XLIII. ✾ Ayah Dan Anak ✾

~•¤•~

Suasana sore yang bersalju tidak menghalangi ambisi Orion untuk bergegas menuju ke Mansion Keluarga Lichfield. Bahkan, sudah puluhan kali usaha yang dilakukan Boby dan Jeffrey untuk membujuk Orion pulang. Namun, apa daya mereka? Ketika harus berhadapan dengan putra Keluarga Dirgory yang terkenal akan ambisiusnya itu?

"Bos, apa yang sedang kau lakukan? Sekarang sudah cukup sore! Paman Blake pasti sedang mencarimu saat ini!" kata Jeffrey sembari berjalan setengah berlari agar mengimbangi langkahnya dengan Orion.

Laki-laki dengan wajah setengah berjerawat itu berjalan mengikuti Orion, memasuki pagar tinggi mansion yang tidak terjaga.

Orion tidak menjawab pertanyaan Jeffrey. Laki-laki itu lebih memilih untuk diam sembari berjalan menuju ke arah mansion bernuansa antik tersebut, layaknya sebuah kastil di daerah pegunungan.

"Bos, apa yang sedang kau pikirkan!" sahut Boby penasaran. "Pak detektif, jelas-jelas sudah mengatakan kalau dirimu ini sudah tidak lagi terikat dengan hukum! Tapi, kenapa bos masih bersikeras memecahkan kasus hilangnya Ainsley?!" lanjutnya emosi.

Orion berhenti melangkahkan kedua kakinya tepat di halaman depan mansion Keluarga Lichfield.

Dia mengadahkan kepalanya ke atas, menatap bangunan mansion yang menjulang tinggi. Terlihat kokoh ketika diterjang ribuan butiran salju.

Salju putih terus-menerus berjatuhan di atas kepala pemuda itu, hingga membuat rambut coklat tuanya menjadi memutih.

Orion membalikkan tubuhnya ke belakang, agar dengan leluasa memandang kedua sahabatnya. "Jeffrey, Boby, dengar! Aku tahu ini gila ...." Orion menghela napasnya sejenak. "Aku harus menyelesaikan kasus ini! Dengan polisi ataupun tanpa mereka! Aku harap kalian mengerti."

Boby yang mendengar ucapan Orion hanya bisa menganga tidak percaya. "Tapi, kenapa? Kasus ini sangat berbahaya."

"Aku harus segera menyelesaikannya, bahkan sepupuku juga menghilang!" Orion menegaskan.

Jeffrey mengangguk, lalu tersenyum menatap Orion. "Aku mendukungmu, Sobat," ucapnya sembari menepuk pundak Orion pelan. "Hugo juga teman kita, bukan?"

"Tapi ...," cicit Boby.

"Bob, percayalah kepadaku," ucap Orion sembari menepuk pelan pundak Boby.

Boby tersenyum. "Baiklah, jika itu sudah menjadi keputusanmu."

"Sudah ayo! Mansion Lichfield sudah berada di depan mata! Apa yang kalian tunggu? Apakah kalian tidak kedinginan?" sahut Jeffrey yang memecah belah suasana, laki-laki itu terlihat sibuk membenarkan mantel berwarna merah tua miliknya.

"Ya tentu saja, ayo Jeff!" jawab Orion sembari mengajak Jeffrey untuk mengikutinya berjalan menuju mansion tersebut.

"Hey kalian! Tunggu!" panggil Boby yang merasa ditinggal oleh kedua sahabatnya.

"Ayo Bob, kau terlalu lama!" seru Orion yang hanya dibalas gerutuan oleh Boby.

Setelah mereka tiba di depan pintu masuk mansion. Orion terdiam sejenak, memandang pintu besar bernuansa antik di hadapannya. Dia menarik napas terlebih dahulu, lalu diketuklah pintu itu.

"Permisi!" ucap Orion.

Hening. Tidak ada jawaban. Bahkan saking sepinya, mereka hanya bisa mendengar deruan angin bersalju yang tidak kunjung berhenti.

"Biar aku saja, Bos!" sahut Boby memecah keheningan. "PERMISI!"

