XX. ✾ Rasbeth Ze ✾

Hidup itu tidak sesulit seperti yang dipikirkan oleh para manusia

~•¤•~

Sebuah kastil bernuansa hitam menjulang tinggi, disertai kilatan petir yang menyambar pada puncak menara. Dua ekor monster raksasa---mirip kelelawar---berterbangan di sekitar kastil, menembus awan pekat nan padat.

Setelah menyaksikan pemandangan menakjubkan itu, fokus Ainsley berpindah pada makhluk bertubuh pria dewasa, memakai setelan prajurit kerajaan tetapi kepalanya berbentuk beruang. Mereka tampak gagah sekaligus mengerikan, menjaga pintu masuk kastil seraya membawa senjata.

"Tenang Ainsley, ini hanyalah mimpi." Ainsley berusaha menenangkan diri, mendapati monster kelinci tengah membawanya masuk, menuju pintu gerbang kastil. Lantas si monster pun berhenti sejenak menunggu antrian---mengikuti rekan-rekannya yang lain---berbaris rapi memasuki gerbang seraya membawa satu karung di tangan. Ainsley kerap kali menemukan kaki manusia menyembul keluar dari dalam karung. "Apakah semua karung yang mereka bawa berisi anak-anak?"

Ainsley memasukkan kepalanya kembali ke dalam karung, ketika monster yang tengah membawanya ini sudah berhadapan dengan penjaga gerbang.

Empat sosok aneh berkepala beruang berwarna coklat berdiri tegap, berusaha mencegat si monster kelinci
Dua beruang lainnya membawa tombak, menjaga pintu masuk.

"Berhenti!" perintah salah satu penjaga. "Apa isinya?!"

Wajah Ainsley memucat. Dia benar-benar takut. "Selamatkan aku Ya Tuhan."

"Trrrtt." Monster kelinci yang tengah membawanya itu bersuara nyaring, menjawab pertanyaan dari sang penjaga.

"Baiklah." Setelah berucap, kedua penjaga membuka pintu gerbang berukuran raksasa, mengizinkan monster kelinci untuk membawa Ainsley masuk.

Si Felton Kecil tidak berani mengecek keadaan di luar. Sampai pada akhirnya, karung milik Ainsley dilempar kasar ke dalam sebuah ruangan gelap. Suara jeruji besi dan borgol menyambutnya, bertepatan dengan tangisan ribuan anak. Untungnya ia terjatuh di atas jerami, sehingga tidak terkena cedera parah.

"Trrtt." Makhluk itu berusaha mengunci Ainsley dari luar.

Ainsley tersentak kaget, lantas ia bergegas keluar dari dalam karung---berusaha menahan pintu berjeruji. Sayangnya, Nona Muda ini terlambat, monster kelinci telah mengunci rapat pintunya.

"Buka! Kubilang buka!" Ainsley tampak frustasi sembari memukul-mukul pintu.

Monster kelinci tetap tidak menghiraukannya dan memilih pergi meninggalkan Ainsley, membusuk di dalam penjara

"Sialan!" Ainsley memekik gila. Masih setia memegang jeruji besi, dia pun terdiam dengan tatapan kosong.

Pemandangan mencengkam di lorong penjara membuat Ainsley berdecih. Terdapat banyak sekali sel jeruji bertingkat di tempat ini, kira-kira jumlahnya ribuan. Suara tangisan dan rintihan menggema di mana-mana, meminta tolong untuk dilepaskan.

"Hey monster jelek, cepat keluarkan---"

"Berisik! Percuma saja, mereka tidak akan mendengarmu!"

Ainsley menoleh ke belakang, menuju  ke asal suara. Dia terkejut mendapati seorang anak terkurung satu sel dengannya. Sungguh, Ainsley tidak memperhatikan situasi sekitar.

Seorang gadis berambut hitam sebahu, wajahnya tidak terlihat begitu jelas---tertutup oleh bayang-bayang gelap---duduk bersantai di sebelah jerami. "Kau tidak bisa keluar, percuma saja. Kita hanya menunggu waktu, monster kelinci datang untuk menarik satu per satu anak dari penjara untuk diambil kekuatannya."

"Apa yang terjadi ketika kekuatan kita diambil?" Ainsley menimpali.

Si gadis terdiam cukup lama. "Kita akan mati."

"Apa?!" Ainsley terkejut bukan kepalang setelah mendengarnya. "Kita harus mencari cara untuk keluar dari sini?"

"Sudah kubilang percuma saja!" Dia membentak Ainsley. Si Felton Kecil pun terdiam.  "Coba kau lihat tanganku!" Si gadis misterius memperlihatkan kedua tangannya yang di borgol rapat dengan besi.

"Sudah ribuan kali diriku mencoba kabur dari tempat ini dengan kekuatan yang kumiliki. Tapi pada akhirnya kembali dengan tangan yang terborgol."

Ainsley tertawa lirih seraya jatuh tersungkur di hadapan gadis itu. "Tidak mungkin."

"Mereka juga mengincar kekuatanmu. Akan tiba saatnya, mereka akan datang dan mengambilnya."


🎪

Ainsley terdiam cukup lama, Si Felton Kecil berusaha memikirkan cara yang aman untuk kabur dari tempat ini.

"Namaku Rasbeth. Rasbeth Ze," ucap gadis asing itu, membuka suara.

Ainasley tersenyum kecil. "Aku Ainsley. Ainsley Felton."

"Kau berasal dari dunia fana?" tanya Rasbeth mencoba berbasa-basi.

"Tentu saja. Kenapa kau menanyakan itu? Bukannya kita---".

"Aku berasal dari dimensi lain." Rasbeth memotong. "Negeri yang selalu diterangi jutaan bintang di setiap waktu."

