LXII. ✾ Teh Chamomile ✾

~•¤•~

Cahaya dari belasan lilin berpendar, menerangi ornamen antik milik Keluarga Lichfield. Sepi melompong menghinggapi ruang tamu mewah, seakan mansion ini memang dirancang sebagai sarang hantu. Lukisan keluarga dipajang indah pada dinding yang berdebu. Semua tampak kuno dan tidak terawat bagi Ainsley. Oh, mana mungkin bukan si jubah hitam pemarah merupakan laki-laki pemalas?

Pak Sebastian---kepala pelayan mansion---menuangkan Teh Chamomile untuk mereka berlima. Dentingan cangkir-cangkir keramik yang khas membuat Ainsley nyaman duduk di sofa bersebelahan dengan Orion, Jeffrey dan Boby pada satu tempat yang sama---tak jauh dari perapian.

Demi menahan rasa gatal akibat tanaman beracun, mereka menangkalnya dengan menyibukkan diri untuk meminum secangkir teh atau memakan kue kering yang disajikan.

Hugo meminum secangkir teh hangat sejenak lalu menaikkan sisi kiri alis, mendapati keanehan pada keempat bocah di hadapannya. Sementara Pak Sebastian masih dengan setia berdiri di sebelahnya, menunggu perintah yang ditujukan. "Katakan terlebih dahulu, mengapa kulit kalian memerah seperti tomat?"

Orion menghela napas kesal. "Seperti biasa, sepupuku ... tanaman beracun selalu saja tumbuh secara liar di hampir setiap mansion. Apakah kau tidak pernah membersihkannya?"

"Oh, akibat tanaman beracun. Baguslah. Justru karena kesialan itu, kalian bisa menyamarkan identitas dengan sangat baik, bukan? Efeknya tidak sampai lima belas menit, semua akan baik-baik saja," ujarnya seraya kembali meneguk Teh Chamomile. "Bukankan begitu, Orion sepupuku?"

Pak Sebastian terkejut, mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Hugo. "Tunggu, Tuan Muda. Laki-laki ini Orion? Putra sulung Keluarga Dirgory?! Astaga, maafkan saya karena tidak bisa mengenali anda, Tuanku. Sepertinya semua penjaga juga turut memikirkan hal yang sama seperti diriku," ucapnya sembari membungkuk menghadap Orion.

Seperti biasa, Orion kembali menunjukkan senyuman khasnya--- memancarkan sisi kharisma yang sempat menghilang beberapa minggu. "Tidak masalah, aku sangat berbaik hati untuk memaafkan dan secara otomatis kau memuji penyamaranku yang berhasil. Terlebih lagi, itu sudah menjadi masa lalu."

Hugo menyeringai kecil tatkala mendengarnya. Bukan Orion namanya jika tidak membanggakan diri di segala situasi. "Pak Sebastian, tolong umumkan kepada seluruh pekerja Mansion Lichfield untuk merahasiakan kedatangan mereka berempat, jangan biarkan Paman Blake ataupun Bibi Jane mengetahuinya."

"Akan saya laksanakan seperti perintah anda, Tuanku." Sebastian mengangguk, menerima perintah yang telah diberikan.

Orion meneguk salivanya, jelas setiap aktivitasnya selalu dipantau oleh Blake dan Jane---kedua orangtuanya. Apa yang ia lakukan memanglah bentuk dari pembangkangan seorang putra terhadap aturan Keluarga Dirgory. Hati nuraninya lah yang menuntun untuk melakukan semua ini. Bahkan sekarang, Orion pun kabur dari mansion tanpa sepengetahuan mereka. Terlebih lagi, kedua manusia itu terlalu sibuk berkutat dengan berkas-berkas hingga lembur dan jarang pulang.

"Ada sesuatu yang harus kalian berdua ketahui." Orion menyahut, memandangi Hugo dan Ainsley secara bergantian. Atmosfer ruangan dalam sekejap berubah menjadi tegang. Nuansa dingin menghinggapi bulu kuduk.

Hugo mengisyratkan Pak Sebastian untuk meninggalkan ruang tamu. Setelah pria tua itu pergi, Orion merogoh ponselnya lalu meletakannya di atas meja agar mereka semua bisa bersama-sama menyaksikannya.

"Ini adalah rekaman CCTV yang dipasang di sekitar kawasan perkebun Keluarga Dirgory pada tanggal 5 Desember 2099, sesaat sebelum dirimu dinyatakan menghilang." Orion berucap serius sembari memandangi sepupunya. "Bisa kalian lihat, terdapat kereta aneh dan sekumpulan makhluk berkepala kelinci menculik Hugo. Katakan kepadaku ... ceritakan apa saja yang terjadi ketika kalian diculik? Percayalah, kami berniat baik untuk membantu kalian."

