XLI. ✾ Pesan Hologram ✾

~•¤•~

Hembusan angin, mendesir lembut menelusuri tebing bebatuan yang curam. Menimbulkan kesan dingin, disertai dengan kegelapan yang tiada hentinya di dalam kawasan ilusi.

Asap ilusi semakin menipis, deruan angin terus saja terdengar. Ainsley memandang Luke tidak percaya. Begitupun juga dengan Hugo, yang sekarang tengah berdiri tepat di sampingnya.

"APAA?!" teriak Ainsley dan Hugo bersamaan. Mereka berdua bahkan sempat saling bertatapan beberapa detik lalu mengembalikan fokusnya ke Luke.

Ainsley tidak habis pikir, pesulap legendaris yang sangat ditakuti secara turun temurun oleh penduduk Kota Shea tengah berada di hadapannya. Luke tidak terlihat seperti pesulap yang dibayangkannya selama ini.

"Kau adalah pesulap?! Bukankah katamu dirimu ini seorang tawanan seperti kita?" ucap Ainsley terkejut.

Luke menghela napas. Senyuman misterius kembali terukir di wajahnya. "Benar, tapi bukan tawanan seperti kalian."

Luke hendak beranjak berdiri, namun dicegat oleh Hugo dengan sebilah pedangnya yang semakin mendekat ke leher.

"Jangan percaya dengan ucapannya! Dia bukan pesulap yang asli," ucap Hugo dengan dinginnya. Mata hijau emeraldnya bahkan tidak berhenti menatap tajam ke arah Luke.

"Bagaimana kau bisa tahu, pesulap asli dan yang bukan?" tanya Luke menantang. Bahkan senyuman misterius tidak pernah menghilang dari wajahnya.

Hugo menampilkan senyuman miringnya "Bagaimana aku bisa tahu? Tentu saja karena aku tahu," ucapnya dengan penuh penekanan.

Ainsley yang mendengar jawaban Hugo hanya terdiam sembari mengelus dadanya. "Apakah laki-laki berjubah hitam ini salah makan? Baru kali ini aku mendengar jawaban seperti itu di dalam kamusku," pikir Ainsley.

"Aku adalah pesulap yang asli. Jadi, tolong singkirkan pedangmu itu dari tubuhku! Aku tidak ingin menyakiti kalian lagi."

"Hah? Mencoba mencari taktik baru lagi rupanya?" sindir Hugo. "Jangan mencoba membodohi kami! Monster seperti kalian tidak patut diberi kepercayaan!"

"Buktikan!" kata Ainsley secara tiba-tiba, membuat kedua laki-laki di hadapannya terkejut sembari menatapnya tidak mengerti. "Buktikan, jika ucapanmu itu benar!" ucapnya kepada Luke.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Hugo dengan nada dinginnya.

Ainsley tidak menjawab pertanyaan Hugo. Si Felton Kecil mencoba membaca raut wajah Luke. Dia memang sedari awal tidak mempercayai laki-laki pengendali ilusi itu.

Tentu saja, karena Fis tidak akan mungkin mengurung seorang manusia Starseed sendirian di tempat luas dan penuh tebing seperti ini.

Jika ada yang harus dikurung di tempat ini, pastinya seorang monster. Monster dengan kekuatan di atas rata-rata. Bahkan monster yang sangat dihindari Fis sendiri.

Lalu, jika diperhatikan baju putih yang dipakainya juga terlihat sangat aneh dari manusia kebanyakan. Bisa disimpulkan kalau dia bukan manusia.

Ainsley sengaja membebaskan Luke dari kurungan ilusi karena memiliki maksud dan tujuan tertentu.

Alasan yang pertama, Ainsley memberikan balas budi kepada Luke karena telah menyelamatkannya ketika hampir terjatuh dari tebing.

Alasan kedua, Ainsley menggunakan Luke dengan tujuan agar dapat membantunya mencari jalan keluar dari kawasan ilusi tersebut. Karena Luke sudah cukup lama menjadi tawanan di tempat ini, ia bisa diandalkan.

Namun, semua rencana yang telah disusun rapi oleh Ainsley berubah menjadi berantakan dalam sekejap. Siapa sangka, Luke bisa mengontrol ilusi? Belum lagi sekarang ia memperkenalkan dirinya sebagai pesulap yang sangat legendaris.

Luke menatap Ainsley. Sekali lagi Ia tersenyum.

"Bodoh! Aku lupa dia bisa membaca pikiranku," gumam Ainsley.

