Luka itu

Aini duduk dengan nyaman di sofa bed ruang tamu rumah Firman. Pria itu menemaninya sambil menikmati secangkir coklat hangat. Aini sudah terlihat lebih tenang. Firman tanpa bosan meyakinkan wanita cantik yang kini duduk di hadapannya. Kata maaf pun tak henti dia ucapkan. Aini sampai terlihat kesal karena ulahnya itu.

" Aini, aku mungkin hanya seorang yatim piatu miskin. Rumah ini adalah peninggalan satu satunya orang tuaku. Dan adikku yang kubayar dengan menyakitimu kini juga telah pergi, menghadap sang pemilik kehidupan. Aku hanya pria kesepian yang mencoba bertahan hidup dan yang membuatku kuat adalah dirimu."

Firman menatap lembut wanita dihadapannya. Wanita yang dia sangat cintai. Terlebih kini wanita ini telah menjadi miliknya.

" Aku tidak menyesal melakukannya. Aku tahu itu dosa, aku memohon maaf padamu. Aku telah memberimu dosa, tapi percayalah sayang. Aku melakukannya karena aku takut kehilanganmu. Jadilah istriku, Aini. Walaupun aku tidak sekaya pria brengsek itu, aku akan berusaha membuatmu bahagia."

Aini menatap nanar pria yang kini menciumi punggung tangannya. Jari manisnya yang kini berhias sebentuk cincin platina bermata biru yang tampak berkilau ikut mendapatkan ciuman. Cincin yang beberapa menit lalu di sematkan Firman dengan penuh kasih sayang.

" Mohon maaflah pada Allah, Mas." Ucap Aini lirih. Firman mengangguk anggukkan kepalanya.

" Sudah pasti Aini. Aku tadi langsung memohon ampunan. Aku berdosa Aini."

Aini menatap lekat mata pria itu yang kini berkaca kaca. Aini menyungging senyum. Wanita itu mengusap wajah berjambang itu perlahan.

" Walaupun aku merasa senang kau miliki dan akan kau nikahi segera, tapi ini tetap salah, Mas." Ucap Aini masih dengan suara pelan. Firman mengangguk mengiyakan.

" Perlakuanku tadi memang salah Aini. Tidak ada yang membenarkan itu." Gumam pria itu dengan suara sedih.

" Aku selalu berhasil menjaga diriku dari Gery, sampai dia berlaku seperti itu. Tapi ternyata aku mengalah padamu. Aku marah dan kesal, itu sudah pasti. Jadi, nikahilah aku secepatnya. Maka aku akan menjadi milikmu seutuhnya."

Ucapan Aini yang lirih dan diiringi isakan membuat Firman merasa begitu bersalah. Dia merengkuh wanita itu.

" Aku minta maaf sayang. Aku minta maaf. Aku akan menikahimu segera, tolong pegang janjiku dan aku mohon padamu untuk tidak lagi menyebut pria brengsek itu. Aku ..aku..sangat cemburu sayangku." Bisiknya ditelinga wanita itu. 

Firman mengurai pelukannya. Matanya menatap lembut wajah cantik dihadapannya. Aini mengulas senyum. Teramat cantik sekali. Firman terpana menatap senyum yang terkembang sempurna itu. Dia merasa bersyukur bisa mendapatkan wanita cantik dan baik ini.

Sepanjang sore itu mereka saling mengurai kecanggungan karena kejadian berdosa itu. Mereka saling bercerita tentang keadaan mereka selama tiga tahun terputus. Rentang waktu yang bergulir begitu lambat mereka rasakan dalam siksaan sakit hati dan kerinduan.

Terkadang Aini menyuarakan tawanya yang teramat merdu di telinga Firman. Menertawakan jalan hidup yang begitu penuh teka teki. Cinta yang hadir tanpa diminta dan tanpa diketahui. Cinta yang begitu penuh misteri.

" Aku tidak menyangka akan duduk di sini bersamamu. Di rumahku yang sederhana, tapi aku janji rumah ini nantinya akan dipenuhi tawa canda bahagia. Tawa merdumu dan tawa ceria anak anak kita."

" Aku juga tidak menyangka caramu begitu jahat untuk memilikiku. Tapi dilubuk hatiku yang paling dalam aku merasa begitu bahagia. Dasar ya, aku ini wanita murahan seperti..."

" Sssttt...kau wanita yang paling kucintai, kusayangi. Kau bukan wanita murahan. Kau wanita yang paling berharga di hidupku. Kau calon istriku, calon ibu anak anakku. Berhenti berpikiran seperti itu."

Firman memotong ucapan Aini. Wanita itu tertawa pelan. Kepalanya manja merebah di pelukan pria itu. Firman senang sekali dengan yang dilakukan wanitanya. Luka itu yakin telah menyingkir jauh jauh. Dia merengkuh hangat tubuh yang kini telah dimilikinya.

" Aku mencintaimu, Aini." Bisiknya ditelinga wanita itu.

Lalu senyum pria itu terkembang lebar ketika wajah bermata bening beriak itu menatapnya penuh cinta.

" Aku juga mencintaimu." Ucapnya lembut.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top