akhirnya melompat ke tanah dengan memasang posisi pertahanan.
Bukannya melemah, Luke justru semakin kuat. Monster itu dengan cepat berhasil menyembuhkan matanya dalam sekali sentuh.
"B-bagaimana bisa?" gumam Hugo terkejut.
Luke dalam wujud Bagon menggeram marah. Asap panas keluar dari hidungnya. Luke mengibaskan ekor panjangnya ke arah Hugo secara mendadak. Membuat tubuh laki-laki berjubah hitam itu terlempar kuat ke arah dinding bertebing.
Hugo terluka parah, bahkan darah berhasil merembes keluar dari mulutnya. Namun ia tetap bersikeras beranjak bangun, melawan rasa sakitnya. Meskipun tertatih-tatih, Laki-laki itu tetap berjalan menuju ke arah Luke.
Luke terkejut dibuatnya.
"Gawat jika begini terus, anak itu tidak akan mungkin bisa bertahan!" ucap Ainsley dalam hati. "Aku harus melakukan sesuatu!"
Luke merubah wujudnya menjadi manusia kembali namun mata merah menyala itu masih tetap terpancar dari sana. Menandakan bahwa pertarungan masih belum berakhir.
Luke menembakkan puluhan racun panasnya ke arah Hugo yang dibalas menghindar. Layaknya adegan slow motion, Hugo dengan kecepatan diatas rata-ratanya berhasil menusuk telak jantung Luke dari depan dengan pedangnya.
Meskipun Luke dianugerahkan kekuatan di atas rata-rata, ia tetap tidak bisa menyaingi kecepatan milik Hugo. Terbukti, selama pertarungan terjadi. Luke bergerak sangat lambat. Jika dia berhasil berpindah tempat, itu pun cuma ilusi belaka.
"Sudah berakhir kawan!" ucap Hugo dengan nada sarkastik.
Luke terkejut, ketika pedang tajam milik Hugo secara tiba-tiba tertancap di jantungnya. Dia tersenyum. Senyuman itu berubah menjadi seringkaian. "Belum berakhir, Pangeran."
Luke mendorong tubuh Hugo hingga terlempar jauh. Dia menyeringai menatap pedang yang masih tertancap di tubuhnya.
"Dia tidak mati?!" gumam Ainsley.
Luke mencabut pedang itu dari jantungnya lalu melemparkannya ke tanah. "Tentu saja tidak, Tricks. Aku adalah ilusi dan akan selalu abadi."
Hugo bangkit kembali. Meskipun darah telah mengalir keluar dari mulutnya, laki-laki itu tetap bergerak maju tanpa kenal lelah menuju Luke.
Luke terkejut mendapati Hugo dengan terluka parah masih tetap kuat untuk bangkit. "Aku sangat suka dengan semangatmu, Pangeran." Sekali lagi Luke menembakkan racun-racun panas itu ke arah Hugo dan tentu saja dibalas cepat dengan menghindar.
"Jangan pernah menyebutku pangeran, monster!
Ainsley tidak dapat menahan dirinya lagi. Dia harus menghentikan pertarungan ini.
"Menyerahlah!" kata Luke.
Hugo menyeringai di sela-sela batuknya. "Tidak akan pernah!"
Sekali lagi, tempat itu kembali dipenuhi oleh hujan racun. Ainsley berlari menuju ke arah dimana senter-senter miliknya diletakan oleh Luke dan mengambilnya.
Gadis itu menembakkan cahaya dari salah satu senternya tepat ke arah mata Luke.
"APA YANG ...," pekik Luke ketika cahaya senter mengenai retina matanya.
Kesempatan itu digunakan oleh Ainsley untuk mengajak Hugo pergi dari sana."Luke terlalu kuat. Kau bisa mati terbunuh olehnya! Kita harus segera pergi dari---"
"Lepaskan!" ucap Hugo. "Aku tidak akan pernah mundur!" katanya keras kepala sembari melepaskan tangan Ainsley dari kain jubahnya.
"HEY SADARLAH!! Kau itu tengah terluka, bodoh! "umpat Ainsley kesal.
"Sudah kubilang, aku akan menyelesaikan pertarungan ini!" tegas Hugo tidak mau kalah. "Kau tidak mengerti! Aku punya urusan dengannya!"
"Urusan?" tanya Ainsley tidak mengerti.
"Kau tidak akan mungkin mengerti! pergilah! Selamatkanlah dirimu sendiri!"
"Aku tidak akan mungkin meninggalkanmu!" tegas Ainsley.
"Kau harus!"
Ainsley mengecek keadaan Luke yang tengah sibuk menutupi kedua matanya dari cahaya senter. Ainsley tahu kelemahan Luke. Laki-laki itu tidak akan mungkin mati, namun kekuatannya bisa melemah jika dia dihadapkan dengan cahaya. Walaupun tadi ia mencoba menyangkalnya.
"Aku harus segera membawa Si Pemarah pergi dari sini, sebelum baterai senterku habis! " ucap Ainsley dalam hati sembari menatap Hugo.
Sialnya, hal buruk tengah menimpanya sekarang. Baterai senternya benar-benar habis. Ainsley terkejut ketika senter yang tengah digenggamnya mati secara tiba-tiba.
Tempat itu mendadak gelap kembali. Sementara Luke menghilang. "Gawat! Perasaanku menjadi tidak enak."
ROAARR.
Tiba-tiba makhluk berwujud kalajengking raksasa merangkak di balik dinding bertebing. Teriakan makhluk itu menggelegar hingga menggetarkan seluruh wilayah ilusi.
