XLVI. ✾ Pasukan Pembunuh ✾

~•¤•~

Wajah Ainsley mendadak memucat. Tubuh gadis itu membeku layaknya sebongkahan es. Ia tidak percaya atas apa yang tengah dilihatnya saat ini.

"Rasbeth?!" gumam Ainsley ketika kedua matanya menangkap sosok anak perempuan yang pernah membantunya melarikan diri dari sel penjara. Bahkan, Ainsley pernah berjanji pada dirinya sendiri untuk segera menyelamatkan anak itu dari kastil ini.

Namun, apa yang harus Ainsley lakukan sekarang? Kekuatan saja ia tidak punya, apalagi menyelamatkan Rasbeth? Apakah Ainsley harus menyerahkan dirinya terlebih dahulu kepada Fis? Lalu dibunuh, begitukah?

Tidak. Semua itu akan menjadi usaha yang berakhir sia-sia. Ainsley tahu betul karakter Fis. Makhluk jahat itu tentu saja tidak bisa diajak berkompromi. Dan siapa juga yang mau mengajak makhluk seperti Fis untuk bekerja sama?

Ainsley melirik Hugo dan Luke secara bergantian. "Yah, kecuali mereka berdua." Gadis itu mendengkus. "Sepertinya aku telah diberkati untuk bertemu dengan kedua makhluk yang pernah berhubungan dengan Fis."

Sebuah senyuman menawan kembali terpampang di wajah Hugo. Mata emerald laki-laki itu menatap lurus ke arah Rasbeth yang kedua tangannya tengah diborgol di atas altar.

Sesekali matanya berpindah ke arah para prajurit beruang yang tengah sibuk menyiramkan air ke seluruh penjuru lapangan penyiksaan.

Ainsley yang memandang gerak-gerik Hugo sejak tadi, hanya bisa menaruh rasa bingung sekaligus curiga. "Kenapa bocah pemarah itu tiba-tiba tersenyum ketika melihat seseorang menderita? Apa dia terkena virus milik Qer?" ucapnya dalam hati. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Qer. "Sungguh, monster ular memang benar-benar harus dihindari!"

"BERHENTI!" perintah Qer ketika dirasa air yang disiram sudah cukup banyak.

Terbukti, lapangan penyiksaan mendadak berubah menjadi becek dalam sekejap. Ya, semua itu adalah ide dari Hugo. Entahlah, apa yang tengah ia rencanakan saat ini?

Suara penuh penekanan dari Qer membuat para prajurit terdiam tidak berani berkutik. Lalu, segeralah mereka meletakkan ember-ember yang berisikan air ke tanah. "Air-air ini sudah cukup membuat kekuatan tahanan nomor 13 melemah. Sekarang kalian bisa melanjutkan tugas, mengeksekusinya."

Ainsley terkejut. Kaki gadis itu mendadak melemah ketika kedua prajurit beruang telah menyiapkan sebuah kapak hitam antik yang akan digunakan untuk menebas leher Rasbeth. "Gawat, Rasbeth tidak boleh mati! Aku harus mencari cara untuk menyelamatkannya! Tapi bagaimana?" batinnya gelisah.

"Tapi, jika aku menyelamatkan Rasbeth. Kita semua akan mati di saat ini juga. Tak terkecuali Hugo dan Luke. Apa yang harus aku lakukan?"

"Jangan lakukan apa-pun! Tetap di tempatmu!" Suara Luke menggema di dalam pikiran Ainsley, berusaha memperingatkan dengan telepatinya.

Ainsley menoleh ke arah Luke. Laki-laki itu sedang menjiwai perannya sebagai prajurit kelinci. Luke menatap Ainsley dalam diam, seakan-akan memberikan isyarat kepadanya untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan mereka.

Gadis itu bungkam. Ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Ainsley seharusnya tidak bersikap egois terhadap kedua temannya. Tapi, apakah ia tega melihat Rasbeth mati di hadapannya?

Salah satu prajurit yang berada di atas altar mulai bersiap-siap untuk menebas kepala Rasbeth.

Rasbeth yang kekuatannya melemah hanya bisa menatap tajam seluruh prajurit yang tengah menontonnya. Mereka semua menganggap gadis malang itu sebagai binatang sirkus.

Rasbeth sudah tidak punya tenaga lagi. Dia setengah menunduk, rambut hitamnya hampir menutupi seluruh wajah. Ainsley dapat merasakan aura membunuh dari pancaran mata Rasbeth saat itu.