Sekali lagi, tidak ada jawaban. Keheningan masih saja menyelimuti mereka bertiga di bawah naungan atap yang juga tidak sepenuhnya dapat melindungi tubuh dari rasa dingin.

"Kalian sadar tidak? Mansion ini sejak tadi sangat sepi? Bahkan seharusnya mansion milik Keluarga Lichfield wajib memiliki penjaga gerbang ataupun pelayan," sahut Jeffrey.

Boby terdiam. "Benar juga. Jika dilihat dari statusnya yang sering dikatakan bangsawan tingkat tinggi, sekaligus keluarga terkaya nomor dua di kota Shea. Seharusnya, mansion ini juga tidak akan kalah dibandingkan Mansion Dirgory. Aku juga baru pertama kali mengunjungi Mansion Lichfield."

"Tapi menurutku, Hugo cukup berbakat mengelola kekayaan serta bisnis Keluarga Lichfield seorang diri di usianya yang masih terbilang muda setelah kedua orangtuanya meninggal. Ya, meskipun sedikit dibantu oleh Bibi Jane, ibunya Bos," timpal Jeffrey.

Orion hanya memutar kedua matanya malas ketika mendengarkan kedua sahabatnya bergosip.

"Bibi Jane kan memang dari Keluarga Lichfield---"

"Kalian ini tidak ada bedanya dengan para gadis yang sangat suka bergosip! Cobalah untuk berpikir positif! Bisa saja mereka sibuk mencari keberadaan---"

Belum sempat Orion melanjutkan kalimatnya, pintu depan mansion terbuka secara tiba-tiba. Seorang pria paruh baya berseragam pelayan keluar dari dalam mansion.

"Astaga, Tuan Orion! Maaf kami tidak mendengar kedatangan anda!" kaget pria itu. "Sepertinya bel pintunya sudah rusak, padahal kami sudah menggantinya sebulan yang lalu."

"Ah iya, aku tadi lupa membunyikan belnya," ingat Orion.

Pelayan itu tersenyum ramah. Namun terlihat sedih untuk di sisi lain. "Perkenalkan saya Sebastian, kepala pelayan Keluarga Lichfield. Mari silahkan masuk!"

"Tidak perlu pak, kami hanya ingin menanyakan tentang kejadian hilangnya Hugo. Aku dengar anda melaporkan kepada polisi kemarin pagi," kata Orion.

Wajah kepala pelayan itu terlihat semakin sedih. "Tuan Muda Hugo menghilang setelah mengunjungi rumah anda minggu lalu."

"Hugo menghilang setelah pulang dari acara main catur waktu itu?" batin Orion.

"Jika anda ingin menanyakan tentang kronologis hilangnya Tuan Hugo secara lebih rinci, Pak North sepertinya dapat memberitahu anda."

"Pak North?" ulang Orion.

"Iya, beliau adalah sopir pribadi Keluarga Lichfield yang sudah mengabdi sangat lama sejak paman dan ibu anda masih kecil. Pak North yang mengantar Tuan Hugo waktu itu ...."

Belum sempat kepala pelayan itu melanjutkan kalimatnya, seorang pria tua baru saja muncul di tengah lebatnya hujan salju menuju ke arah mansion.

"Itu Pak North!" seru kepala pelayan. "Pak, ada yang ingin bertemu dengan bapak!"

Pak North mengangguk ketika mendapati sinyal dari kepala pelayan. Pria tua itu berjalan menuju ke arah Orion dan teman-temannya berada.

"Selamat sore tuan-tuan, ada apa ya sampai ingin bertemu dengan saya?" sapa Pak North sembari tersenyum ramah. Suaranya terdengar bergetar. Wajahnya berkeriput. Namun, aksen tegas terlihat memancar dari cara bicaranya.

"Pak North, saya Orion---"

"Ah iya, Nak Orion! Sudah lama ya, maklum saya sudah tua. Sering lupa," katanya sembari tertawa.