Ainsley dan Hugo terdiam, antara bimbang memberitahukan semua kejadian di Wysperia kepada Orion atau tidak. Namun setelah melihat tekat besar yang ditunjukan oleh Orion, Ainsley pada akhirnya membuka suara. "Jika kami mengatakan semuanya, apakah kalian bertiga akan percaya?"

"Tentu sajalah, kalian meragukan kami?" Jeffrey menyahut kesal. "Meskipun kami bertiga selalu menjadi biang onar, untuk masalah seperti ini kita akan menanggapinya secara serius."

Boby menimpali. "Benar, kami percaya akan rumor mengenai hal-hal magis di Kota Shea. Memang beberapa orang tua melarang membahas legenda dan semacamnya."

"Bukan begitu, jika kami menceritakan seluruh kisahnya apa kalian berani menjamin untuk tidak melarikan diri?" ucap Hugo blak-blakan.

Orion menyeringai, mendengar sindiran yang diucapkan secara terang-terangan oleh sepupunya. "Kalian selama ini diculik oleh Fis dan Kota Shea dalam empat hari lagi akan hancur, benar begitu?"

Ainsley dan Hugo membelalakkan mata sesaat mendengar ucapan Orion. Bahkan, laki-laki berdarah Keluarga Lichfield itu sampai-sampai menyemburkan teh panas ke lantai saking terkejutnya. Mereka berdua saling menatap tidak percaya, jelas sangat mustahil Orion mengetahui Fis dan kehancuran Kota Shea akan terjadi dalam waktu dekat.

"B-Bagaimana kau bisa mengetahuinya?!" kaget Ainsley dan Hugo secara bersamaan.

Orion tersenyum sembari mencicipi kue kering yang disajikan. "Mudah saja, semenjak kalian menghilang ... berbagai peristiwa buruk mengharuskanku untuk ikut terlibat dalam kasus ini. Ah, semuanya karena ulahmu," ucapnya seraya menunjuk Ainsley.

"Heh! K-kenapa aku yang harus disalahkan?!" Ainsley tampak tidak terima.

"Kau masih mempertanyakannya? Yang benar saja, karena buku keluaran terbaru Arsène Lupin, aku harus dicap sebagai tersangka atas penculikan seorang nona muda dari Keluarga Felton. Isabel dan nenekmu menuduhku. Padahal, kau menghilang karena diculik oleh kereta gaib tak jauh dari taman kota." Orion berceloteh panjang lebar.

Sekali lagi Ainsley terkejut mendengarkan seruntun kalimat penjelasan dari Orion. "B-bagaimana kau bisa tahu?"

Orion menghela napas panjang. "Sudah kubilang, selama ini aku menjadi tersangka. Untuk mengembalikan nama baikku yang sempat tercemar, terpaksa aku harus menyingkap misteri menghilangnya kalian berdua sendirian. Oh, dibantu dengan kedua temanku ini."

"Lalu, mengapa kau sangat tahu mengenai Fis dan kehancuran Shea?" Hugo menimpali, wajahnya tampak serius. Terlihat jelas bahwa dia sangat menantikan jawaban dari Orion.

Orion mengambil ponselnya, lantas ia mempercepat alur rekaman hingga memunculkan satu sosok di balik pohon. "Lihat ini? Seseorang mencoba mengarahkan kereta untuk menculikmu, Hugo. Jelas kau tahu, kereta gaib sangat sulit menentukan mangsa, kecuali ada manusia yang sengaja mengkomando atau merencanakan target."

Hugo terkejut bukan kepalang, mendapati sosok yang sangat dikenalnya berada di dalam rekaman. "Bukankah itu ... wali kota? Tuan Julian Baltimore?"

Ainsley sama kagetnya, sesaat mendapati sosok yang diduga adalah wali kota berdiri di sana tepat setelah Hugo berhasil diculik.

"Tepat sekali. Dia memang wali kota. Lebih tepatnya, manusia yang merencanakan kehancuran Kota Shea dengan berusaha menargetkan kalian berdua agar diculik oleh Raja Wysperia. Selama ini, diriku selalu mencari tahu semua hal tentang Tuan Julian Baltimore. Menurut informasi yang kudapat, ia berencana memperalat makhluk dunia lain bernama Fis. Terlebih lagi, Julian dan pasukan bertopeng harimau putih selalu merencanakan hal yang jahat untuk Kota Shea kedepannya, hingga di saat kalian berhasil lolos dari dunia Wysperia ... pasukan bertopeng dikerahkan untuk meringkus Keluarga Felton yang melemah agar Ainsley bungkam." Orion menjelaskan.