"Sebentar lagi pertunjukan akan dimulai, Jendral," ucap Qer sembari mengambil segelas minuman berwarna merah yang disajikan di atas troli makanan. Sepertinya monster sosis telah mempersiapkan jamuan makan untuk Qer dan Hugo.

Hugo mengernyitkan dahinya. "Aku tidak minum, terima kasih."

Qer terkekeh di sebelah hugo. "Terserah kau saja, Jendral," ucapnya sembari meneguk segelas minumannya.

Ainsley meneguk salivanya ketika prajurit beruang yang tengah memegang kapak akan melancarkan aksinya. Dia melirik Hugo di sebelahnya. Berbeda dengan Ainsley, Laki-laki itu justru terlihat tenang.

"Menjauhlah dari air." Suara Hugo kembali terdengar menelusup celah rongga telinga Ainsley.

Tidak, ini bukan suara telepati. Putra tunggal Keluarga Lichfield berbicara kepada Ainsley tanpa menggunakan teknik tersebut.

Ainsley terkejut. Hugo kemudian menoleh ke arahnya. Membuat kedua mata gadis itu bertemu dengan manik emerald milik Hugo.

"Apa maksudmu?" ucap Ainsley dengan telepatinya.

Hugo tidak menjawab. Laki-laki itu kembali menolehkan kepalanya menghadap depan. Mata emerald-nya menatap tajam ke arah kapak yang hendak menebas leher Rasbeth.

Ainsley sempat bingung dengan ucapan Hugo. "Menjauh dari air? Untuk apa?" Gadis itu kemudian melirik ke arah kedua kakinya. "Aku sudah berdiri di tanah yang kering. Apa dia salah makan ya?"

"Setelah ini, kau harus segera pergi dengan Luke ke Kota Shea," lanjut Hugo. Sekarang, ia kembali menggunakan teknik telepatinya.

Ainsley nyaris tersentak ketika mendengar suara Hugo. "Tunggu Sebentar! Jangan bilang ...."

Tempat pengeksekusian mendadak sunyi. Sumber suara menghilang dalam sekejap. Seakan-akan terbawa oleh desiran angin dingin yang merambat lembut.

Kapak yang digenggam prajurit beruang kian melayang ke arah leher Rasbeth. Sementara Qer, monster itu terlihat semakin mengerikan ketika sebuah senyuman gergaji mulai terpampang di wajahnya.

Mata Ainsley mendapati tangan kanan Hugo mengeluarkan kilatan petir. Dia tersenyum menyeringai.

Tidak membutuhkan waktu lama, ia segera mengarahkan telapak tangannya ke arah genangan air di hadapan prajurit beruang pemegang kapak.

Tegangan listrik merambat dengan cepat melewati seluk beluk sekumpulan para prajurit.

BLARRR.

Ledakan listrik itu tepat sasaran. Membuat prajurit beruang menjatuhkan kapaknya ke tanah. Belum sempat menebas leher Rasbeth, prajurit beruang kejang-kejang karena terkena sengatan listrik. Aliran listrik tersebut merambat ke seluruh genangan air di lapangan penyiksaan.

Seluruh prajurit kesetrum, begitupun juga dengan Qer. Semua ini adalah rencana Hugo. Laki-laki itu ternyata telah menyusun rencana dengan sangat matang. Ia sengaja mempengaruhi Qer dengan menyiram seluruh tempat ini dengan air.

Setelah itu, dia akan melancarkan aksinya dengan menggunakan kekuatan listrik. Hugo tahu betul bahwa air adalah pengantar listrik yang sangat baik.

Ainsley yang telah menjauhi air, pada akhirnya terselamatkan dari sengatan listrik milik Hugo.

Namun, para prajurit terlalu kuat. Mereka kembali bangkit dalam hitungan detik. Begitupun juga dengan Qer.

Monster ular menggeram marah. "TANGKAP PENGHIANAT ITU, LALU BAWA DIA KE HADAPAN YANG MULIA!"

Para prajurit berusaha mengembalikan fokus mereka seperti sedia kala. Lalu, mereka melanjutkan aksinya untuk menyerang dan menangkap Hugo.

Laki-laki keluarga Lichfield itu kemudian melompat dengan lincah ke atas troli makanan. Membuat berbagai macam jamuan terjatuh berhamburan ke tanah.

Hugo dengan kecepatannya segera menendang para prajurit satu per satu. Namun, sialnya Hugo hampir kewalahan karena dihadapkan dengan para prajurit beruang yang sangat banyak.

