XXXIV. ✾ Jaring ✾

~•¤•~

"Bos, apakah kau yakin rencana ini akan berhasil?" ucap Boby tidak yakin, memperhatikan keseluruhan penampilan tubuhnya dari dalam cermin kuno milik Keluarga Dirgory.

Boby tampak tidak suka melihat penampilannya yang sekarang. Laki-laki bertubuh sedikit gemuk itu menatap pakaiannya dari ujung kepala hingga kaki.

Yang awalnya elegan layaknya seorang anak laki-laki bangsawan, sekarang berubah total menjadi wanita tua berhidung besar mengenakan seragam khas pelayan Keluarga Dirgory.

Di balik semua itu, Jeffrey berusaha menahan tawa melihat penampilan sahabatnya dari dalam cermin.

"Kau meragukanku?" jawab Orion tenang disertai tatapan horornya.

"T-tentu saja tidak Bos, tapi apakah tidak ada rencana lain selain harus merubah penampilanku menjadi seorang wanita tua seperti ini? Menurutku, aku bisa saja menyamar menjadi ayahmu. Oh, atau bagaimana kalau Jeffrey saja yang menjadi wanita tua---"

"Jangan mencoba untuk mencari alasan Bob." Orion berkata kesal. "Dan ya, yang cuma ku punya saat ini adalah hidung palsu, jadi jangan mencoba untuk mencari alasan lagi," tegasnya sembari memperhatikan para wartawan di kejauhan dari balik jendela.

"T-tapi---"

"Sudahlah Bob, terima saja. Setelah ini kau akan mendapatkan banyak pahala karena membatu kami melewati kerumunan wartawan itu," sahut Jeffrey yang tengah duduk di atas sofa sembari tertawa.

"Kami?" Orion mengulangi perkataan Jeffrey. "Siapa bilang kalau cuma Boby saja yang menyamar?"

Jeffrey secara reflek menghentikan tawanya. "Maksudnya, Bos?"

Orion tersenyum licik. "Kau juga ikut menyamar, bodoh."

🎪

Orion, Boby dan Jeffrey secara diam-diam berjalan ke arah dapur mansion Keluarga Dirgory, lebih tepatnya mereka bertiga mencoba melarikan melalui pintu belakang.

Setibanya di luar, Orion menemukan gerobak yang diletakan di pojokan taman belakang.

"Aku akan menaiki gerobak dan bersembunyi di dalam sini. Dengan gerobak kita pasti bisa melewati kerumunan wartawan," ucap Orion sembari naik dan bersembunyi di dalam gerobak.

"Siapa yang akan mendorong gerobak ini, Bos?" tanya Jeffrey polos.

"Siapa lagi kalau bukan kalian berdua," kesal Orion. "Penyamaran kalian sudah sangat bagus, bahkan kalian lebih berpengalaman dalam hal seperti ini, bukan?"

"T-tapi, Bos---" ragu Boby.

"Tidak usah mencari alasan! Kalian sendiri 'kan yang tadi bilang ingin membantuku?" ucap Orion mengingatkan.

Pada akhirnya Jeffrey dan Boby setuju dengan ide Orion walupun sebenarnya terpaksa. Toh, niat mereka untuk datang ke Mansion Dirgory 'kan hanya demi menolong Orion.

Jeffrey dan Boby secara bersamaan mendorong gerobak yang diisi rerumputan liar di dalamnya. Mereka sengaja meletakan rumput-rumput itu ke dalam supaya menutupi Orion agar tidak ketahuan.

Hingga tiba saatnya mereka bertiga dihadapkan oleh penjaga gerbang Mansion Dirgory.

"Izinkan kami masuk!"

Suara teriakan para wartawan mampu terdengar oleh Orion dari dalam gerobak yang pengap. "Ramai sekali," gumamnya.

"Kami ingin bertemu dengan Orion Dirgory!"

"Tidak bisa! Sebaiknya kalian pulang saja!" tegas penjaga berbadan tegap yang tengah berdiri tepat di depan pagar.

Sementara itu, penjaga lainnya tengah melindungi pagar mansion dari desakan dan amukan para wartawan.

Salah satu penjaga memicingkan matanya ketika melihat Jeffrey dan Boby tengah mendorong gerobak menuju gerbang.

"Mau kemana kalian?" tanya penjaga itu.

Boby dan Jeffrey yang sekarang tengah menyamar menjadi seorang pelayan feminim berusaha untuk ber-akting sebaik mungkin.

"Kami ingin membuang sampah," jawab Boby dengan nada yang dibuat feminim.