"Aku akan membuktikannya," jawab Luke dengan santai. Membuat Ainsley dan Hugo saling menatap beberapa saat.

Hugo dengan berat hati berusaha menyingkirkan pedangnya dari Luke agar memberinya kesempatan untuk beranjak berdiri.

"Oke," kata Hugo sembari berkacak pinggang tepat di sebelah Ainsley. "Aku menunggumu."

Luke tersenyum beberapa saat, lalu berjalan maju mendekati mereka. Manik merah milik laki-laki itu menatap tajam ke kedua buku jurnal yang tengah dipegang Ainsley.

"Berikan kedua jurnal itu kepadaku," sahut Luke. "Dengan cara ini, aku bisa membuktikan kepada kalian bahwa aku adalah pesulap."

"Tidak bisa!" tegas Hugo.

"Baiklah," potong Ainsley, membuat Hugo beralih menatapnya dengan rasa tidak percaya bercampur kesal.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Tenang saja," jawab Ainsley berusaha menenangkan Hugo.

"Tapi---"

Ainsley menatap mata emerald Hugo dengan sungguh-sungguh. "Percayalah padaku!"

Senyuman kembali terukir di wajah Luke, ketika kedua jurnal yang dipegang Ainsley diberikan sebentar untuknya.

Luke menyentuh ukiran pohon pinus emas pada sampul usang milik jurnal Hugo terlebih dahulu. Membuat Hugo yang menatapnya, menjadi sedikit khawatir dengan jurnalnya

"Jurnal ini milik Harold," gumam Luke sembari memejamkan kedua matanya. "Harold Lichfield adalah ayahmu, bukan?"

Hugo tersentak kaget mendengar nama yang diucapkan oleh Luke. Begitupun juga dengan Ainsley.

"Benar, Harold adalah ayahku," ucap Hugo dengan mantap, mata hijau laki-laki itu terlihat menggelap di saat mengucapkan nama ayahnya.

Luke membuka kedua matanya, lalu menyentuh jurnal milik Ainsley yang bergambar pohon beringin emas di sampulnya. Sekali lagi, ia memejamkan kedua matanya. "Sudah kuduga," gumamnya sembari tersenyum.

Ainsley yang melihat tingkah Luke, hanya terdiam pasrah membiarkan jurnalnya disentuh.

"Ariadna Felton," gumam Luke. "Sepertinya, kau adalah putrinya? Bukankah begitu, Tricks?"

"Ya benar, tapi bagaimana kau bisa tahu nama ibuku dan ayah Hugo? Apakah kalian pernah saling mengenal?" Ainsley penasaran.

"Bukan hanya mengenal ...," jawab Luke sembari menggabungkan jurnal milik Hugo dengan Ainsley menjadi satu. Secara tiba-tiba kedua jurnal itu mengeluarkan cahaya emas yang menyilaukan. "Tapi ikatan," lanjutnya.

Entah sejak kapan, angin bertiup semakin kencang. Membuat penglihatan Ainsley dan Hugo sedikit terganggu. Cahaya keemasan itu tetap bersinar di hadapan Luke.

Luke meletakkan kedua jurnal itu di lantai dan menyaksikan dampak selanjutnya. Layaknya sebuah layar hologram, cahaya emas yang keluar dari jurnal milik mereka berubah wujud menjadi dua sosok bayangan manusia, pria dan wanita.

Hugo terkejut, ketika dilihatnya sosok pria di dalam cahaya emas tersebut terlihat sangat mirip dengan almarhum ayahnya, Harold Lichfield.

"Ayah?" gumam Hugo tidak percaya. Laki-laki itu terlihat bergetar sembari berusaha menyentuh tangan milik bayangan ayahnya.

Begitupun juga dengan Ainsley. Gadis itu sama terkejutnya dengan Hugo ketika menemukan sosok wanita yang sangat mirip dengan dirinya di versi dewasa. Bayangan wanita itu berdiri tepat di samping Harold.

"Ibu?" gumam Ainsley, gadis itu berusaha memastikan wujud bayangan wanita di hadapannya dengan saksama.

Luke tersenyum beberapa saat lalu mengalihkan pandangannya menuju ke arah Ainsley yang tengah kebingungan menatap bayangan emas. "Bayangan wanita yang berada di hadapanmu itu adalah ibumu, Ariadna Felton."

Ainsley sempat terharu, namun semua pikiran itu segera dihapuskannya. "Ah, benarkah? Tapi, bukankah semua cahaya ini hanya ilusi buatanmu saja?"