Ainsley tidak mau tinggal diam. Gadis itu harus membantu Hugo. Dengan fisiknya yang berwujud prajurit kelinci, ia dengan mudah dapat membantunya menyerang prajurit beruang.

Ainsley mendorong para prajurit beruang dengan menggunakan tangannya yang telah membesar tiga kali lipat dari ukuran manusia biasa. Membuat beberapa prajurit terpental ke tanah.

Meskipun tingkat kekuatan prajurit kelinci di bawah prajurit beruang. Namun, kekuatan prajurit kelinci tidak bisa terbilang lemah untuk mendorong prajurit beruang.

Sebuah senyuman kemenangan tercetak jelas di wajah Ainsley. "Tubuh monster kelinci tidak buruk juga," batinnya sembari memukul telak prajurit beruang di sebelahnya.

Kedua manik mata Ainsley tidak sengaja menangkap salah satu prajurit yang hendak menebas kepala Hugo dari belakang dengan menggunakan sebilah pedang.

Membuat Ainsley segera melompat. Lalu dengan sigap menghadang prajurit beruang tersebut. "Menyerang dari belakang, hah? Dasar pecundang."

Di saat melakukan aksinya itu, Ainsley berusaha menghindari genangan air yang masih dialiri tegangan listrik.

Hugo menoleh, lalu mendapati Ainsley tengah berada di belakangnya. Kedua mata laki-laki itu memancarkan amarah kepada Ainsley. "Kenapa kau masih berada di sini, bodoh?! Sudah ku-bilang pergi-lah bersama Luke! Tempat ini berbahaya!"

"Kau yang bodoh!" ucap Ainsley dengan telepatinya. "Bisa-bisanya ya, di jaman sekarang masih ada orang yang berlagak menjadi pahlawan kesiangan? Kau belum cukup kuat untuk melawan mereka sendirian! Sekarang diamlah dan teruskan pertarunganmu!"

Hugo tidak lagi menjawab. Dia kembali melanjutkan pertarungannya yang dirasa sebentar lagi akan segera berakhir.

Walaupun tegangan listrik yang diciptakan Hugo tidak bisa bertahan lama, mereka berdua mampu membuat para prajurit beruang di lapangan penyiksaan semakin sedikit. Sisanya telah dinyatakan pingsan.

Rasbeth yang masih berlutut di atas altar, segera mengumpulkan semua energinya kembali. Gadis itu mampu mencairkan borgol yang tengah mengikat.

Setelah sepenuhnya bebas, diliriknya penjaga pembawa kapak yang tengah pingsan tepat di sebelah kirinya.

Lalu di sebelah kanan, berdirilah satu penjaga yang masih dapat bertahan dari tegangan listrik milik Hugo.

Penjaga yang dapat bertahan itu tidak menjaga Rasbeth, justru kedua sorot matanya tengah fokus menonton adegan pertunjukan penyiksaan yang berada di bawah altar.

Kesempatan emas dipergunakan Rasbeth untuk menyerang prajurit di sebelahnya. Gadis itu mengeluarkan aliran api berwarna biru pada tangan kanannya. Lalu, diarahkanlah ke arah prajurit tadi.

Prajurit beruang pun ambruk tak tersadarkan diri. Rasbeth kemudian memandang Hugo dan monster kelinci yang tengah dikerumuni oleh lautan prajurit dari kejauhan. Mereka dengan tangguh berhasil menangkis dan mengalahkan para prajurit tanpa kenal rasa takut.

Rambut hitam gadis itu semakin berantakan terkena hembusan angin dingin. Kedua matanya sekarang beralih fokus pada monster kelinci yang tengah membantu Hugo.

Sebuah senyuman mulai tercetak jelas pada wajah Rasbeth. "Wujud yang bagus, Ainsley," ucapnya kemudian segera melarikan diri dari altar penyiksaan.

Sementara itu, Ainsley masih saja mengurus prajurit beruang yang sempat menyerang Hugo dari belakang. Dia berusaha mementalkan prajurit beruang ke tanah. Namun, dia berhasil menepisnya.

"Penghianat harus dihukum!" ucap prajurit beruang itu lantang. Ainsley nyaris lupa bahwa dengan wujud barunya ini, ia tentu saja bisa berkomunikasi dengan seluruh monster di kastil hitam. Walaupun, prajurit beruang juga bisa berbicara dalam bahasa manusia.

"Oh ya?" jawab Ainsley. Namun, tak berlangsung lama. Tubuh gadis itu secara tiba-tiba berubah menjadi manusia kembali. Membuat prajurit beruang di hadapannya bingung.

