LVI. ✾ Kepingan Kelam ✾

Di balik kehidupan yang gelap, terdapat masa lalu kelam.

~•¤•~

Aroma apek serta pintu yang tertutup dengan sendirinya, menyambut kedatangan mereka bertiga di kediaman Sor. Suara decitan lantai kayu yang kian merapuh, semakin menyeramkan suasana ketika melangkah. Ainsley mengikuti sang empunya rumah dari belakang beserta Luke yang masih berada di gendongannya.

Sor mempersilahkan mereka bertiga untuk masuk tatkala mata berwarna hazelnya menangkap sosok Luke. Meskipun tubuh sang pesulap telah berubah menjadi seekor kelinci, Tuan Sor mampu mengenalinya dengan cukup cepat.

Ainsley mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Sudut matanya menangkap benda-benda aneh yang dipajang layaknya pameran. Seperti toples berisi bola mata binatang, makhluk kecil bersayap yang diawetkan, batu terbang berwarna-warni, buku-buku kuno, gigi vampir dan sebagainya.

Ainsley tidak habis pikir, bagaimana bisa Tuan Sor menempatkan benda-benda aneh semacam itu di dalam rumahnya? Ataukah mungkin, beliau dahulunya seorang ilmuwan lalu berubah profesi menjadi penyihir karena tuntutan ekonomi?

Tidak, bisa jadi Tuan Sor hobi mengumpulkan barang keramat yang sangat terkenal di masanya. Berbagai pikiran konyol mendadak memenuhi isi kepala Ainsley. Dia menebak-nebak kisah hidup Sor yang dirasa cukup menarik untuk ditelusuri.

Sedangkan Hugo, tentu saja dia masih terkagum-kagum dengan sang empunya rumah semenjak tangannya dibuat mati rasa seraya mengikuti Ainsley dari belakang. Entah apa yang dipikirkannya, tapi sepertinya ia berencana ingin mencalonkan diri menjadi murid Sor setelah lulus sekolah nanti.

"Aku pikir kau telah moksa semenjak Fis mengurungmu." Sor berucap tanpa berbalik ke belakang. Kalimat itu tentu saja ditujukan kepada Luke.

Luke menoleh, memandang punggung ringkih Sor. Dia menghela nafas sejenak. "Ya, seperti yang kau pikirkan ... aku hampir melakukannya. Kau tahu? Insiden 20 tahun yang lalu sangat membuatku tertekan."

Ainsley terkejut setelah mendengarnya. "Luke pernah mencoba untuk moksa?" batinnya tidak percaya. Setahunya, kata 'moksa' menurut kepercayaan orang-orang jaman dulu yakni menghilangkan diri, alias mati tanpa meninggalkan jasad. Guna melepaskan ikatan duniawi serta putaran reinkarnasi kehidupan fana.

"Jadi, apakah kedua anak manusia ini yang sudah membantumu keluar dari jeratan saudaramu sendiri?" Sor kembali melanjutkan sesi pertanyaannya. Ainsley dan Hugo yang mendengarkan, dibuat terkejut.

Sor melangkahkan kaki panjangnya ke sebuah pintu besar berlapiskan marmer. Dia menuntun mereka bertiga untuk mengikutinya ke tempat tersebut.

"Tunggu, jeratan saudara? Apa maksudnya semua ini, Luke?" sahut Ainsley yang membuat Sor menghentikan aksi membuka pintu marmer miliknya.

Sor berbalik ke belakang. Ditataplah manik mata Luke yang telah berubah menjadi biru samudra. "Kau belum mengatakannya kepada mereka?"

"Sebenarnya apa yang terjadi? Tolong jelaskan pada kami!" kata Hugo menimpali.

Atmosfer di dalam ruangan itu berubah menjadi tegang dalam sekejap. Kini sorot mata Sor, Ainsley dan Hugo mengarah tepat ke arah Luke. Mereka bertiga menuntut jawaban pasti dari sang pesulap.

Sadar dirinya tengah ditatap, Luke berusaha tertawa garing. "Bagaimana jika sekarang kita minum segelas teh hangat, heh?" celotehnya berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Jangan mencoba mengalihkan pembicaraan! Jika kau bersikap seperti ini terus, kupastikan dirimu akan selamanya menjadi bujang," ujar Hugo tak tanggung-tanggung.