Orion tertawa. "Tidak apa-apa. Pak, saya ingin menanyakan sesuatu tentang hilangnya Hugo. Kata Pak Sebastian, Pak North saat itu tengah menemani Hugo. Tolong ceritakan tentang hilangnya Hugo, Pak."

Pak North yang mendengar permohonan Orion hanya bisa tersenyum pasrah.

"Baiklah Nak, akan saya ceritakan. Saat di mana setelah Tuan Hugo bertamu dirumah anda minggu lalu, saya mengantarnya pulang dengan mobil hitam. Tapi sialnya, saat di tengah perjalanan, mobil itu mogok. Saya terpaksa, meninggalkan tuan muda di dalam mobil demi mencari bantuan. Saat itu kami juga terjebak di tengah badai salju ...." Pak North berhenti sejenak. Laki-laki itu menghela napas berat terlebih dahulu. "Lalu, setelah saya kembali. Tuan muda telah menghilang."

Jeffrey dan Boby menganga ketika mendengar cerita dari sopir senior Keluarga Lichfield. Sementara Orion, laki-laki itu sedang memikirkan sesuatu.

"Kalau boleh tahu, mobil anda mogok tepat di sebelah mana?" tanya Orion memastikan.

"Di tengah jalan yang masih dikelilingi lahan perkebunan milik keluarga anda, Tuan," jawab Pak North.

"Jadi, Hugo menghilang di saat melewati jalan perkebunan milik Keluarga Dirgory?" batin Orion.

"Ah iya Tuan, awalnya saya pikir Tuan Muda Hugo kembali ke rumah anda saat itu. Sehingga saya pulang tanpa Tuan Hugo. Namun, berhari-hari setelahnya. Saya semakin khawatir karena Tuan Hugo tidak ada kabar sama sekali. Bahkan setelah kasus Nona Ainsley menghilang, saya semakin takut ...."

"Pada akhirnya saya mendapatkan kabar dari pelayan Keluarga Dirgory. Bahwa Tuan Hugo selama seminggu ini tidak mengunjungi mansion anda. Saya panik, lalu menelepon polisi kemarin pagi," lanjut pria tua itu.

Orion mengangguk mengerti. "Tenang saja pak, saya akan mencari Hugo dan Ainsley sampai ketemu!"

Pak North tersenyum terharu, pria tua berumur sekitar delapan puluh tahun itu tanpa aba-aba langsung menyalami tangan Orion. "Terima kasih, tuan Orion! Saya tidak tahu harus berkata apa lagi. Kami sangat menyayangi Tuan Hugo, beliau adalah harta satu-satunya milik Keluarga Lichfield yang sangat berharga!"

Orion tersenyum, lalu menepuk pelan pundak Pak North. "Bapak tidak perlu berterima kasih kepada saya, kami memang secara sukarela mencari keberadaan Hugo."

Kalimat Orion terhenti bersamaan dengan munculnya suara deruman kawanan mobil hitam yang berusaha masuk ke dalam kawasan mansion Keluarga Lichfield.

Sekitar lima buah mobil besar tanpa mengenal rasa takut segera menerobos melewati lebatnya badai salju. Membuat semua orang yang melihatnya, menganga takjub.

Boby dan Jeffrey membelalakkan kedua matanya lebar-lebar ketika mobil hitam mengkilap yang memimpin, berhenti tepat di depan mansion.

Orion hanya bisa tersenyum pasrah. Setelah mendapati lambang bergambar singa emas pada bendera kecil yang terpasang di setiap mobil tersebut.

Semua orang pasti tahu lambang itu. Lambang yang hanya bisa dipakai oleh keluarga bangsawan tingkat tinggi. Ya, Keluarga Dirgory.

Keluarga Dirgory adalah salah satu keluarga terkaya sekaligus yang sangat dipercayai oleh Kerajaan Shea dalam keputusan pemerintahan pada masanya.

Membuat keluarga tersebut dijuluki sebagai singa emas oleh seluruh penduduk. Tangguh, bernilai sekaligus disegani. Itulah arti dari lambang singa emas.

