XXV. ✾ Pintu Rahasia ✾
~¤•¤~
Ainsley terperangah. "S-sejak kapan ada pintu di penjara ini?!" Dia menatap tidak percaya pada sebuah pintu tua yang mengarah ke ruang bawah tanah.
"Yang pasti pintu itu sudah ada, sebelum kau datang," jawab Rasbeth seraya terkekeh santai.
"Kenapa kamu baru memberitahukan perihal ini kepadaku?"
"Ssstt ... kecilkan suaramu!" bisik Rasbeth, mengecek suasana sekitar. "Tempat ini dikelilingi banyak penjaga! Dinding pun bisa saja mengkhianatimu."
Ainsley secara reflek menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Maaf," cicitnya.
"Ainsley, sekarang dengarkan aku!" perintah Rasbeth. "Waktu kita sudah tidak lagi banyak. Sekarang cuma kamu satu-satunya harapan yang dapat membebaskan para tahanan dari tempat ini."
"Aku?" Ainsley tersentak terkejut.
"Iya ... sekarang, hanya kamu yang bisa memasuki pintu rahasia untuk membebaskan kami!" Rasbeth menjelaskan.
"T-tapi kenapa harus aku?"
"Kamu tidak lihat kedua tanganku diborgol, hah?" ucap Rasbeth sambil memperlihatkan kedua tangannya.
"Ah iya maaf, aku lupa," kata Ainsley merasa bersalah.
"Sebenarnya, aku sudah pernah mencoba ratusan kali untuk kabur dari tempat ini." Rasbeth mulai membuka suara. Ainsley secara reflek mencoba mendengarkannya. "Tapi, pada akhirnya aku selalu saja tertangkap oleh para penjaga. Bahkan sekarang, tanganku diborgol agar tidak bisa melarikan diri lagi."
Suasana kembali sunyi. Suara angin terdengar bergesek melewati telinga Ainsley.
"Ainsley! Hanya kamu satu-satunya harapan kami!" Rasbeth berusaha meyakinkan Ainsley.
Ainsley terdiam beberapa saat sambil menatap pintu bawah tanah.
"Coba kau lihat anak-anak di tempat ini! apakah kamu sungguh tidak peduli dengan hidup mereka? Tidak usah jauh-jauh, sekarang lihatlah dirimu! Apakah dirimu secepat itu pasrah dan rela meninggalkan keluargamu?!"
Benar.
Ini bukan diri Ainsley yang sesungguhnya. Ainsley merupakan gadis berani dan pantang menyerah. Bagaimana bisa Ainsley berubah hanya karena masalah kecil seperti ini?
Ainsley memejamkan kedua mata, menghembuskan napasnya kuat-kuat. "Baiklah, apa rencanamu?"
Rasbeth tersenyum, dia terkejut atas respon yang diberikan oleh Ainsley.
"Jadi, rencanaku adalah ...."
🎪
"Apakah kau yakin rencana ini akan berhasil?" tanya Ainsley memastikan.
"Kamu tidak perlu ragu dengan rencanaku." Rasbeth menjawab yakin.
Ainsley mengangguk. "Oke, aku percaya denganmu Rasbeth."
"Sekarang bukalah pintu itu!"
Greekk.
Ainsley sekuat tenaga berusaha membuka pintunya. Walaupun cukup berat karena terbuat dari logam.
"Astaga, kau payah sekali," ledek Rasbeth.
"Kamu bisa diam atau tidak, hah?" marah Ainsley.
Pada akhirnya pintu itu berhasil terbuka sepenuhnya. Tak cukup terkejut sekali, Ainsley menganga lebar mendapati tangga yang memutar ke bawah tanah. Tempat itu sangat gelap, bahkan sumber cahaya tidak berani turun ke dalam sana. Saking sepinya, suara pantulan percakapan Ainsley dan Rasbeth bisa terdengar pelan sampai ke dasar.
"Kau yakin Rasbeth? Aku harus masuk ke dalam sana?" Ainsley tidak percaya.
"Tentu saja," jawab Rasbeth dengan mantap.
"Tanpa penerangan?"
"Iya, meskipun kau membawa benda bercahaya pun ... kusarankan jangan menyalakannya, agar para monster susah menangkapmu di dalam kegelapan. Oh, jangan bilang kau takut?" ledek Rasbeth.
"Hah? Tentu saja aku takut!" Ainsley berucap jujur.
"Astaga, percayalah di dalam sana tidak ada apa-apa."
"Kamu bisa menjamin apa? Jika di dalam sana tidak ada apa-apa?" tanya Ainsley lagi.
"Tenang saja, saat kau turun ke dalam sana. Aku tidak akan menutup pintunya," kata Rasbeth.
"Baiklah akan kucoba." Ainsley turun ke dalam sana secara berjalan melangkahi anak tangga satu per satu, dikarenakan tempat itu sangat gelap. Segala keberanian telah ia keluarkan demi mecari jalan keluar. "Semua anak-anak di tempat ini harus aku bebaskan! Aku harus berani."
"Kau masih mendengarku 'kan, Ainsley?" tanya Rasbeth dari atas sana.
"Iya." Ainsley menjawab. Suaranya menggema dari dalam sana.