"A-apa yang terjadi? Apakah efek ilusinya menghilang?" batin Ainsley sembari memperhatikan kedua telapak tangannya yang telah mengecil seperti sedia kala.

Kekuatan monster kelinci yang dimilikinya tadi mendadak menghilang. Ia telah berubah menjadi manusia lemah.

Hugo yang menyadari akan perubahan wujud Ainsley, segera menembakkan sengatan listriknya pada prajurit beruang tadi. Laki-laki itu kemudian memberikan sebilah pedangnya pada Ainsley. "Gunakan itu!"

Ainsley segera mengambil pedang Hugo, namun ada sedikit rasa keraguan pada dirinya. "A-aku tidak bisa mengguna---"

"Jangan putus asa sebelum mencoba!" potong Hugo sembari mengeluarkan kekuatan listriknya untuk melindungi dirinya dan Ainsley dari para prajurit. "Sudah saatnya kau belajar bertarung dengan wujud aslimu."

Tubuh Ainsley masih bergetar, ia bahkan tak mampu mengangkat sebilah pedang.

"Tegakkan tubuhmu! Fokuslah pada musuh! Jadilah pedang seperti yang kau genggam!" tutur Hugo. "Pedang itu adalah dirimu!"

Ainsley menganggukkan kepalanya dengan keras. "Pedang ini adalah diriku. Aku mampu mengalahkan mereka!" batinnya.

Lalu segeralah ia mengangkat sebilah pedang berwarna perak itu untuk menebas para musuhnya. Walaupun sedikit berat, Ainsley pada akhirnya terbiasa dengan sendirinya.

Di tengah kekacauan tersebut. Ainsley tidak menemukan keberadaan Luke sama sekali. "Dimana Luke?"

"Kau tidak perlu mengkhawatirkannya. Dia baik-baik saja. Justru mereka-lah yang harus menghindarinya," jawab Hugo dengan tenang.

Tiba-tiba suara Gong berdengung. Suara itu memekakan telinga, seakan-akan dapat menggetarkan tanah---berdentang tiga kali berturut-turut--- membuat para prajurit yang semakin sedikit itu bersorak dengan kalimat aneh. Ribuan kelelawar berwujud aneh terbang mengelilingi kastil hitam.

Qer yang kekuatannya telah kembali, tertawa jahat sembari menatap langit yang telah dipenuhi ribuan makhluk terbang.

"Apa yang terjadi?" tanya Ainsley khawatir. Pasalnya semua makhluk di tempat itu mendadak bersorak sembari mengerumuni mereka berdua.

Ainsley dan Hugo berjalan mundur, sehingga tubuh mereka saling membelakangi satu sama lain. Hugo sudah bersiap-siap mengeluarkan kekuatannya. Sementara Ainsley tengah memasang kuda-kuda sembari menggenggam sebilah pedang barunya.

"Ini buruk!" gumam Hugo. Mata tajamnya memandang lurus ke arah para prajurit yang tengah menatap mereka dengan aura membunuh. "Mereka memanggil pasukan pembunuh."

"APA?!!" kaget Ainsley.

Para prajurit yang tengah mengerumuni mereka berdua segera menyerang dengan kekuatan berlipat ganda. Tidak hanya itu saja, pasukan tambahan dengan wujud menakutkan turut datang ke lapangan.

Tempat penyiksaan mendadak semakin gelap. Angin bertiup kencang. Disertai dengan ribuan kelelawar aneh yang terus menerus mengelilingi mereka.

Ainsley dan Hugo kewalahan. Bahkan, tangan kanan Hugo tergores panah.

GROAARR.

Di tengah kekacauan yang semakin mencekam, sosok makhluk besar datang mengaum dan menyeruduk para pasukan yang tengah mengerumuni mereka berdua. Langkah kaki makhluk itu menggetarkan tanah.

Para prajurit berusaha untuk menyerang. Namun, makhluk itu terlalu kuat. Monster berwujud serigala raksasa berbulu emas berhasil meluluhlantakkan para pasukan tanpa belas kasihan.

Manik mata merah monster itu menatap lurus ke arah Hugo dan Ainsley. Membuat Hugo bersiap-siap untuk menembakkan kekuatannya.

"Hentikan sampai di situ, Pangeran," ucap makhluk itu tiba-tiba yang membuat Ainsley dan Hugo terkejut. "Jangan melukai penyelamatmu, Ingat?"

"Luke?" kaget mereka secara bersamaan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top