XIX.✾ Karung Hitam ✾

Kejahatan tidak pernah memandang waktu dan tempat

~•¤•~

"M-Makhluk apa itu?" Ainsley  bergumam pelan, nyaris terlihat kaku. "Bagaimana bisa? Kenapa sangat persis dengan di gambar?"

Gadis itu masih mencerna apa yang ia lihat dengan mata dan kepalanya sendiri. Perasaan campur aduk antara takut dan bingung menjadi satu beriringan dengan hembusan angin pagi, menambah kesan merinding. Ainsley masih tidak bisa mengalihkan pandangan matanya pada sosok pria berkepala kelinci bertubuh tegap di balik pepohonan. Makhluk itu terlihat setia menunjukkan senyuman gergajinya. Jarak antara si makhluk aneh dengan Ainsley hanya terpaut 12 meter. Dia hanya berdiri tanpa menimbulkan pergerakan sama sekali.

"Halo?" Ainsley dengan segala keberaniannya mencoba untuk berkomunikasi.

Tetap pada posisi yang sama, pria itu tidak menjawab.

"Ha ... halo permisi?"

Alih-alih menjawab, pria aneh berkepala kelinci itu sedikit kaku menggerakkan kepalanya ke samping dan bawah tanpa melepaskan tatapan matanya pada Ainsley.

"Apakah dia  badut yang berusaha mengerjaiku?" pikir Ainsley.
"Jika iya, kenapa gigi-gigi topeng kelinci milik paman itu terlihat sangat nyata?"

Ainsley terdiam cukup lama. Entah kenapa, Ainsley merasakan sesuatu yang aneh tengah berada di dekatnya. Lantas ia pun bergegas membereskan bukunya. "Paman, tolong jangan menakutiku. Aku bukan anak kecil lagi!" 

Bukannya menjawab, si badut justru tersenyum lebar kepadanya. Ainsley sempat mengusap kedua mata berkali-kali setelah melihat sosok lain yang serupa berada di setiap pohon. Ainsley mulai bergidik. "Ada yang tidak beres."

Tanpa berpikir panjang lagi, Ainsley segera mengangkat ranselnya lalu memilih pergi dari sana. Setengah berlari menuju keramaian, Ainsley pada akhirnya berhenti sejenak di samping air mancur kota. "Astaga makhluk apa sih tadi?" 

Ainsley mengecek jam tangannya. " Aku harus pulang, pasti kakek sudah ba---"

Kalimat Ainsley terhenti. Si Felton Kecil terkejut bukan kepalang mendapati semua orang bergerak sangat lambat. Layaknya slow motion. Tak hanya itu, air mancur pun jatuh ke dalam kolam dengan pelan. Sesekali berhenti mengalir. Ainsley mengecek jam tangannya sekali lagi. Jarum panjang yang menunjukan detik, bergerak sama. "S-sebenarnya, apa yang terjadi?!!" 

Tiba-tiba mata Ainsley tidak sengaja menangkap sosok makhluk tadi. Tidak cuma satu, ternyata ada lima. Mereka menyoroti Ainsley lalu mengejarnya. Setengah ketakutan, ia pun berlari kencang. Sesekali Ainsley tidak sengaja menabrak kerumunan orang. Anehnya orang-orang yang ia tabrak tidak merasakan keberadaannya sama sekali. Ainsley berlari dengan sekuat tenaga menuju rumah. Sayangnya makhluk itu kembali muncul dari balik kerumunan. "Kenapa mereka jadi tambah banyak?" 

Ketika Ainsley hendak berlari lagi, tubuhnya tiba-tiba dibekap dari belakang. Kelinci setengah manusia itu berhasil menangkapnya. Secara reflek Ainsley mengigit tangan yang berusaha membekap mulutnya hingga memberinya celah untuk kabur.

Trt ... trt ...

Setelah tangan mahkluk itu ia gigit, suara aneh keluar dari mulut si kelinci. Ainsley berlari tanpa menoleh ke belakang, sesekali Ainsley sempat melompati pagar. Walapun terkena sedikit goresan pada kulitnya. "Sebentar lagi sampai!" pekik Ainsley senang ketika rumah Keluarga Felton sudah hampir terlihat.

Belum sempat menyentuh pagar rumah, sekali lagi tubuh Ainsley dibekap dari belakang.

"Lepas!  Lepaskan aku monster! Aku tahu kalian semua adalah psikopat dan penculik anak kecil!!" Ainsley memekik kencang namun sayang semua orang hanya terdiam seakan-akan ia memang tidak terlihat.

Tstk ... tsrk ...

Para Makhluk itu terlihat berkomunikasi dengan sesamanya. Lantas mereka mengambil karung berwarna hitam, lalu dimasukanlah Ainsley secara paksa ke dalamnya.