Luke menggeleng. "Tidak, cahaya emas ini bukan dari ilusiku."

"Lalu?"

"Cahaya emas ini adalah hologram yang dibuat oleh ibumu," kata Luke meluruskan.

"Apa?" pekik Ainsley tidak mengerti

"Halo anak-anak! Kami bangga, kalian berhasil tiba di tahap ini!"

Suara sapaan dari bayangan Harold menganggetkan Hugo sekaligus Ainsley secara bersamaan.

"Bayangan itu bisa berbicara?" cicit Ainsley.

"Tentu saja, putrinya Ariadna," jawab bayangan Harold yang membuat Ainsley tersentak kaget.

"Sudah aku bilang, bukan?" timpal Luke.

"Tapi, bagaimana bisa?" tanya Hugo semakin tidak mengerti.

"Pertanyaan bagus, Nak," jawab bayangan Harold seakan-akan mengerti pertanyaan yang akan dilontarkan Hugo.

"Wujud yang tengah kalian lihat ini adalah Hologram. Jika kalian berhasil menyatukan kedua jurnal itu, maka pastinya kita berdua sudah tiada di dunia ini. Benar bukan?"

"Berhenti mengoceh Harold! Kita tidak memiliki banyak waktu!" cegah bayangan wanita yang diduga sosok Ariadna, Ibu dari Ainsley.

"Dengarkan anak-anak! Pesan hologram ini akan selesai dalam waktu empat puluh detik. Kami, mengandalkan kalian untuk saat ini. Kota Shea sedang dalam malapetaka."

"Malapetaka?" Ainsley terkejut.

"Simpan pertanyaanmu dulu, sayang. Fis berusaha mengumpulkan kekuatan para Starseed agar dapat menguasai Kota Shea," kata Ariadna.

"Pada saat seluruh planet di tata surya ini berdiri sejajar dengan garis galaksi, yang hanya terjadi sekali dalam dua puluh lima ribu tahun. Kekuatan Fis akan berubah menjadi sempurna. Oleh karena itu, kalian harus menghentikan usaha Fis secapat mungkin," timpal Harold.

"T-tapi bagaimana caranya?" tanya Ainsley.

"Kalian pasti sudah bertemu dengan pesulap, bukan? Percayalah, laki-laki sedikit nyentrik yang berhasil menggabungkan jurnal kalian adalah pesulap yang asli. Karena cuma dialah yang memiliki kunci jurnal ini dan Kota Shea," kata Harold menjelaskan.

"Sedikit nyentrik katanya," gumam Luke tidak terima.

Cahaya emas dari jurnal mereka kian menghilang. Layaknya debu emas yang berhamburan di udara.

"Waktu kami hampir habis! Anak-anak, kalian adalah harapan terakhir kami. Kami sangat menyayangi kalian."

"Tidak! TUNGGU!" cegah Hugo. Namun semua terlambat, kalimat Harold dan Ariadna terhenti untuk selamanya bersamaan dengan hilangnya cahaya keemasan tersebut.

Ainsley dan Hugo hanya terdiam beberapa saat, memikirkan apa yang sebenarnya tengah menimpa mereka berdua.

Luke lagi-lagi tersenyum dan mengambil kedua jurnal yang digabungkan itu lalu mengembalikannya kepada mereka masing-masing. "Sudah kubuktikan, bukan?"

Ainsley menerima jurnal yang diambil Luke dengan raut wajah bingung. "Jadi, kau memang benar pesulap?"

"Ya, seperti yang kau katakan," kata Luke dengan bangga.

Hugo terdiam sejenak. Laki-laki berjubah itu secara spontan melangkahkan kedua kakinya menuju ke arah Luke sembari membawa pedangnya.

Luke yang menyadari tingkah Hugo, hanya bisa menghela napas pasrah. "Kau masih belum mempercayaiku? Pa--"

Trang.

Hugo menjatuhkan pedangnya. Ia dengan segala keberaniannya berlutut dihadapan Luke. "Terimalah aku menjadi rekanmu!" tegas Hugo penuh penekanan. Sontak, membuat Si Pesulap dan Ainsley terperanjat kaget.

Ainsley sungguh tidak menyangka, sosok seperti Hugo memiliki kepribadian yang dipenuhi dengan kejutan.

"Beri aku alasan kenapa harus mengijinkanmu menjadi rekanku," ujar Luke sembari tersenyum.