Orion hanya bisa terdiam pasrah ketika mendapati Sang Ayah---Blake Dirgory----keluar dari mobil. Kaki kokoh yang berbalut sepatu Pantofel itu terlihat serasi dengan mantel coklat gelap milik Sang Ayah. Rambutnya terlihat rapi, wajahnya rupawan meskipun sudah ditumbuhi kumis tipis dan kerutan menua.

Tuan besar keluarga Dirgory itu berjalan menuju ke arah dimana Orion berada, wajahnya datar tanpa ekspresi menatap lurus ke arah mata putra sulungnya.

"Sudah aku peringatkan kan, Bos? Paman Blake pasti mencarimu," bisik Jeffrey pada Orion tanpa mengalihkan tatapan matanya pada Tuan Blake.

Pak Sebastian, selaku kepala pelayan segera memberikan perintah kepada para pelayan wanitanya untuk menyambut Tuan Blake.

"Silahkan masuk, Tuan," ucap Pak Sebastian sembari membungkuk sopan.

"Tidak perlu, terima kasih. Aku hanya ingin menjemput putraku," kata Tuan Blake berusaha mencegah Pak Sebastian untuk melayaninya.

"Menjemputku pulang? Tapi bagaimana dengan Pak Josh?" tanya Orion.

"Ayah sudah menyuruhnya pulang, setelah mengantarmu ke tempat ini tanpa sepengetahuan ayah," jawab Tuan Blake, mempertegas dua kata terakhir.

Orion hanya bisa terdiam ketika tatapan matanya bertemu dengan manik tajam milik Sang Ayah. Nasibnya sungguh sial kali ini, Ayahnya pasti akan memarahinya setelah pulang.

Tuan Blake mengalihkan perhatiannya kepada sopir senior Keluarga Lichfield. "Bagaimana perkembangannya, Pak North? Apakah polisi sudah mendapatkan tanda-tanda hilangnya Hugo?" Pertanyaan yang dilontarkan Tuan Blake membuat Orion tersentak seketika.

"Ayah tahu bahwa Hugo menghilang? Tapi kenapa dia tidak memberitahuku?" batin Orion.

"Belum Tuan, polisi sampai saat ini masih juga belum menemukan bukti apapun. Tapi ...." Pak North berhenti sejenak, ia mengalihkan pandangannya ke arah Orion.

Orion yang peka pada akhirnya segera mengirimkan sinyal kepada pak North agar tidak memberitahukan niatnya untuk mencari Hugo kepada Sang Ayah.

"Tapi apa, Pak North?" tanya Tuan Blake.

"Tapi, saya pernah mendengar para pelayan Keluarga Dirgory membicarakan cahaya berwarna kehijauan yang melintasi langit pada saat Tuan Hugo menghilang," jawab Pak North berusaha melindungi Orion sekaligus memberikan fakta yang sebenarnya kepada Tuan Blake.

"Cahaya kehijauan?" ulang Tuan Blake terkejut.

"Iya, Tuan."

Tuan besar Keluarga Dirgory itu terdiam sejenak. "Baiklah, mungkin sekarang sudah cukup sore. Sebaiknya kita pulang, bukankah begitu Orion?"

Orion terkejut ketika namanya dipanggil. "Ah, iya Ayah," jawabnya kaku.

Tuan Blake berbalik pergi diikuti oleh Orion, namun ia mendadak berhenti ketika teringat akan sesuatu. "Boby dan Jeffrey," panggilnya.

"I-iya, Paman Blake?" jawab Boby dan Jeffrey berusaha tersenyum kaku.

"Terima kasih sudah menjaga Orion. Sekarang hampir malam, kalian akan diantar pulang oleh anak buah paman memakai mobil di belakang," ujar Tuan Blake.

"Iya Paman, Terima kasih," jawab mereka serempak.

Tuan Blake berjalan meninggalkan mereka memasuki mobil mewahnya yang sudah dibukakan oleh anak buah berseragam.

Orion menghela napas sejenak lalu menepuk pundak kedua temannya satu per satu, sembari tersenyum. "Aku akan telepon kalian nanti malam," ucapnya yang dibalas senyuman balik oleh kedua sahabatnya. Laki-laki itu segera masuk ke dalam mobil mengikuti Blake.