Hugo menarik lengan Ainsley secara tiba-tiba setelah berhasil mengambil pedangnya yang terjatuh di tanah. Mereka berlari menjauhi kawasan Luke. Ainsley yang terkejut, pada akhirnya hanya pasrah mengikuti Hugo.
"Kenapa aku harus bertemu dengan gadis keras kepala sepertimu hah?" kata Hugo disela-sela larinya.
Batu-batu berukuran besar berjatuhan menimpa mereka berdua. Untungnya Ainsley dan Hugo masih bisa menyelamatkan diri, melewati celah-celah batu. Tempat itu terlihat berantakan, seakan-akan terkena hujan batu dahsyat.
Kalajengking raksasa terus mengejar mereka. Bahkan di setiap makhluk itu berjalan, tanah tak mampu terdiam. Getaran dan guncangan berada di mana-mana. Membuat sebuah retakan yang terus menjalar hingga ke ujung kaki mereka.
"LOMPAT!!" Hugo memekik tanpa aba-aba, ketika tanah yang mereka pijak mulai terpecah satu sama lain. Retakan itu menimbulkan jurang yang sangat dalam dan gelap.
Ainsley mengikuti Hugo. Mereka pada akhirnya berhasil melompat ke tanah seberang. Namun, kalajengking jelmaan Luke masih tetap bersikeras mengejar.
Sialnya buku jurnal mereka terjatuh setelah pendaratan tadi. Jurnal Ainsley yang bergambar pohon beringin emas terjatuh tepat di sebelah buku milik Hugo.
"Jurnalku!" pekik mereka bersamaan.
Ainsley mengambil jurnal miliknya, sementara Hugo mengambil bukunya yang bergambar pohon pinus emas.
Ainsley dsn Hugo terkejut bukan main, ketika jurnal tua milik mereka terlihat serupa namun berbeda. Ainsley menganga tak percaya, menatap jurnal milik Hugo. Sebaliknya Hugo pun juga begitu.
Mata emerald Hugo berpindah memandang Ainsley. "Dari mana kau mendapatkan jurnal itu?" tanyanya dengan penuh penekanan.
"A-almarhum ibuku yang memberikannya kepadaku." Jawaban Ainsley membuat Hugo terdiam.
"Siapa kau sebena ...." Kalimat Hugo terhenti ketika Luke berhasil melompat ke tebing yang mereka pijak.
"Pegang jurnalnya!" Hugo menyodorkan jurnal miliknya ke Ainsley. Laki-laki itu mengeluarkan sebilah pedangnya demi menghadang Luke yang tengah menatap mereka dengan tatapan haus darah.
Luke terdiam secara tiba-tiba ketika matanya menangkap dua jurnal bergambar pohon emas yang tengah dipeluk oleh Ainsley. "Jurnal itu---"
Kalimat monster itu terhenti ketika Hugo berhasil menyerang Luke---memotong ekor kalajengking miliknya.
ROAAARRR.
Monster jelmaan Luke berteriak kesakitan. Kalajengking itu bergerak kesana kemari dengan Hugo yang masih tetap menungganginya.
"AINSLEY!" panggil Hugo yang membuatnya tersentak kaget. "Sekarang, arahkan cahaya senter milikmu yang tersisa ke matanya!"
Ainsley mengangguk mengerti sembari bergegas menembakkan cahaya senter miliknya yang masih bisa menyala tepat ke retina mata kalajengking.
GRAAA.
Hugo menggunakan kesempatan itu untuk menusuk jantung Luke. "Selesai sudah!"
ROAAARRR.
Kalajengking raksasa terjatuh. Wujudnya secara tiba-tiba berubah menjadi manusia kembali. Seperti biasa, Luke bisa menyembuhkan dirinya dengan sangat cepat.
Laki-laki itu hendak beranjak bangun, namun dicegat oleh Ainsley sembari menodongkan senternya tepat ke arah Luke. Sementara Hugo, dia berada tepat di sebelah Ainsley dengan menodongkan pedangnya.
"Kau sudah dikepung!" kata Hugo sembari mengusap bibirnya yang berdarah. "Sekarang beritahu kami yang sebenarnya, di mana kau menyembunyikan Pesulap?!"
Ainsley terkejut setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan Hugo kepada Luke. "Pesulap? Apa maksudmu?" Ainsley mengerutkan dahinya tidak mengerti. "Bagaimana Luke bisa tahu tentang Pesulap?"
Luke menyeringai. "Aku tidak paham dengan maksudmu, Pangeran."
"Jangan membuat kesabaranku habis! Katakan dimana tuanmu sekarang!" Hugo mendengkus kesal menatap Luke.
"Aku tidak tahu," jawab Luke.
"KATAKAN!!" Kesabaran Hugo hampir habis. Laki-laki itu tanpa basa-basi lagi menempelkan pedangnya tepat di leher Luke.
"Sudah kubilang, aku tidak tahu!"
"Sebaiknya kau katakan saja, Luke!" timpal Ainsley.
"KAU TIDAK DENGAR!!"
"CUKUP!! SUDAH KU BILANG AKU TIDAK TAHU!" Luke terdiam sementara, laki-laki itu berusaha mengadahkan kepalanya ke atas, menatap kedua anak pemberani yang tengah mengepungnya. "KARENA AKU ADALAH PESULAP YANG KALIAN CARI!"
Tempat itu seketika menjadi hening. Suara Luke masih menggema di seluruh tempat, sekaligus isi pikiran mereka. Ainsley dan Hugo menganga tak percaya menatap Luke yang tengah berada di bawah mereka.
"APA?!" pekik mereka serempak.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top