"Jalan terus saja ke bawah. Setelah kamu sudah sampai dasar, jalanlah lurus ke depan! Pintu keluar ada di----"
Braakk.
Tiba-tiba suara berisik muncul di atas sana lebih tepatnya dari tempat Rasbeth.
"Aaaa!!" teriak Rasbeth.
Ainsley terkejut, lantas ia mengadahkan kepalanya ke atas. "Rasbeth? Ada apa?"
Suara di atas sana tiba-tiba berubah menjadi hening selama beberapa saat.
Trrrttt.
"Suara itu?" gumam Ainsley terkejut. Ainsley sekali lagi mengadahkan kepalanya ke atas. Dia membelalakkan kedua mata, tubuhnya kaku. Kedua manusia kelinci tengah menatap Ainsley dari atas sana. Wajah Ainsley memucat. Tubuhnya secara tiba-tiba tidak bisa digerakkan. "Gawat!"
"Trrtttt!!!"
"Pergi Ainsley!" teriakan Rasbeth terus menerus menggema dari atas sana. Ainsley bergegas pergi, berjalan cepat melangkahi anak-anak tangga.
"Trrttt."
Mengetahui Ainsley berusaha kabur, para makhluk itu melompat ke dalam sana, berusaha mengejarnya. Ainsley berjalan cepat, menuruni tangga yang sangat panjang. Bahkan sempat melangkahi dua hingga tiga anak tangga. Dia tidak berani melihat ke belakang, sekarang yang berada di dalam pikirannya yakni mencari jalan keluar dari tempat ini segera mungkin.
Ainsley memberanikan diri untuk menoleh kebelakang. Namun, bukannya semakin menjauh, para monster jusru semakin dekat.
Makhluk-makhluk itu membawa senjata hingga melesatkan beberapa peluru laser yang berubah menjadi jaring perangkap. Ainsley berusaha keras menghindarinya. Lantas ia pun mempercepat langkah kaki. "Ayo Ainsley! Jangan menyerah," ucapnya menyemangati diri.
Pada akhirnya Ainsley berhasil sampai ke dasar ruang bawah tanah. Masalah Ainsley tidak berhenti sampai disitu saja. Ternyata, tempat itu memiliki koridor panjang dengan banyak pintu. "Dimana pintu keluarnya?" Ainsley menoleh bingung.
Tiba-tiba, peluru laser melesat hampir mengenai telingga Ainsley.
Si Felton Kecil terkejut. Sekumpulan monster kelinci sudah sepenuhnya turun dari tangga.
"Trrtttt."
Ainsley berlari secara zig-zag agar tidak terkena peluru. Ainsley memilih berlari ke arah depan, mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Rasbeth---tak mempedulikan ribuan pintu di sekitarnya. Hingga secara tiba-tiba, masalah yang paling buruk terjadi kepadanya.
Ainsley terjatuh. Sementara peluru itu terus-menerus ditembakkan. Semua barang-barang milik Ainsley yang berada di dalam ransel, berhamburan keluar.
Ainsley menoleh ke belakang. Bayangan makhluk itu semakin dekat ke arahnya. "Aku tidak boleh tertangkap dengan cara seperti ini!"
Lantas dia beranjak bangun melawan rasa nyeri di kaki bagian kirinya yang terkilir. Ainsley berusaha mengambil beberapa barang yang terjatuh. Matanya tanpa sengaja menangkap sekantung wortel yang terjatuh tak jauh dari ransel.
"Wortel? Sejak kapan aku membawanya?"
Gadis itu berusaha keras berjalan pergi dengan kaki yang tertatih-tatih.
"Tunggu sebentar! Iya, wortel!" pikir Ainsley secara tiba. "Kelinci sangat suka dengan wortel bukan? Seharusnya mereka akan tergoda dengan sayur ini."
Ainsley tersenyum seraya mengambil sekantung wortel. Para makhluk itu sudah semakin dekat. Ketika wajah kelinci mulai terlihat dari balik kegelapan, Ainsley segera melemparkan satu wortelnya ke arah mereka. Para monster kelinci terdiam sembari memandangi wortel yang dilemparkan oleh Ainsley.
Tidak ada reaksi dari mereka selama beberapa menit. Bahkan salah satu dari kumpulan para makhluk itu, mengecek jam tangannya.
"Bodoh! Mereka tidak tertarik dengan wortel," ucap Ainsley lalu bergegas pergi.
Gadis itu berlari menjauh. Ainsley bahkan tidak sadar, jika dari tadi peluru-peluru monster sudah tidak lagi ditembakkan. Mereka sudah tidak lagi mengejarnya.
"Apakah aku berhasil?" Ainsley tersenyum hingga tiba pada ujung koridor, terdapat pintu di depan sana. "Sepertinya itu adalah pintu yang dimaksudkan oleh Rasbeth. Akhirnya, aku bisa menghirup udara segar."
Ainsley segera membukanya. Pintu itu terbuka perlahan hingga mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan kedua mata.
"Apakah ini sudah berakhir?" Ainsley tersenyum bahagia. Namun, senyuman itu sekejap luntur setelah mendapati apa yang ada di baliknya. Alih-alih suasana alam ataupun kebebasan, melainkan dapur yang sangat luas. Ternyata, pintu menuju ruang bawah tanah tadi berujung ke sebuah dapur.
"Hah! Dapur?!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top