Ainsley menoleh menghadap Hugo. "Hey, itu tidak ada hubungannya!"

"Biarkan saja. Luke ayo! Apa yang kau tunggu? Kami butuh penjelasan!"

"Kalian berdua tidak perlu tahu," ucap Luke dengan tiba-tiba. Kalimatnya yang begitu dingin membuat Ainsley dan Hugo terdiam. "Aku tidak ingin kejadian 20 tahun yang lalu, terulang lagi," lanjutnya.

Sor menghela nafas panjang. "Jika kau tidak mau mengatakannya kepada mereka, maka biar aku saja yang akan menjelaskannya." Sor berujar sembari membuka kenop pintu berlapis marmer dengan perlahan.

Bukan sulap ataupun sihir ... ternyata di balik pintu tersebut, terdapat sebuah ruangan yang begitu megah dan indah.

Berbagai lukisan antik, patung-patung seni, lantai yang dilapisi karpet beludru merah, Sofa empuk, dan barang koleksi lainnya ... membuat Ainsley dan Hugo dengan susah payah meneguk ludah. Semua berbanding terbalik dengan ruangan sebelumnya yang terkesan sangat suram dan mengerikan.

Menurut Ainsley, sesuatu yang tengah dilihatnya ini sungguh tidak logis. Pasalnya, bagaimana bisa rumah gubuk milik Sor mampu menyimpan ruangan super luas dan megah di dalamnya?

Bahkan menurut perkiraanya, ruangan megah itu berukuran lima kali lipat lebih besar dari pada keseluruhan gubuk Sor yang kecil. Jadi, bisa disimpulkan Sor adalah penyihir yang mampu memanipulasi rumahnya sendiri.

"Wah ... kau masih menyimpan asap ilusi, rupanya," kata Luke berbasa-basi berusaha mengalihkan topik pembicarannya lagi. "Aku tidak menyangka, kau masih menggunakannya untuk menyembunyikan rumah mewahmu."

"Jangan terhasut olehnya, Paman! Dia berusaha mempengaruhimu agar kau lupa," ucap Hugo dengan cepat.

"Benar!" Ainsley menimpali.

Luke mendengkus. "Astaga kalian berdua ini!"

Semburat senyuman tercetak samar di wajah Sor yang mengeriput. "Tenang saja, aku akan menjelaskan semuanya kepada kalian. Karena cepat atau lambat kalian berdua harus mengetahui kebenarannya."

Sor melanjutkan kalimatnya sembari berjalan menyusuri ruangan megah yang ternyata lebih besar dari dugaan Ainsley.

Hugo dan Ainsley mengikuti Sor dari belakang, menunggu dengan tenang kisah yang akan diceritakan oleh sang empunya rumah.

"Mengenai jeratan saudara tadi-"

"Hentikan Sor!" perintah Luke berusaha memotong kalimat Sor. "Aku peringatkan jangan-"

Kalimat Luke terhenti tatkala Sor mengarahkan jari telunjuknya yang dipenuhi oleh cahaya berwarna kuning ke mulut si pesulap. Alhasil, Luke terdiam namun ekspresi kesal semakin tercetak jelas di wajahnya.

"Sampai di mana kita tadi?"

"Kau baru mengatakan 'mengenai jeratan saudara tadi' Paman," jawab Hugo mengingatkan dengan sopan.

"Baiklah, terima kasih. Jadi, mengenai jeratan saudara tadi ...," kata Sor seraya menghela nafas sejenak. "Fis adalah kakak kandung Remus---maksudku Luke."

Ainsley dan Hugo membelalakan kedua matanya tidak percaya. Begitupun juga dengan Luke. Si pesulap nyaris saja melompat turun dari gendongan Ainsley, ingin sekali dia mengubur Sor hidup-hidup.

"F-Fis adalah saudara kandung Luke?!" kaget Ainsley dan Hugo secara serempak.

"Kalian berdua pasti tidak mengerti, bukan?" tanya Sor disertai anggukan kepala Ainsley dan Hugo. "Maka aku akan menceritakan kisah awal mereka berdua dan hubungannya dengan orangtua kalian."

Sor kembali berucap sembari berhenti di depan sebuah lukisan kerajaan yang diduga Ainsley harganya sangat mahal. Jika dilihat dari piguranya yang dilapisi oleh emas.