🎪

Sejak kedatangan Tuan Blake yang tidak terduga di mansion Keluarga Lichfield. Suasana mobil mendadak hening seketika. Sialnya lagi, Orion duduk bersebelahan dengan Sang Ayah.

Tempat duduk bagian sopir dan penumpang diberi papan pembatas canggih yang bisa dibuka ataupun ditutup secara otomatis dengan menggunakan tombol.

Namun, untuk saat ini papan pembatas masih ditutup agar dapat memberikan ruang pribadi kepada ayah dan anak itu.

Orion melirik Tuan Blake sekilas. Seperti sudah menjadi kebiasaannya, Sang Ayah selalu menatap lurus ke depan dengan memasang ekspresi datar.

"Bagaimana rasanya menjadi detektif hari ini? Apakah kau sudah menemukan tanda-tanda hilangnya Ainsley?" tanya Tuan Blake memecah keheningan.

Orion terkejut ketika mendengarkan pertanyaan yang dilontarkan ayahnya. "Jadi, ayah sudah tahu?" tanyanya.

Tuan Blake tidak lagi menjawab pertanyaan Orion. Pria berperawakan tegap itu lebih memilih menatap papan pembatas.

"Wah, aku tidak menyangka. Kekuasaan ayah bisa sampai memata-matai putranya sendiri."

"Sebaiknya, latihlah cara bicaramu terlebih dahulu ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua," potong Tuan Blake yang membuat Orion bungkam tidak berani berkutik.

Orion sangat membenci cara ayahnya berbicara, pria itu selalu saja bisa membuatnya terdiam dengan menggunakan tata bahasa santun namun menyiratkan sisi ancaman kepadanya.

Tuan Blake menarik napas panjang. "Ayah sudah tahu, sejak dirimu kemarin pulang cukup larut malam dengan memberikan alasan ingin menjenguk saudara sepupumu Hugo, padahal saat itu dia sudah menghilang. Ayah kemudian menanyakannya kepada Pak Josh dan Pak Tom ...."

"Pak Josh dan Pak Tom? Jadi mereka berdua memberitahukan semua kegiatanku kepada Ayah?" batin Orion.

"Jangan menyalahkan mereka, Ayah yang menyuruhnya. Pak Josh dan Pak Tom awalnya berniat melindungimu. Namun, ayah berusaha membujuknya," kata Tuan Blake seakan-akan tahu apa yang dipikirkan Orion.

"Apakah ayah akan marah?" tanya Orion pasrah. Wajahnya terlihat mengeras ketika mengucapkan kalimat tadi.

Sorot mata abu-abu Tuan Blake berpindah menatap ke arah Orion. Ia tersenyum, tatapannya mendadak menghangat. "Untuk apa ayah marah?"

Orion terkejut, lalu sorot mata abu-abu miliknya berpindah menatap ke arah Sang Ayah. "Apa?"

"Untuk apa ayah marah? Justru ayah bangga sama kamu, Nak. Ternyata dirimu ini telah beranjak dewasa dan sudah mengerti apa itu yang namanya tanggung jawab."

"Jadi, ayah mengizinkanku untuk ikut terlibat dalam kasus ini?" ucap Orion antusias.

"Ya, tentu saja. Kau terlihat ambisius. Mengingatkanku pada diriku di saat seusiamu," kata Tuan Blake sembari tertawa. "Tapi, jangan memberitahukan Ibumu bahwa kau juga ikut kedalam kasus ini ya? Sejak kemarin Ibumu masih khawatir kepada Hugo."

Orion tersenyum. "Iya Ayah, aku janji."

"Bagus, baiklah ceritakanlah kepada ayah bagaimana caramu menjadi detektif di hari ini."

Orion sekali lagi tersenyum. "Nanti saja, akan aku ceritakan."

Suasana malam itu terlihat sangat berbeda. Mobil hitam Keluarga Dirgory tersebut mendadak dipenuhi tawa. Bahkan tawa ayah dan anak tidak kunjung berhenti hingga perjalanan mereka tiba di rumah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top