Penjaga itu memicingkan matanya sekali lagi kepada Jeffrey dan Boby. "Ke mana tukang kebunnya? Seharusnya dia yang mengurus."

"Ah i-itu---" Boby tampak bingung.

"Tukang kebun hari ini datang sedikit terlambat, sehingga kepala pelayan mengharuskan kami membuang sampah sekarang," sahut Jeffrey yang tak kalah feminimnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya penjaga lainnya.

"Bukan apa-apa, mereka terlihat mencurigakan," jawabnya.

"Jangan begitu kepada nona-nona cantik ini," kata penjaga yang baru datang itu, sontak membuat Orion yang tengah bersembunyi berusaha untuk tetap menahan tawanya. "Apakah kalian baru di sini?"

"T-tidak maksudku iya, kami baru saja kerja di mansion ini," jawab Jeffrey.

"Oke, salam kenal ya nona-nona. Kalian seharusnya tidak mendorong gerobak itu di hari pertama kerja. Baiklah kalian boleh keluar," tegas penjaga yang baru datang.

Secara cepat pintu gerbang dibuka. Lebih tepatnya dibuka secara perlahan. Sepertinya mereka mencoba mencegah para wartawan yang berusaha masuk.

"Terima kasih, Tuan-Tuan," jawab Jeffrey dan Boby serempak. Namun, masalah baru harus menimpa mereka. Suara asli Jeffrey secara tidak sengaja terdengar oleh para penjaga ketika mengucapkan kalimat penutup. Sontak membuat para penjaga menoleh ke arah mereka.

Orion yang sejak tadi bersembunyi di dalam gerobak, menepuk jidatnya sendiri.

"Aduh maafkan teman saya, maklum sejak kemarin suaranya berubah karena terkena flu," sahut Boby mencoba mencari alasan.

"Oh iya, kalian harus menjaga diri. Cuaca akhir-akhir ini sangat dingin, saya sarankan untuk minum coklat panas ketika di pagi hari," saran penjaga gerbang.

"Ah iya terima kasih saranya. Baiklah kami pamit dulu." Jeffrey dan Boby pada akhirnya pergi seraya mendorong gerobak keluar dari lingkungan mansion. Mereka berhasil melewati kerumunan para wartawan dengan selamat.

Jeffrey dan Boby secara bersamaan menghentikan aksi mendorong gerobaknya di jalan perkebunan milik Dirgory.

Ketika dirasa sudah cukup aman, Orion menyembulkan kepalanya keluar dari tumpukan rerumputan. Laki-laki itu melompat turun dari dalam gerobak.

"Kerja bagus," ucap Orion.

"Bos, setelah ini apa yang akan kita lakukan?" tanya Boby sembari berusaha melepaskan kostum penyamarannya.

"Setelah ini kalian akan pulang ke rumah masing-masing." Orion berucap tenang.

"Lalu, apakah bos juga akan kembali ke dalam mansion itu lagi?" sahut Jeffrey.

Orion mendengkus kesal menatap
Jeffrey, sahabatnya. "Tentu saja tidak, bodoh. Untuk apa kita bersusah payah keluar dari mansionku jika pada akhirnya kembali lagi ke dalam sana?"

"Tapi Bos, sebenarnya bos ingin pergi ke mana?" Jeffrey kembali bertanya.

Sebelum kalimat yang dilontarkan Jeffrey selesai, Orion berjalan pergi mendului mereka. Lebih tepatnya berlari meninggalkan mereka.

"Bos! Jangan kabur!" pekik mereka berdua sembari mengejar Orion.

"Apa yang kalian lakukan?! Pulanglah! Aku punya banyak urusan," jawab Orion di sela-sela larinya.

"Kami tidak akan pulang sebelum Bos memberikan alasannya!" sahut Jeffrey.

"Keras kepala, aku ada urusan di kantor polisi jam 09.00. Puas?" pekiknya.

"Kami ikut, Bos!" jawab mereka serempak.

Tiba-tiba di tengah sibuknya berlari, kaki Orion tidak sengaja terjerat oleh sesuatu hingga membuatnya terjatuh.

"Aduh, sekarang apa lagi?" pekik Orion kesal mendapati pergelangan kakinya diingkari oleh sebuah jaring berukuran sedang.

Jeffrey dan Boby berhasil menyusul ke arah dimana Orion terjatuh.

"Bos kenapa?" tanya Jeffrey.

Orion sekali lagi menepuk jidatnya ketika mendengarkan ucapan Jeffrey. "Kakiku tersangkut, bantu aku keluar dari sini!"