"Dulu sekitar 1400 tahun yang lalu, jauh sebelum kota ini berdiri. Bangsa asing memasuki tanah Shea yang sepi. Lalu membentuk pemerintahan monarki yang tertutup dari dunia luar. Lebih tepatnya kerajaan. Setelah beberapa generasi terlewati, lahirlah seorang ratu maha adil. Ratu yang sangat dicintai oleh rakyatnya ...."

"Negeri Shea seperti kerajaan pada umumnya, damai dan sejahtera. Namun, sayang ... dia tidak kunjung menemukan pasangan hidup. Hingga tiba saatnya, beliau bertemu dengan sang penjaga tanah leluhur yang sesungguhnya ... si tampan berwajah dingin-"

"Tunggu maaf menyela, Paman. Penjaga Negeri Shea? Apakah beliau adalah makhluk immortal yang mendiami wilayah ini jauh sebelum bangsa asing menemukannya?" tanya Hugo.

"Ya, kau benar ... dia makhluk abadi. Beliau ditugaskan oleh Sang Pencipta untuk menjaga wilayah Shea. Penjaga berhati bersih itu telah hidup jauh sebelum waktu bisa dibaca oleh manusia," jelas Sor. "Bahkan, dua dari tujuh buku kehidupan juga dititipkan kepadanya."

"Wah, aku tidak menyangka sejarah kota Shea jauh lebih lama dari yang ku-kira" Ainsley menyahut.

"Mari kita lanjutkan ... mereka berdua pada akhirnya menikah lalu dikaruniai dua orang putra dan satu putri. Ratu berusaha menutupi jati diri suami serta kedua putranya yang juga mewarisi ilmu magis. Tanpa mengetahui kisah di baliknya, semua warga juga turut bahagia atas kehidupan baru keluarga kerajaan ...."

"Namun, semua itu tidak berlangsung lama. Perdana menteri yang serakah akan kekuasaan tidak sengaja menyaksikan sang raja berubah wujud menjadi naga hitam bertubuh ular tengah mengitari dua buku kehidupan ...."

"Mengetahui rahasia besar tersebut, dia---si perdana menteri---menggunakan rencana liciknya agar bisa memanipulasi warga. Dengan membayar orang kepercayaannya untuk meracuni hasil panen, hingga menculik dan membunuh setiap anak kecil secara diam-diam ...."

Sor mengisahkannya dengan nada sendu sembari berpindah tempat, memandangi lukisan kuno yang lain.

"Dia sungguh jahat!" pekik Ainsley spontan hingga membuat semua mata tertuju kepadanya. "Ah, maaf," ucapnya sedikit malu.

"Semua itu dilakukannya untuk menjatuhkan tahta sang ratu serta merampas dua buku kehidupan, yang diyakini mampu mengungkapkan rahasia alam semesta. Perdana menteri memberi tuduhan, bahwa keluarga kerajaan telah menyembunyikan penyihir yang suka menculik anak-anak hingga menebar wabah kematian. Karena amarah, warga pun melakukan pemberontakan kepada ratu ...."

"Seluruh kastil kerajaan serta isinya dibunuh dengan dibakar hidup-hidup. Warga menganggap penyihir akan mati jika dilahap oleh api. Sang ratu dan putri yang tidak memiliki keabadian, meninggal di tempat. Namun, sang penjaga kota dan kedua putranya tetap abadi ...."

Sor berhenti melanjutkan kisahnya sejenak. Dia memperhatikan wajah Ainsley dan Hugo secara bergantian.

"Sang Penjaga, mengutus pengawal setianya yang juga abadi untuk membawa kedua putranya pergi. Sadar bahwa kematian istrinya diakibatkan oleh orang-orang haus kekuasaan, dia memusnahkan dirinya sendiri dengan ilmunya. Alhasil, beliau terbakar hidup-hidup mengikuti sang ratu. Sebelum sirna, sang penjaga menghadiahi kutukan kepada warga. Bahwa setiap pemimpin berhati kotor yang mendiami wilayah Shea, setengah jiwanya akan mati dan terperangkap di dalam lukisan untuk selamanya. Beliau pun menghilang diikuti dengan dua buku kehidupan. Legenda mengatakan buku kehidupan musnah sebelum dicuri, konon buku itu hanya akan jatuh kepada orang terpilih ...."

