X. ✾ The Beginning ✾

Kekalahan dalam suatu kompetisi bukan berati kalah, tetapi sebagai kunci agar kita berhasil kelak

~¤▪¤~

Lima polisi berseragam lengkap masuk ke dalam mansion Keluarga Dirgory sambil membawa senjata. Setiap derap langkah kaki mereka menghasilkan tempo bunyi yang teratur. Membuat semua tamu yang dilewati terdiam segan.

Ainsley berada di atas, berusaha mencari cara untuk turun dari sana. Gadis itu memanjat tiang per tiang balkon agar dapat menyeberang ke ruangan sebelah.

Sebenarnya, Ainsley ingin sekali memakai gorden putih tadi, namun sayang gorden itu sudah tak layak digunakan. Robek beserta tiang retak sangat beresiko terjadinya kecelakaan. Pada akhirnya Ainsley memilih untuk turun secara perlahan agar mampu menggapai tirai kedua dengan mudah.

Setelah berhasil merogoh tirai, Ainsley bergelantungan di atas sana. Dengan perlahan dan pasti ia memanjatnya lagi agar bisa sampai ke ruangan sebelah.

Untung saja sedari tadi para tamu tidak melihat ke atas langit-langit. Jika mereka sampai tahu seorang gadis berusia 13 tahun tengah melakukan trik akrobatik seperti tadi, urusannya akan berubah menjadi lebih rumit.

Setelah sesampainya di ruangan sebelah, Ainsley bergegas berlari melewati tangga samping menuju aula pesta. Berusaha mencari Tuan Felton di tengah-tengah lautan manusia, yang ia temukan justru Isabel.

Tanpa berpikir panjang lagi, Ainsley segera berlari menuju gadis serba merah muda dengan perasaan lega. "Hey!" sapanya sambil menepuk bahu Isabel.

"Ainsley? Kamu dari mana saja?" kaget Isabel yang sedari tadi tidak menemukan Ainsley sama sekali.

"Hah? Aku baru saja menemani Kakek kok," Ainsley berusaha berbohong. Toh, memang sebelumnya Ainsley tadinya bersama Tuan Felton.

Para polisi segera mengeluarkan pencuri pertama yang terperangkap di dalam lampu berbentuk kurungan. Sisanya, membawa paksa pencuri kedua yang sudah terikat rapi oleh tali ke dalam mobil.

"Sepertinya tugas kami sudah selesai. Kalau begitu---"

"Tunggu, Tuan! Kurang satu pencuri lagi!' sahut Boby seraya menunjuk. Komandan polisi memberi isyarat tangan kepada anak buahnya untuk bergegas membawa pencuri yang tertinggal.

"Oke, sepertinya tidak ada lagi. Kalau begitu kami undur diri dan selamat malam," ucap pak polisi berjalan keluar dengan gagah, diikuti anak buahnya.

Setelah bunyi sirine mobil-mobil polisi menghilang sepenuhnya, si wanita pembawa acara segera berdiri kembali menuju ke tengah aula untuk meramaikan suasana.

"Oke ... oke ... mari kita lanjutkan acara penutupannya," ucap si pembawa acara. "Musik!" perintahnya yang dalam sekejap membuat para DJ terperanjat kaget.

Para tamu yang tadinya terkejut, sekarang teralihkan kepada si pembawa acara beserta musik penuh euforia. "Jadi, pemenang dance malam spektakuler minggu ini adalah ...."

Ainsley melirik Isabel. Dilihatnya, gadis berambut pirang itu meremas celana dance-nya dengan tangan sendiri. Isabel sangat menanti-nantikan pengumuman kemenangan.

"Selamat untuk ... Miya Baltimore!"

Suara tepuk tangan memenuhi segala penjuru mansion. Siulan dan bisikan memuja kepada Miya sekejap memukul telak tubuh Isabel.

"Aaa ... astaga Miya, kamu menang! Selamat ya!" pekik Camila kegirangan sembari memeluk gadis berambut kemerah-merahan khas Keluarga Baltimore.

"Oke dipersilahkan nona Miya untuk segera maju."

Miya Baltimore melangkah maju. Si pembawa acara segera memberikan salam padanya dan menyerahkan hadiah beserta piala kepada putri wali kota. Isabel menatap Miya dengan tatapan kosong. Ainsley menepuk pelan pundak Isabel yang dibalas senyuman oleh si empunya.

