XLII. ✾ Kostum Pesulap ✾

~•¤•~

Ainsley dan Hugo mendadak tegang ketika mendengar kalimat yang berhasil diucapkan Luke.

Luke terdiam beberapa saat sembari menatap kedua manusia di hadapannya. Ia terkekeh. Laki-laki itu kemudian menjentikkan jarinya.

Secara tiba-tiba tubuh pemuda itu melayang di atas udara. Dia terbang memutari Hugo dan Ainsley sembari memasang gaya bersantai.

"Jangan memasang wajah seperti itu, Bagon pun akan tertawa ketika melihatnya," ledek Luke.

Hugo mendengkus kesal, lalu menatap Luke dengan tajam. "Lelucon yang sangat tidak lucu."

"Lelucon? Aku mengatakan kebenaran," jawab Luke. "Fis memang berambisi untuk menguasai Kota Shea. Di saat hari pertama tahun 2100, kekuatannya akan mencapai puncak tertinggi."

"Kalau begitu, kita harus segera bergegas ke Kota Shea!" ucap Hugo dengan mantap.

"Aku tidak bisa ikut!" jawab Ainsley tiba-tiba yang membuat kedua laki-laki di hadapannya terdiam sembari memasang ekspresi terkejut.

"Astaga, apa lagi?" tanya Hugo. Sementara Luke hanya terdiam menunggu jawaban yang akan diucapkan oleh Ainsley.

"Aku tidak bisa meninggalkan Rasbeth dan anak-anak lain yang terkurung di kastil milik Fis! Kita tidak bisa meninggalkan mereka sendirian atau Fis akan membunuh anak-anak itu satu per satu!" jawab Ainsley.

Hugo menghela napas setelah mendengar jawaban dari Ainsley. "Berhentilah melakukan hal bodoh! Sudah berapa kali aku katakan, kita tidak bisa melawan Fis. Makhluk itu terlalu kuat---"

"Jadi, secepat itu kah dirimu menyerah?" potong Ainsley. "Jika kau tidak bisa menyelamatkan anak-anak ditempat ini, bagaimana bisa kita menyelamatkan kota Shea?"

Luke masih terdiam, sembari mengamati kedua manusia Starseed dihadapannya terlebih dahulu. "Benar yang diucapkan Pangeran, Tricks."

"Tapi---" cicit Ainsley.

"Fis terlalu kuat. Aku bahkan tidak mampu melawannya untuk saat ini," ucap Luke sembari melayang tepat di samping Ainsley.

"Bagaimana kau bisa mengetahuinya?" tanya Ainsley penasaran.

Luke tersenyum, lalu menapakkan kedua kakinya di atas tanah setelah melayang cukup lama. "Karena Dia adalah sekutuku."

Sekali lagi Ainsley dan Hugo terkejut sembari menganga tidak percaya menatap Luke.

"F-Fis adalah sekutumu?" kaget Hugo mengulangi kalimat Luke. "Kau bercanda?"

"Dia memang sekutuku pada awalnya, namun sekarang sudah tidak lagi. Sejak ia mengurungku di tempat yang sangat membosankan ini," jawab Luke.

"Kenapa dia mengurungmu?" tanya Hugo.

Luke menghela napas sembari memijit keningnya. "Astaga, kalian terlalu banyak bertanya. Dia mengurungku karena ingin mengambil alih Kota Shea."

Hugo terdiam sejenak. Laki-laki itu kemudian melipat kedua tangannya. "Fis adalah penguasa Wysperia. Logikanya, kenapa dia harus bersusah payah menguasai Kota Shea yang bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dimensi ini?"

Ainsley mengangguk setuju ketika mendengar pendapat yang dilontarkan oleh Hugo.

Luke terlihat berpikir sejenak setelah mendengar pertanyaan Hugo. "Iya juga ya, kenapa dia harus menguasai Kota Shea?"

Ainsley yang mendengar jawaban Luke hanya bisa menepuk jidatnya sembari menghela napas pasrah. "Ya Tuhan, apa salahku? Kenapa aku harus terjebak di dunia aneh bersama kedua makhluk gila dihadapanku ini?" batinnya.

Luke menoleh menatap Ainsley. "Aku mendengarnya, Tricks."

"Ah, iya maaf," kata Ainsley.

Luke tersenyum. "Tapi, ceritanya akan berbeda jika kalian bersedia membantuku."

Hugo mengernyitkan alis bagian kirinya. "Membantumu?"

"Ya, aku butuh bantuan kalian, untuk mencari kostum pesulapku yang hilang di Kota Shea," jawab Luke.

"Berhenti bercanda Luke, sekarang bukan saatnya untuk itu," sahut Ainsley.

"Aku tidak sedang bercanda! Kostum itu adalah satu-satunya sumber kekuatan yang kumiliki ketika di dunia manusia. Tanpa benda itu, aku tidak memiliki kekuatan apa pun," jawab Luke. "Dengannya, aku bisa mencegah Fis."

"Bergabunglah denganku! Jika kita bersama, kita pasti bisa melawan Fis!" lanjutnya dengan sungguh-sungguh sembari mengulurkan tangan kanannya ke depan, berharap dibalas oleh kedua manusia di hadapannya.

Hugo sempat terkejut, kemudian sebuah senyuman mulai mengembang di wajahnya. "Baiklah, aku ikut," ucapnya sembari meletakkan tangan kanannya di atas tangan Luke.