"Kemudian, negeri ini terpecah menjadi dua bagian. Sisi gelap dan terang. Sisi gelap yakni Wysperia dan terang adalah Shea yang sekarang. Pengawal yang diutus, membawa kedua pangeran ke Wysperia. Mereka berdua adalah Fis dan Remus kecil-"

Ainsley terkejut. "Tunggu, jangan bilang pengawal setianya adalah-"

"Ya, benar sekali ... aku adalah pengawal setianya," kata Sor memotong kalimat Ainsley.

"Aku sungguh tidak percaya." Hugo lagi-lagi menyahut.

"Warga menganggap kisah keluarga kerajaan sebagai legenda dan menyebut sang penjaga sebagai Pesulap yang sangat suka menculik anak kecil di malam hari. Sejak saat itu, pemerintahan baru ... yang dikenal dengan sistem Mayorlorde berdiri. Dimana kekuasaan tertinggi dipegang oleh wali kota dan selalu berganti setelah orang yang menjabat menutup usia ...," lanjut Sor.

"Aku menghabiskan seluruh hidup untuk menjaga perbatasan dua sisi kota di hutan terlarang. Yang mana di tempat ini, jalur portal Wysperia dan Shea bertemu. Fis yang memiliki status putra mahkota, berhak untuk memimpin Wysperia. Dia dengan ilmu warisan ayahnya, menciptakan berbagai monster. Sementara Remus, ia tidak mewarisi kekuatan besar sang penjaga. Tapi, topi pesulap sakti hanya akan diturunkan kepadanya-"

"Sebentar, aku sedikit tidak mengerti. Kenapa istilah pesulap di kota ini sangat banyak?" Ainsley kembali bertanya.

"Pesulap pada dasarnya merupakan sebutan untuk seseorang yang memiliki kekuatan magis. Nah, ayah Fis dan Remus adalah pesulap sesungguhnya yang dahulunya sangat mencintai manusia. Namun, tewas karena menyirnakan diri. Fis dan Remus pun juga dikatakan demikian ...."

Ainsley berpikir sejenak. "Jadi, ini maksud dari perkataan Rasbeth sewaktu itu," batinnya.

"Hanya saja, Fis yang benci dengan manusia tidak mau disamakan dengan sang ayah. Lain halnya dengan Remus, dia sangat tertarik dengan makhluk fana walaupun kejadian masa lampau sempat merenggut kehidupannya."

Ainsley terkejut, begitupun juga dengan Hugo. Mereka berdua saling tatap beberapa saat, kemudian memandang Luke dengan perasaan menyesal.

"Setelah beberapa abad terlewati, munculah orang tua kalian. Harold dan Ariadna ...," lanjut Sor mengisahkan. Ainsley dan Hugo pun turut kembali mendengarkan. "Dua anak manusia berhati bersih yang terpilih untuk menjaga buku kehidupan-"

"Tunggu, maaf menyela lagi, Paman. Anda tahu dari mana bahwa kita adalah anak dari Harold dan Ariadna?" Hugo bertanya.

Sor menghela nafas panjang. "Aku bisa menebaknya. Wajah kalian sangat mirip," katanya singkat, berusaha untuk sabar. "Mari kita lanjutkan ... terkejut bahwa buku itu lebih memilih makhluk fana, Fis dan Remus lantas bergegas kembali ke Shea. Mereka pada akhirnya berteman dengan dua anak terpilih. Ketulusan Harold dan Ariadna mampu mencairkan hati Fis yang beku. Bahkan ... Sang Raja Wysperia, sempat menggagalkan rencananya untuk balas dendam kepada orang-orang Shea. Padahal beliau sejak dulu telah mengumpulkan jiwa Starseed untuk dijadikan sumber kekuatan ...."

"Persahabatan mereka sangat tulus. Meskipun sadar bahwa Fis dan Remus adalah monster yang sangat ditakuti warga, orang tua kalian tidak pernah memperdulikannya. Hingga insiden 20 tahun silam terjadi ...." Kalimat Sor terhenti, dia mengecek sosok Luke yang tengah menunduk dalam diam.

"Apa yang terjadi, Paman?" tanya Ainsley penasaran.

Sor mengalihkan tatapannya. Nafasnya terdengar berat. "Orang tua kalian dibunuh."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top