"Pasukan bertopeng harimau putih?" Wajah Hugo memucat, sekelebat bayangan mengenai kematian orangtuanya terputar kembali mengisi benaknya. Dimana ketika adegan berdarah itu terjadi, Hugo menyaksikan sendiri Harold dan ibunya ditikam dari balik lemari. Sekumpulan pria bertopeng harimau putih berkeliaran mencari mangsa, menandai darah orang-orang tak berdosa pada setiap koridor mansion. "Tidak mungkin mereka sekumpulan orang yang sama."

"B-berarti dalang semua ini adalah wali kota? Namun untuk apa memanfaatkan Fis, bukankah dia bisa saja menyuruh pasukan bertopeng untuk membunuh kita?" Ainsley menyahut, berusaha menghubungkannya dengan logika.

"Dia ingin menghilangkan kalian berdua tanpa meninggalkan jejak. Jika membunuh, itu sama saja dengan menggali kuburan sendiri. Satu-satunya cara adalah lewat perantara makhluk lain." Jeffrey menimpali.

Orion mendengkus. "Menurut informasi yang kudapat, Fis tidak bersalah. Dia hanya dimanfaatkan saja. Tidak, lebih tepatnya mereka berdua sama-sama salah. Fis memang berencana menghancurkan Kota Shea karena dendam, namun disisi lain pihak wali kota memanfatkan itu semua untuk sesuatu. Tetapi masalahnya kita tidak tahu tujuan mereka. Oh satu lagi, jika dilihat lebih teliti dalam rekaman, wali kota terlihat sedang berjabat tangan dengan sosok lain namun sialnya tidak tampak begitu jelas. Hanya bayangannya yang terekspos. Aku menduga, sosok lain ini lah yang menjadi dalang utama dari pergerakan wali kota."

Ainsley mengambil kue kering lalu memakannya."Jadi, di balik kejahatan wali kota, terdapat orang utama yang menjadi mastermind-nya?"

"Ya, tepat sekali." Orion menjawab dengan cepat. "Mereka telah menyusun semua ini dengan sangat rapi, hingga menghapus kecurigaan dari golongan masyarakat."

"Sekumpulan manusia picik!" Ainsley mengumpat kesal. "Dalang utamanya masih belum diketahui, kita hanya mengetahui wali kota sebagai penggerak masalah. Bisa disimpulkan bahwa wali kota bekerja untuk si Mastermind."

"Apa?!" Luke secara tiba-tiba keluar dari baju Hugo, semua mata tertuju kepadanya. Luke melompat ke atas meja tamu, alhasil membuat Orion dan kedua sahabatnya terkejut bukan main. Kelinci itu mengambil garpu kemudian menodongkannya ke arah mereka secara bergantian. "Katakan kepadaku, heh ... kalian bertiga pasti mata-mata yang dikirimkan pihak manusia serakah untuk menyerang kami, bukan? Jawab!"

Orion meneguk salivanya, sementara Jeffrey dan Boby berhasil berlari hingga terjatuh terpingkal-pingkal ke lantai. Mereka memandang kaget ke arah Luke, jelas mustahil seekor kelinci bisa berbicara.

"K-kelinci milik siapa ini?" tanya Orion gagap. "J-jangan salah paham, mengapa aku harus menjadi mata-mata mereka? Jika itu terjadi, untuk apa kami mempertaruhkan hidup demi menyelamatkan bocah kampung dari pasukan bertopeng, huh?"

Luke terkekeh. "Bisa saja, heh. Taktik mencari rasa simpati dan tingkat kepercayaan terhadap musuh."

Di saat Luke sedang asik-asiknya mengoceh, Ainsley mengangkat tubuh mungil itu dari atas meja. Jelas membuat Luke mengumpat kesal ditambah kakinya yang terus menerus memberontak---meminta agar segera diturunkan. "Hentikan, Luke! Mereka bertiga akan membantu kita."

"Turunkan aku! Turunkan aku!" pekik Luke kesal, masih dengan usahanya untuk memberontak. "Ya- ya ... aku akan jadi anak baik. Cepat turunkan aku, Tricks!"

"Baiklah, tetapi ingat jangan membuat kekacauan lagi." Ainsley mendengkus kesal kemudian meletakkan Luke ke lantai. Dia berkacak pinggang sembari melirik Hugo yang secara terang-terangan menguap bosan memandangi mereka.