"Mendiang ayahku berpesan untuk menjadikanku rekanmu. Sudah lima tahun lamanya, aku mencari Sang Pesulap melalui jurnal peninggalannya. Hingga pada akhirnya seperti dugaanku, Fis ternyata mengurungmu di tempat ini. Kau adalah penjaga Kota Shea! Orang-orang membutuhkanmu Luke!" kata Hugo menjelaskan. "Karena itu, terimalah aku menjadi rekanmu!"

Luke mendadak terkesiap, mendengar penjelasan yang begitu panjang dari sosok laki-laki berjubah di hadapannya.

Dia tersenyum lagi. "Kau sudah menjadi rekanku sejak awal, Pangeran. Hanya saja, aku tidak bisa kembali ke Kota Shea, heh."

"Tapi, kenapa?" tanya Hugo terkejut.

Luke terdiam. Ia menghela napas secara perlahan. "Orang-orang Shea takut kepadaku. Sesuai dengan legenda kuno, mereka mengganggapku monster penculik anak! Aku hanyalah makhluk jahat di mata para warga!" jawabnya begitu sendu. "Hanya orang tua kalian lah yang menganggapku makhluk baik."

Ainsley dan Hugo mendadak tersentuh dengan kisah hidup Sang Pesulap. Mereka berdua tidak menyangka, sosok laki-laki ilusi penuh kebahagiaan seperti Luke harus menahan cobaan begitu berat.

"Apakah karena hal tersebut, orang-orang Shea mendadak berubah menjadi aneh ketika berurusan dengan pesulap," pikir Ainsley menyimpulkan.

"Tidak semua orang menganggapmu demikian, bukan?!" sahut Hugo. Dia berusaha keras membujuk Luke. "Kau harus kembali Luke!"

"Kau tahu apa Pangeran? Apakah kau bisa merubah pandangan mereka dalam sekejap? Tidak bisa bukan?" tukas Luke, membuat Hugo kehabisan kata-katanya.

"Maka dari itu, kau harus membuktikannya kepada semua orang!" sambar Ainsley dengan nada sedikit melengking.

Luke terdiam kaku di tempatnya. Raut wajahnya menyiratkan keterkejutan atas kalimat yang dilontarkan oleh Ainsley.

"Jika kau terus-menerus menghindar, kapan mereka akan mempercayaimu! Cobalah untuk melangkah maju! Lawan rasa menyerah dan egoismu itu!" lanjutnya dengan wajah merah padam. Perasaan marah membuncah naik memenuhi dirinya saat ini.

Ainsley menghirup udara Wysperia sejenak. "Kalau mereka semua tidak mempercayaimu, maka tak apa! Persetan dengan semua itu! Yang terpenting sekarang, kau mampu menyelamatkan nyawa banyak Orang!"

Luke mengangguk. Sementara Hugo, laki-laki itu berdiri terdiam sembari menatap Ainsley dengan raut wajah tidak percaya.

"Puisi yang sangat indah, heh," pujinya sembari tersenyum, membuat Ainsley dan Hugo nyaris ingin meninju wajah Si Pesulap saat ini juga. "Aku ikut dengan kalian."

Kalimat terakhir yang berhasil dilontarkan oleh Luke, sontak membuat kebahagiaan tersendiri bagi Ainsley dan Hugo.

"TUNGGU!" pekik Luke terkejut, laki-laki itu tampak seperti melupakan sesuatu.

"Apa?" sahut Hugo.

"Tahun berapa sekarang?" tanya Luke memastikan.

"Tahun 2099," jawab Ainsley yang membuat Luke menganga seketika.

"Tidak, maksudku tanggal berapa sekarang?" tanya Luke lagi.

"Aku tidak tahu, karena waktu di dimensi ini dengan dunia fana berbeda. Ada apa?" balas Ainsley.

Hugo mengecek tanggal pada jam tangannya yang masih berfungsi. "Di bumi saat ini, 28 Desember 2099."

"Gawat!" gumam Luke.

"Gawat kenapa?!" tanya Hugo semakin tidak mengerti.

"Kita harus segera menuju ke Kota Shea!"

"Aku tahu, maksudku kenapa tiba-tiba?"

"Peristiwa sejajarnya planet itu, akan terjadi di hari pertama tahun baru," jawab Luke dengan mata menggelap.

"Apa?!" pekik Ainsley dan Hugo bersamaan.

"Lima hari lagi?!" gumam Ainsley terkejut.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top