Ainsley terdiam cukup lama setelah mendengar cerita yang keluar dari mulut teman barunya. "Jangan bilang kita sekarang berada di---"

"Ya, dimensi lain." Rasbeth menjawab dengan tenang. "Lebih tepatnya, kau sekarang berada di Wysperia."

"Tapi, bagaimana bisa? Aku bahkan baru pertama kali mendengarnya."

"Tentu saja bisa ... karena mereka sangat kuat. Kau pernah mendengar legenda Sang Pesulap?" Rasbeth bersedikap dada.

Ainsley berusaha menggali ingatannya. "Ya, pernah. Isabel pernah menceritakannya. Legenda tua yang dipakai para orang tua untuk menakuti anak-anak mereka."

"Sungguh? Di duniamu para orang tua menceritakan hal itu pada anak-anak mereka?" Rasbeth tidak habis pikir.

"Iya, memang kenapa?"

"Pesulap yang dimaksud mereka adalah Fis. Fis adalah tuan dari para monster di tempat ini yang berniat menculik para Starseed dari segala penjuru dunia."

"Starseed?" Ainsley semakin dibuat bingung.

"Starseed artinya benih bintang atau jika diperjelas lagi, manusia yang dilahirkan ke dunia fana dengan reinkarnasi dari makhluk yang berasal dari bintang."  Rasbeth menjelaskan.

Rasbeth menarik napas dalam-dalam seraya memandangi lirih tangannya yang diborgol. "Para monster itu menculik anak-anak Starseed di dunia manusia karena memiliki kekuatan khusus yang berbeda-beda." 

"Kekuatan? Apakah kau juga memilikinya?" tanya Ainsley sembari duduk di sebelah Rasbeth.

"Ya, pengendali api."

"Hah? Aku tidak salah dengar?"

"Tidak, tapi sekarang aku tidak bisa mengontrolnya lagi karena borgol ini."

Ainsley masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi."Tapi, aku tidak memiliki kelebihan apapun. Kenapa mereka menculikku?"

"Kau pasti memilikinya, hanya saja kamu tidak terlalu menyadarinya." Rasbeth terkekeh santai.

Ainsley mengernyitkan dahinya. "Bagaimana kau tahu?"

"Tentu saja, aku sudah menghabiskan waktu selama 10 tahun di tempat ini, dan terkurung sejak berusia 13 tahun."

"Apa? Bagaimana bisa?!" Ainsley tampak terkejut. "Kau masih terlihat seperti anak berusia 13 tahun? Harusnya umurmu sekarang 23 tahun."

"Karena semua yang tinggal di planet ini adalah immortal," jawab Rasbeth. "Mereka tidak akan pernah tua bahkan mati sekalipun, entah kenapa hanya Fis saja yang bisa mengambil nyawa para makhluk di planet ini."

Ainsley terdiam cukup lama. Gadis itu memilih menyibukkan diri untuk mengotak-atik jam tangannya.

Kenapa dari tadi kau selalu mengecek benda itu?" Rasbeth bertanya, membuat Ainsley menoleh terkejut.

Ainsley menggeleng. "Ah ... bukan, jam tanganku sepertinya rusak, padahal baru tahun kemarin diberikan ayah."

"Jam tangan?" tanya Rasbeth bingung.

"Ini benda yang digunakan oleh manusia untuk melihat waktu," ujar Ainsley.

"Oh itu, aku punya. Orang-orang di tempatku menyebutnya 'Ovo' hanya saja bentuknya tidak beraturan, " ucap Rasbeth berusaha mengingat "Oh iya, mungkin benda itu tidak rusak. Tetapi karena waktu di dunia fana dan Wysperia berbeda. Di dunia manusia waktu berjalan sangat cepat, sedangkan tempat ini berjalan begitu lambat. Bahkan jika dihitung 6 hari di dunia fana, sama saja dengan 1 hari di sini."

Ainsley menganga lebar ketika mendengarkan penjelasan yang dilontarkan oleh Rasbeth.

Cekrek.

Suara gerbang terbuka dengan paksa membuat tangisan di tempat itu terdiam sekejap. Hawa aneh terasa kentara mengelilingi penjara nan gelap.

"Diam! Jangan Bersuara!" bisik Rasbeth. "Mereka datang untuk membawa salah satu anak untuk dipersembahkan kepada Fis."

Ainsley secara reflek menutup mulutnya dengan kedua tangan. Terlihat kedua monster kelinci itu masuk secara bersamaan melewati jeruji sel milik Ainsley dan Rasbeth.

"Tidak! Jangan bunuh aku!" Suara teriakan anak perempuan menggema di seantero penjara kastil. Kedua monster kelinci menyeret gadis tanpa dosa agar segera keluar dari sel tahanannya. "Lepas!" teriaknya sambil menangis tersedu-sedu.

Ainsley menutup kedua telinga, wajahnya memucat mendengar suara yang begitu memilukan dari si korban. "Tenang, ini hanya mimpi, Ainsley. Sebentar lagi Isabel pasti akan membangunkanmu," ucapnya dalam hati.

Kedua monster itu menyeret keluar si gadis tanpa belas kasihan. Ainsley dapat melihatnya dengan jelas, mereka menariknya hingga melewati jeruji sel milik Ainsley dan Rasbeth.

Tubuhnya sangat kurus sementara rambut tampak berantakan. Mata sembabnya tidak sengaja beradu pandang dengan Ainsley. Mereka saling bertatap, mengisyaratkan untuk meminta pertolongan.

"Tolong," ucapnya lirih. Sampai pada akhirnya gadis itu menghilang ketika pintu gerbang benar-benar ditutup oleh para penjaga.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top