Luka lagi
Kali ini senyum lebar terkembang di bibir Aini. Mata itu berbinar penuh kebahagiaan. Firman mewujudkan janjinya dan memenuhi semua ucapannya.
" Kau telah resmi menjadi milikku. Bahkan penyatuan kita pun tak lagi terlarang, jangan pernah lagi ada gusar di hatimu. Kita telah saling memiliki."
Ucapan Firman beberapa jam lalu sebelum mereka menyatu dalam hasrat dan gairah yang sah dan halal, menghadirkan sembarut merah di pipi Aini yang terlihat semakin cantik di mata Firman.
" Dengarkan aku sayangku. Hanya kaulah yang kumau di hidupku, tidak ada yang lain. Aku mencintaimu. Selamanya. Hanya kamu cintaku."
Desahan napas Aini keluar tanpa ditahan, ketika ungkapan cinta Firman terbisik merdu di sela kemesraan mereka malam itu. Firman pun merasa bahagia tiada terkira ketika lenguhan istrinya terdengar mengabarkan kepuasan yang mampu dia berikan. Tidak ada lagi wajah sedih tersakiti setelahnya.
" Wajahmu merona, cantik sekali."
Firman mencium kedua pipi bersemu merah Aini. Wanita itu menyurukkan wajah berlinang kristal bening bahagia itu ke dada nyaman suaminya.
" Jika memang berjodoh kita pasti bertemu, aku percaya itu. Aku datang kembali menemuimu karena aku yakin kaulah jodohku."
Firman kembali berbisik. Wanita yang kini menyandarkan tubuh telanjangnya di tubuhnya itu menganggukkan kepalanya. Firman merengkuh hangat tubuh kecil itu. Ada sedikit rasa sakit di hatinya, seolah mengigitnya. Pria itu memejamkan matanya, mengingat pernah memberikan luka untuk wanita yang kini dia ciumi puncak kepalanya.
" Aku sayang kamu, cinta kamu. Tak akan ada luka lagi. Tidak lagi. Maafkan aku. Maafkan aku."
Firman membingkai wajah cantik wanitanya. Bibir itu menyungging senyum. Cantik sekali.
" Aku juga mencintaimu. Tidak akan ada lagi luka. Berjanjilah."
Suara Aini terdengar lirih tapi menyejukkan hati Firman. Pria itu mencium lama kening istrinya.
" Aku berjanji, bersumpah...aku.."
" Buktikan saja, tidak usah berjanji." Potong Aini cepat.
Firman tersenyum menatap wanita tercintanya. Dia mengangguk kemudian. Lalu bibirnya menyesap bibir wanita itu. Mengulumnya lama.
" Aku ingin segera punya anak, maka sepertinya hari ini kita tidak harus keluar kamar."
Ucapan Firman membuat Aini terbelalak. Dia menggeleng cepat. Lalu beranjak turun dari tempat tidur dengan tubuh telanjangnya. Dia menarik selimut segera lalu membelitkan ditubuhnya. Kakinya melangkah menuju kamar mandi.
" Eh, mau kemana sayang?" Tanya Firman setengah berteriak.
" Mandi, aku lapar." Teriak Aini dari dalam kamar mandi.
" Sayang tapi kita belum selesai, aku masih mau." Rengek Firman.
" Sama aku juga mau, mau makan." Jawab Aini ketus. Firman terkekeh.
" Sayang...ayolah cantik, sekali lagi yuk.." Kembali Firman merengek. Aini tergelak.
" Tidak cukup semalam sampai tadi subuh. Sudah tiga..eh empat kali." Jawab Aini di sela tawanya. Suara shower terdengar. Firman menghembuskan napasnya.
" Sayang, aku ikutan mandi deh." Suara Firman yang terdengar manja kembali terdengar.
" Tidak, suamiku sayang. Aku lapar, mau makan. Nanti saja setelah makan..."
" Yes, janji ya sayang." Potong Firman cepat. Tawa puasnya terdengar.
" Ya..nanti setelah makan malam."
" Sayang..."
Suara tawa merdu Aini terdengar memenuhi benak Firman. Begitu bahagia. Hatinya terasa melambung mendengar wanita tersayangnya tertawa begitu lepas.
" Aku mencintaimu, Aini. Teramat sangat." Lirihnya. Lalu pria itu membawa langkahnya keluar kamar menuju dapur. Dia menyiapkan dua cangkir kopi untuk dirinya dan istrinya. Dia menyesap perlahan kopi yang masih mengepulkan asapnya.
" Mandi dulu sana, setelah itu kita makan. Aku akan masak yang cepat saja."
Suara lembut dengan tepukan halus di pundak Firman membuatnya menoleh dengan mata berbinar. Wajah cantik tak berias dengan senyum manis telah berada di dekatnya. Ditariknya tangan halus itu, lalu dudukkannya tubuh kecil itu dipangkuannya.
" Wangi sekali istriku yang cantik."
Firman menghirup wangi tubuh istrinya. Hatinya bersorak kegirangan.
" Tubuh wangi ini milikku dan aku bisa menciumnya kapanpun. Selamanya."
Aini turun dari pangkuan suaminya. Lalu mendorong pelan tubuh itu.
" Mandi sana, aku mau masak. Aku seriusan lapar."
" Baiklah cantik. Aku mandi. Masak yang enak ya.."
Firman mengalah, dia membawa langkahnya menuju kamar mandi. Aini tersenyum menatap suaminya.
" Terima kasih untuk tidak memberiku luka lagi. Aku mohon untuk selamanya." Gumam Aini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top