XXVIII.✾ Jendral Yang Terlupakan ✾

~¤•¤~

"Bebaskan dia!" Nada perintah yang dilontarkan oleh Fis, membuat penjaga berwujud manusia berkepala beruang mengangguk.

"Baik, Yang Mulia," ucap sang penjaga, berusaha menekan tombol di dinding. Mantra yang semula melindungi jeruji sel milik Hugo seketika menghilang. Penjaga itu mengambil kunci, membukakan sel penjara. Tak lupa melepaskan borgol milik Hugo.

Hugo tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Laki-laki itu beranjak berdiri setelah borgol di tangannya terlepas. Hugo mengecek kedua lengannya yang baru saja terbebas, terdapat sedikit goresan besar di pergelangan sendi.

"Ikut aku!" perintah Fis sembari melirik Hugo sekilas, dia berjalan terlebih dahulu meninggalkan jeruji sel. Hugo mengikuti Fis dari belakang seraya memandangi keseluruhan kastil selama perjalanan.

"Ternyata benar, mereka menyendirikan sel penjaraku dari anak-anak yang lain," pikir Hugo. Dia tidak menemukan penjara lain selain obor dan lukisan di setiap dinding. Beberapa penjaga berkepala beruang mengenakan seragam prajurit lengkap menunduk hormat ketika Fis dan Hugo melewati mereka.

Hugo menelusupkan jemari ke dalam saku celana. "Penjaga itu bisa berbicara. Apakah semua prajurit beruang di tempat ini bisa berbicara?"

Fis menoleh ke arah si jubah hitam bermata emerald. "Ya, kekuatan mereka berada dua tingkat di atas prajurit kelinci."

Hugo mengangguk mengerti sembari menatap setiap prajurit beruang yang ia lewati. Setelah lima menit lamanya mereka berjalan, pada akhirnya Fis terhenti di depan pintu yang menjulang tinggi. Dilapisi emas dengan gagang berlian, Hugo menyimpulkan bahwa kastil Fis jauh lebih kaya dari yang ia kira.

Dua prajurit berkepala beruang menjaga di sebelah kanan dan kiri pintu sembari membawa tombak kuno berwarna putih---memberi hormat sekaligus membukakan pintu untuk junjungan mereka. Fis memasuki ruangan, diikuti oleh Hugo. Mereka tiba di sebuah aula raja. Dengan satu kursi singgasana megah di atas altar.

Aula itu sangat luas dan megah, karpetnya berwarna merah darah. Terdapat sepuluh makhluk berwujud tidak jelas, berbaris rapi di bawah altar.

"Makhluk-makhluk apa itu? Pakaian yang mereka kenakan terlihat berkelas untuk seukuran prajurit," ucap Hugo dalam hati.

Fis berjalan melewati mereka lalu berakhir duduk di atas singgasana.

"Hormat kami, Yang Mulia," seru para makhluk itu serempak seraya berlutut.

"Bangunlah!" perintahnya. Fis tersenyum, lebih tepatnya senyuman penuh intrik mulai menghiasi wajah sang raja Wysperia. "Kemarilah Hugo."

Hugo mengangguk pelan seraya berjalan menuju ke depan altar. Sadar bahwa dia tengah ditatap sinis, Hugo menepisnya acuh. Tatapan tidak suka dan aura mencekam terasa kentara, memenuhi aula.

Hugo berlutut saat tiba tepat di depan altar. "Hormat dari saya, Yang Mulia."

"Bangunlah!" Fis berujar senang. "Mulai sekarang, kau akan kujadikan jendral baru di kastil ini." Kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Fis membuat satu aula terkejut tidak percaya. Para makhluk itu saling berbisik satu sama lain. Menuntut ketidakadilan.

"Tapi Yang Mulia, kita sudah---" Salah satu dari mereka membuka suara.

"Aku tidak butuh jendral yang lama!" Fis berucap lantang. "Mulai sekarang dan seterusnya posisi jendral akan kugantikan dengan Hugo."

"Kalian paham, menteri?" Fis memandangi para menterinya dengan tatapan dingin---cukup mematikan. Semua orang pasti tahu arti tatapan itu.

Tiba-tiba seorang pria tinggi berpakaian lengkap layaknya panglima perang berjalan menghadap Fis. Beliau memiliki tiga mata dengan sorot yang tajam. "Kau tidak bisa membuangku Fis!"

Fis berjalan turun dari altar menuju si pembicara. "Aku tidak membuangmu, melainkan menurunkan jabatan jendralmu."