"Apa yang---"

Karung itu diikat kuat hingga membuat suara Ainsley tidak terdengar. Setelah dimasukkan, mereka pun mengangkatnya. Tali yang mengikat karung tidak tertutup sepenuhnya, sehingga Ainsley dapat melihat keadaan sekitar dari dalam sana.

Ainsley terbelalak kaget. "Sebenarnya mereka mau membawaku ke mana? Apakah mungkin ini yang dinamakan penculikan anak seperti di dalam berita?" 

Tsrk...tsrk...

Tiba-tiba cahaya hijau terang memancar di sekitar mereka. Ainsley nyaris pingsan mendapati kereta api bergerbong hitam terbang berhenti tepat di depan para makhluk yang tengah membawa Ainsley. Kereta itu menguatkan cahaya hijau yang sangat menyilaukan. Pintu kereta terbuka dengan sendirinya. Para monster membawa karung berisi Ainsley ke dalam kereta secara paksa.

Ainsley takut. Gadis itu sekuat tenaga memberontak dan berteriak. Namun, apa dayanya yang hanya seorang gadis kecil. "Tidak! Aku tidak mau! Aku mau pulang!"

Karung berisi Ainsley yang mereka angkat tadi diletakkan secara asal di gerbong paling belakang. Ainsley mengintip dari balik celah karung. Ternyata gerbong yang tengah ditempatinya ini terdapat banyak sekali karung berwarna hitam serupa. Beberapa kali Ainsley mendapati karung-karung bergerak dengan sendirinya. Suara tangisan  anak-anak kian terdengar memenuhi gerbong. "Sepertinya, mereka juga diculik" pikir Ainsley. "Apa tujuan mereka menculik anak-anak sih? Andai saja aku bisa membebaskan mereka semua. Tidak usah berpikir terlalu tinggi, jika belum bisa membebaskan dirimu sendiri, Sley."

Ketika semua makhluk itu telah pergi, Ainsley segera mencari cara untuk kabur dari tempat tersebut. Tetapi hasilnya sama saja tidak membuahkan hasil. Mulai dari meninju-ninju karung di bagian tali yang mengikatnya, berusaha melompat, menggelinding dan lain-lain.

Pada akhirnya Ainsley menyerah, tampak pasrah pada keadaan yang tengah menimpanya saat ini. Suara tangisan kian menjadi-jadi, membuat Ainsley bergidik ketakutan.

Kereta itu terbang, menuju langit pagi yang disinari oleh matahari. Meninggalkan Kota Shea yang terlihat semakin mengecil. Ainsley dapat merasakannya. Dia mengintip dari balik sela-sela karungnya. Untungnya para makhluk aneh tadi meletakan gadis itu di dekat jendela, sehingga dapat memudahkannya untuk melihat keadaan di luar. 

Lalu secara tiba-tiba, langit pagi yang tadinya terang berubah menjadi gelap. Kendaraan itu bergerak secepat kilat hingga pada akhirnya mendarat secara sempurna. Padang rumput luas beserta bebatuan raksasa, menyambut kedatangan Ainsley dalam kengerian,

Kereta telah tiba di tujuan. Negeri asing penuh kegelapan.

Cklek.

Para monster kelinci membuka pintu gerbong kereta. Mereka mengangkat karung-karung hitam tersebut keluar. "Kita mau di bawa kemana?" Ainsley tampak penasaran, mendapati para monster tengah membawa beberapa karung hitam ke suatu tempat.

Hingga tiba saatnya Ainsley di bawa keluar. Setengah berontak, Si Felton Kecil berusaha menendang wajah si monster dari dalam karung . "Yess kena!! Rasain," ucapnya. Namun anehnya, monster itu terlihat tidak begitu memperdulikan tendangan Ainsley.

"Apa? Kenapa?" gumam Ainsley terkejut ketika tendangannya tidak digubris oleh monster kelinci. "Apakah makhluk ini gila?" 

Hembusan angin dingin berdesir di antara rerumputan raksasa, menggigil bercampur takut mulai memenuhi diri Ainsley. 

"Ikuti aku, Ainsley ..."

"Hah? Sepertinya aku mendengar sesuatu?" pikir Ainsley.

"Ainsley ...."

Suara-suara bisikan wanita terdengar di kejauhan beriringan dengan desiran angin dari balik pepohonan lebat dan rumput raksasa. Suara itu membuat Ainsley bergidik. Dia pun mencoba mengintip sekali lagi, menyembulkan kepalanya ke luar---mencoba menyaksikan ke mana monster ini mencoba untuk membawanya. Lantas Ainsley pun terkejut, mendapati satu objek di hadapannya.  "Tidak! ini tidak mungkin terjadi!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top