"Tenang saja Isabel! Besok-besok, kamu pasti menang! Percayalah," ucap Ainsley yang hanya dibalas anggukan oleh Isabel.

Senyuman Isabel kembali lenyap setelah mendapati Miya Baltimore tengah berbicang hangat dengan seorang laki-laki setelah memberinya sebuah buket bunga Krisan, tak lain Darrel Cuthbert. Isabel bergegas pergi, meninggalkan Ainsley sendiri tanpa sepatah katapun.

Ainsley yang sedari tadi berusaha mencari-cari keberadaan Tuan Felton, menoleh dan mendapati Isabel sudah tak lagi berada di sebelahnya. "Sekarang Isabel yang hilang."

🎪

Pesta telah usai. Malam semakin larut, disertai angin dingin yang terus-menerus menerpa pepohonan tinggi. Ainsley menatap dalam diam---keluar jendela mobil---hanya dihiasi kegelapan hutan dengan ditemani badai salju ringan.

Tuan Felton mengendarai mobil tanpa mengucapkan sepatah katapun. Nyonya Felton pun juga terdiam mengikuti suaminya. Isabel tertidur pulas di pundak Bibi Clara. Mobil mereka dilanda kesunyian, hanya musik jadul Kakek yang berkumandang pelan.

"Tarian Isabel sangat bagus ya." Nyonya Felton memecah keheningan.

"Ehem ... iya aku tidak pernah menyangka Isabel cucuku bisa menari sebagus itu." Tuan Felton menjawab, tampak canggung.

"Astaga! Masa ayah lupa? Sejak dulu Isabel menyukai sesuatu yang menyangkut tentang tarian," sahut Bibi Clara sedikit heboh.

"Sejak kapan? Ayah hanya tahu Isabel sangat suka memasak," sanggah Tuan Felton lagi.

Ainsley terdiam, tidak menanggapi percakapan para orang dewasa. Lebih tepatnya memang sengaja. Terlebih lagi ia sudah sangat mengantuk sekarang.

"Lalu Ainsley, kenapa nenek dari tadi tidak melihatmu selama pesta berlangsung?" tanya Nyonya Felton yang sekarang menolehkan kepalanya kebelakang agar dapat memudahkannya untuk menatap Ainsley.

"Mati aku!" pekik Ainsley dalam hati. "Yah itu ... Ainsley tadi ...," jawabnya terbata-bata. "Ainsley tadi ke kamar mandi!"

"Kamar mandi? Mengapa lama sekali?" sahut sang kakek ikut penasaran. Ainsley memekik dalam hati, suami istri ini sama saja selalu menyudutkannya di situasi yang tidak tepat.

"Oh itu tadi Ainsley sakit perut. Lalu setelah keluar dari kamar mandi, Ainsley ikut melihat pertandingannya Isabel." Ainsley berbohong.

"Lain kali jangan jalan-jalan terlalu jauh ya, Ainsley?" kata nenek. "Nenek takut kalian kenapa-napa. Untung saja pencuri tadi tidak melukai kalian."

"Iya, Nek." jawab Ainsley singkat agar masalah tak memanjang. Suasana pun kembali hening.


"Astaga kalian tahu?! Masa ya tadi, Nyonya Ceryl mengomentari bajuku!" ucap Nyonya Felton sedikit memekik kesal, mencoba menghidupkan kembali suasana ramai di dalam mobil mereka.

"Mengomentari apa, Bu?" Tanya Bibi Clara.

"Masa ... dia bilang baju Ibu seperti orang yang ingin menghadiri pemakaman?" Jawaban Nyonya Felton yang seketika membuat satu mobil tertawa.

Ainsley tersenyum setelah mendengar ocehan Sang Nenek, tetapi ia tak kuasa menahan rasa kantuknya. Jadi, yang sekarang Ainsley lakukan adalah menatap keluar mobil, berharap mereka segera sampai ke rumah.

Ainsley berjanji malam ini akan tidur tanpa membuka jurnalnya sama sekali. Gadis itu terlalu lelah karena harus melewati malam yang sangat panjang di mansion Dirgory.

Ainsley menghela napas panjang, terdiam sambil menatap keluar jendela. Raut wajahnya seketika berubah memucat setelah tidak sengaja mendapati mata berwarna merah tengah melewati gelapnya hutan. Entah yang ia lihat baru saja itu memang benar-benar mata atau bukan, namun Ainsley yakin ... bahwa petualangan sesungguhnya akan dimulai sebentar lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top