"Aku sudah mengabdi setia kepadamu selama ratusan tahun! Aku bahkan tidak segan-segan membunuh keluargaku sendiri dan mengurung Remus untukmu! Di mana keadilanmu?!" Pria itu memekik lantang.

"Keadilan?" Fis mencekik leher sang jendral secara tiba-tiba lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. Dia membuka mulutnya lebar-lebar, membuat para menteri ketakutan. Hugo sempat dibuat bingung dengan tingkah aneh Fis yang menurutnya tidak terduga.

Tiga buah lidah panjang keluar dari mulutnya. Lidah-lidah itu melilit wajah hingga tubuh sang jendral. Secara tiba-tiba mulutnya mengeluarkan cahaya terang, lalu berakhir menyedot paksa tubuh sang jendral.

"Tidak! Ampun!" pekiknya kesakitan. Fis menghisap kekuatan orang itu tepat di hadapan Hugo. Kedua netra Fis berubah menjadi merah menyala dengan aura yang sangat mematikan, aura yang bisa membuat orang-orang tunduk seketika.

Tetesan darah mengalir deras dari kedua mata, hidung dan mulut jendral itu. "Arghhh!"

Tubuh yang awalnya sedikit berisi, lama kelamaan semakin menyusut. Hugo hanya menyaksikan perbuatan yang dilakukan oleh Fis dalam diam. Dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Arghhhhh!"

Teriakan pilu itu telah berakhir bersamaan dengan ambruknya tubuh sang jendral dari tangan Fis---sebelum berubah menjadi tulang belulang dengan raut wajah ketakutan yang tercetak.

Para menteri gemetaran memandanginya, memperhatikan salah satu dari mereka harus menjadi tumbal untuk Fis. Sang Raja baru saja menyedot habis tubuh seorang hambanya. Matanya yang berwarna merah menyala kian memudar kembali menjadi hitam.

Fis memejamkan kedua netranya. Sebuah senyuman terukir. Senyuman yang memperlihatkan deretan gigi gergajinya.
Tanpa sebuah penyesalan, dia mengambil salah satu tulang tersebut dan memberikannya kepada hewan peliharaan.

GRRGHH.

Dua hewan peliharaan yang ukurannya sebesar lemari itu saling berebut memakan tulang belulang yang dilemparkan oleh Fis hingga berantakan.

"Apa masih ada yang tidak setuju?!" ucap Fis lantang pada para menterinya.

"T-tidak, Yang Mulia. Kami akan setia dengan perintah anda," jawab mereka serempak.

"Bagus. Sekarang rapat dibubarkan." Fis berjalan keluar dari aula, diikuti para menteri beserta kedua hewan peliharaanya.

Aula yang sangat luas berubah menjadi sepi seketika. Meninggalkan Hugo dalam keheningan. Anak itu berdiri, memandang kasihan pada remahan tulang yang tersisa. "Apa yang harus aku lakukan? Membebaskan anak-anak lain dari tempat ini akan menjadi ide yang sangat buruk. Fis terlalu kuat. Aku bahkan belum bisa mengontrol sepenuhnya kekuatanku."

Hugo berusaha memutar otak. Dia harus menyusun rencana matang-matang agar dirinya dan seluruh anak-anak yang terkurung di tempat ini bisa melarikan diri dengan selamat.

Brakkk.

Ketika Hugo tengah sibuk berpikir, tiba-tiba ventilasi yang berada di atasnya terjatuh bersamaan dengan suara teriakan seorang anak perempuan dari atas.

"Aaaaa!"

Merasa familiar, secara spontan dia menangkap tubuh anak perempuan itu agar tidak menyentuh tanah. Untungnya kedua tangan Hugo cukup kuat untuk menangkap tubuh rapuh si gadis misterius.

Setelah berhasil menangkapnya,
Hugo mengadahkan kepala ke atas. Yang benar saja ... ternyata seseorang terjatuh dari atas sana. Hugo dapat melihat dengan jelas penutup ventilasi rusak parah. "Bagaimana bisa gadis ini bisa berada di dalam ventilasi?" pikir Hugo tidak percaya.

Hugo mendengkus. "Hey, apakah kau tidak apa ...."

Bagaikan tersambar petir, Hugo terkejut bukan kepalang setelah mengetahui siapa gadis yang berada di dalam dekapannya. Si gadis sama terkejutnya dengan Hugo bahkan ia melotot tak percaya menatap dirinya.

"Kau!" pekik mereka bersamaan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top