Hugo dan Luke menoleh menatap Ainsley yang terdiam memikirkan sesuatu.

"Ikutlah, Tricks!" kata Luke dengan menampilkan senyuman khasnya.

Ainsley tersenyum sembari mengangguk setuju. Gadis itu kemudian berjalan menuju ke arah Hugo dan Luke.

"Ayolah, tanganku sudah lelah!" ucap Hugo kesal.

"Iya-iya! Aku ikut! Sepertinya ini akan sangat seru!" kata Ainsley sembari meletakkan tangan kanannya di atas tangan Hugo mengikuti kedua laki-laki di hadapannya.

Luke tersenyum. "Ayo kita buat kunci salam persahabatan!"

"Astaga apa lagi? Tanganku sudah mulai keram sekarang," sahut Hugo.

"Ayo! Setelah aba-aba yang aku berikan, ikuti ucapanku!" ucap Ainsley menyetujui saran Luke. "Satu ... dua .... TIGA!"

"KAMI, TIGA KSATRIA! BERAKSI!" seru mereka serempak.

🎪

"Kau yakin? Hugo Lichfield ada hubungannya dengan kasus hilangnya Nona Ainsley?" tanya pak detektif memastikan sambil menyeruput secangkir kopi panasnya. Ruangan detektif kepolisian itu mendadak hening seketika.

Orion mengangguk. Laki-laki itu menatap buku catatan harian milik Ainsley yang tengah digenggamnya. Untungnya saja, Isabel mengijinkan Orion meminjam buku diary milik sepupunya yang akan digunakannya sebagai barang bukti.

"Bacalah buku catatan ini!" Orion menyerahkan buku catatan yang ditemukannya kepada detektif.

Detektif berperawakan tegap itu menatap Orion sejenak, lalu meletakkan segelas kopi panasnya di atas meja. Dia kemudian mengambil buku catatan yang terlihat usang itu dari tangan Orion.

Detektif membaca buku tersebut dengan tenang. Setelah selesai membaca halaman ketiga, pria bertubuh tinggi itu mengalihkan pandangannya ke arah Orion.

"Sepertinya kali ini kau benar," jawab pak detektif sembari mengembalikan buku milik Ainsley kepada Orion, lalu kembali duduk di atas sofa empuknya.

"Sudah aku katakan, bukan? Sekarang kita harus segera ke mansion Keluarga Lichfield dan menyelidikinya!" tegas Orion dengan mantap.

"Tidak, kami tidak bisa ke sana."

"Apa? Tapi, kenapa?"

Detektif itu menghela napas sejenak. "Karena, saudara sepupumu itu juga menghilang."

"APA?!" pekik Orion, Boby dan Jeffrey serempak.

"Hugo hilang? Bagaimana bisa?" bisik Jeffrey pada Boby.

"Aku juga baru mendapatkan informasi tersebut dari kepala pelayan Keluarga Lichfield kemarin pagi," lanjut pak detektif.

"Hugo juga menghilang?" batin Orion. "Kalau begitu, kita harus segera ke mansion Keluarga Lichfield sekarang! Kita harus segera menyelidiki hilangnya Hugo dan Ainsley---"

"Tidak!" potong detektif itu. "Tim kami kemarin juga sudah menyelidiki di dalam Mansion Lichfield, bahkan kami juga sudah berkeliling ke seluruh kota. Untuk kasus hilangnya Tuan Lichfield, masih belum begitu tersebar di kalangan wartawan."

Polisi yang duduk di bagian meja lain juga mengangguk setuju ketika mendengar jawaban dari Sang Detektif.

Orion terdiam sejenak. "Apakah kalian akan menyerah secepat ini! Jika hal itu dibiarkan terus, kasus anak hilang akan semakin bertambah!"

"Kau tidak mengerti Nak, untuk kasus anak hilang terdengar tidak masuk akal!" sahut polisi lainnya.

"Tidak masuk akal?" ulang Orion.

"Kasus hilangnya Nona Ainsley, menurut beberapa saksi selalu disangkut pautkan dengan penyihir. Ada juga yang mengatakan, gadis itu dibawa oleh sekelebat cahaya berwarna hijau," jawab polisi itu. Sementara pak detektif hanya terdiam pasrah.

Orion terkekeh. "Bisa-bisanya ya kalian, orang dewasa masih mempercayai cerita fiksi! Semua itu tidak ada! Cobalah untuk berpikir secara rasional!" ucapnya emosi.

"Maaf Nak, tapi kami sudah berusaha sebaik mungkin mencari keberadaan Nona Ainsley selama satu minggu lebih. Bahkan kami, juga tidak begitu yakin menemukan Tuan Lichfield."

"Tapi, kalian tidak bisa menyerah secepat itu! Kalian ini adalah polisi yang sangat dipercayai oleh warga Kota Shea! Kalian sangat kuat!"

Pak detektif menggeleng. "Ya itu dulu, sekarang kami telah gagal." jawabnya dengan nada lirih. "Maaf atas sikapku selama ini kepadamu Nak, aku pikir kau ini hanya anak kaya sok tahu. Tapi, sepertinya aku salah. Dirimu adalah orang hebat, bahkan lebih hebat dariku."

"Tapi---"

Pak detektif tersenyum. Dia beranjak berdiri menuju ke arah Orion, kemudian menepuk pundak pemuda itu. "Mulai sekarang kau sudah bukan tersangka lagi, kasus hilangnya Nona Ainsley akan segera ditutup."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top