"Apa?" tanya Hugo tidak mengerti.

"Orion, Jeffrey, Boby ... ini Luke, putra sang pesulap sekaligus saudaranya Fis. Dan Luke, mereka bertiga adalah anak yang baik, ya meskipun pada awalnya memang nakal," ucap Ainsley berusaha mengenalkan.

"Tunggu, dia pesulap?! Maksudku pesulap yang terkenal sangat suka menculik anak kecil itu?" Orion menyahut tidak percaya. Lantas ia memandangi Jeffrey dan Boby secara bergantian. "Pfftt ...." Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak, menganggap semua yang terjadi sebagai bahan candaan semata.

"Jagalah mulut kalian, anak-anak." Luke terkekeh kesal, dalam sekejap ia melompat lalu mengeluarkan jurus tendangan seribu kaki kepada mereka bertiga secara bergantian. Alhasil, membuat Orion dan kedua kawannya terhempas ke lantai. "Ketika topi pesulap itu berhasil kutemukan, kalian pasti akan bersujud menyaksikan wajah rupawan Luke si tampan dari Wysperia."

Orion, Boby dan Jeffrey menganga seraya menyentuh pipi yang memerah karena kaki Luke. Mereka dengan cepat berlari bersembunyi di belakang punggung Ainsley.

"Singkirkan kelinci itu---" Orion memekik sembari mengguncangkan bahu Ainsley.

"Luke!" Ainsley berkacak pinggang. Lalu melirik tajam ke arah Orion, Jeffrey dan Boby. "Dan kalian, sekumpulan anak manja ... janganlah memancing emosinya! Paham! Memang benar, dia adalah putra pesulap. Tubuhnya berubah menjadi kelinci jika berada di luar Wysperia tanpa memakai topi pesulap. Untuk itu, kita harus segera mencari kostumnya. Terlebih lagi, kekuatan Fis bisa diimbangi oleh Luke jika kita berhasil menemukan benda tersebut."

Boby menghela napas panjang. "For what? Pentingkah bagi kami untuk membantu kalian---" ucap Boby terpotong sesaat Orion menyumpal mulutnya dengan kue kering.

"Jika kalian tidak ingin membantu, silahkan." Ainsley mendengkus lalu bersedikap dada.

Orion berpindah ke hadapan Ainsley. "Tidak-tidak! Jangan dengarkan dia, kita akan membantu. Namun, sebelum itu katakan semuanya. Katakan tujuan kalian dan peristiwa yang selama ini menimpa kalian."

"Aku juga ikut. Demi menyelamatkan Shea, aku akan mengorbankan nyawaku," kata Jeffrey sedikit mendramatisir. Tak lupa, ia menyikut bahu Boby agar berjalan di tujuan yang sama.

"Baik-baik. Aku ikut." Boby menghela napas panjang.

"Apa kalian bisa dipercaya?" Hugo menyahut, terkesan memojokkan Orion dan kawan-kawannya. "Misi ini bukan sekedar candaan semata. Kalian harus mengorbankan semua milik kalian untuk terlibat, bahkan nyawa."

Luke terkekeh. "Mereka mengatakan kebenaran. Aku bisa melihatnya."

"Bukankah tadi kau bilang mereka mata-mata, huh? Mengapa sekarang berganti argumen. Sungguh makhluk plin-plan, pantesan selalu membujang seumur hidup." Hugo mengoceh menimpali perkataan Luke.

"Haha ... aku hanya mengetes mereka, Pangeran. Terlebih lagi, sepertinya kita memang membutuhkan ketiga anak ini, heh."

Hugo menghela napas panjang. "Baiklah-baiklah, kami percaya."

"Bagus, tentu kalian harus mempercayai kami bertiga. Aku memiliki banyak modal serta rencana bagus dan tentunya kemampuan masing-masing dari kita berenam dapat dikolaborasi agar bisa menjadi tim yang kuat ... tetapi sebelum itu, ceritakan semuanya. Katakan tujuan kalian dan semua peristiwa yang terjadi."

Tralala // Datang lewat kabut asap.

Bagaimana cerita di atas? Tidak ada yang menyangka bukan bahwa Tuan Wali Kota adalah rival sesungguhnya. Oh ... satu lagi, masih ada si dalang utama yang misterius, nantinya orang ini memiliki ikatan kuat dengan kisah-kisah masa lalu. Mari kita saksikan petualangan selanjutnya, hmm.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top