"Boleh saja bos, tapi apa jaminannya buat kami?" sahut Boby sembari menepuk-nepuk bajunya yang tidak kotor.

Orion mendengkus. "Baiklah, kalian boleh ikut denganku."

"Itu saja?" ucap Jeffrey.

"I-iya apa lagi?" tanya Orion kesal.

"Bos belum mengucapkan kata---"

"Tolong," potong Orion.

"Baiklah, permintaan diterima," ucap mereka serempak. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mengeluarkan Orion. Dia pada akhirnya berhasil keluar dari jaring yang melekat.

"Baiklah ayo kita pergi Bos!" sahut Boby dan Jeffrey serempak.

Orion belum beranjak bangun, laki-laki itu justru penasaran dengan jaring-jaring yang baru saja mengikat pergelangan kakinya. "Tunggu sebentar, sejak kapan perkebunan ini mengunakan sebuah jaring?"

Jeffrey menoleh, berpikir sebentar. "Ya mungkin untuk mengambil buah yang sudah matang agar tidak terjatuh dari atas pohon."

"Jaring ini sepertinya tidak digunakan untuk mengambil buah. Lihat saja sela-sela lubangnya itu, terlalu lebar untuk menahan buah yang matang." Orion menganalisa. "Tekstur jaringnya juga terlihat asing bagiku."

Iris mata abu-abu Orion tidak sengaja menangkap sebuah benda kecil berwarna perak dengan motif abstrak di sebelah jaring yang melilit. Lantas Orion pun mengambilnya. "Ini peluru?"

"Astaga Bos, ngapain memikirkan jaring dan benda itu? Sebaiknya kau harus lebih mefokuskan pada tujuanmu yang sekarang," sahut Boby.

Orion masih terdiam di tempatnya.

"Bos?"

"Ah iya kenapa?" Orion terkejut ketika tersadar dari lamunannya.

"Ayo Bos, sebaiknya kita harus segera bergegas ke kantor polisi. Sekarang sudah jam 08.48!" kata Jeffrey mengingatkan.

"Astaga bagaimana aku bisa lupa? Ayo kita pergi!" ucap Orion, tak lupa mengambil peluru tersebut dan memasukkannya ke dalam saku celananya.

🎪

"Bagaimana bisa kau datang terlambat di hari pertama penyelidikanmu?!" Pak detektif geram sembari memukul mejanya tepat di hadapan Orion.

"Oh ayo lah pak, aku hanya kelebihan satu menit," bela Orion.

"Aku kemarin kan mengatakan untuk datang ke kantor polisi jam 09.00 bukannya 09.01!" balas pak detektif. "Terlambat tetaplah terlambat!"

Orion mendengkus pasrah. "Baiklah, kau benar dan aku salah."

"Bagus jika kau mengakui kesalahanmu, tapi apakah harus membawa mereka berdua ke dalam penyelidikan?" ucap pak detektif itu kesal sembari melirik Jeffrey dan Boby yang sibuk memakan semua donatnya.

"Ya, mereka cukup membantu untuk masalah ini," jawab Orion sambil menunjukkan senyum khasnya.

"Terserah kau saja." Detektif beranjak bangun dari kursinya. Pria berpostur tinggi itu mengambil beberapa data dari atas lemari. "Bacalah ini." ucapnya sembari menyodorkannya kepada Orion.

Data-data tersebut menuliskan kronologis hilangnya Ainsley beserta teori-teori sementara penyebab hilangnya si gadis.

Orion terdiam sejenak, dia berusaha membuka semua rencana yang bersarang di dalam otaknya untuk mencoba mengatasi permasalahan yang cukup rumit ini. "Apakah kalian sudah mengecek ke taman kota saat itu?"

"Sudah, di dalam data tersebut kan telah tertulis nama tempat dan hasil kegiatan penyelidikan kami."

"Apakah di tempat itu, kalian tidak menemukan sesuatu?" tanya Orion lagi. Orion terlihat penasaran dengan kejadian yang diceritakan oleh wanita yang ditemuinya kemarin.

"Kami sudah menyelidikinya, namun yang kami temukan hanyalah sebuah tumpukan jaring tua tak berarti."

"Jaring tua?" gumam Orion.

"Ya menurutku, penculik tidak akan mungkin menggunakan sebuah jaring untuk menjerat anak kecil di keramaian," kata pak detektif sembari meminum secangkir kopi panasnya.

"Bisakah kalian membawaku ke tempat dimana tumpukan jaring itu berada?" tanyanya tiba-tiba, hingga membuat pak detektif sedikit terkejut mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Orion. "Ada yang tidak beres di sana."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top