Luka Diri
Aku mengerti kini, setelah lama merenungi kata kata wanita cantik yang duduk di sebelah lelaki itu. Aku anak seorang ibu yang merebut suami dari tante wanita itu. Ayahku, suami tante wanita itu. Wanita yang jadi gila karena suaminya direbut ibuku.
" Aku baru tahu, itulah ibuku." Lirihku sakit.
Aku berpikir tadinya dia meninggalkanku karena ayahku yang menikah lagi dengan gadis lulusan Sekolah Menengah Atas, yang bahkan usianya lebih muda dariku. Ternyata bukan. Aku salah.
" Dia juga ternyata sudah menikah dengan wanita itu." Gumamku.
Jadi lelaki itu sebenarnya sudah menikah ketika mendekatiku. Dia mendekatiku atas suruhan wanita itu, istrinya. Untuk membuatku patah hati. Dan mungkin inginnya dia, aku menjadi gila seperti tantenya. Aku menggeleng lemah. Jahat sekali. Aku menatap foto di akun medsos nya yang tadi begitu tanpa sadar kubuka.
" Lalu alasan dia mau menikah dengan meninggalkanku itu bohong." Aku melemparkan ponselku ke atas tempat tidur.
" Sebenarnya dia sudah menikah." Aku menarik napas pelan lalu menghembuskannya dengan kasar. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
Aku duduk diatas tempat tidur dan menutup tubuhku dengan selimut. Aku mau tidur. Tak masalah jika pun itu tidur selamanya. Aku cape.
" Peluk aku ya Allah." Suaraku parau.
Aku menerawang menatap ke luar jendela. Gelap malam yang sepi membuatku merasa sendiri. Tidak ada teman yang kini bisa kuajak bicara. Ketiga sahabatku kini telah menikah, mereka sibuk dengan keluarganya. Dengan suami dan anak anaknya. Mereka bahagia. Aku juga bahagia. Lalu ibuku, entahlah dimana. Dia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Air mata menetes menemani kesendirianku.
Lalu aku teringat Gery, lelaki yang kutinggalkan hanya karena aku lebih memilih lelaki itu. Adilkah. Wajarkah. Pertanyaan itu bergema dibenakku. Aku hanya ingin mendapatkan yang lebih baik. Salahkah aku. Ternyata dia tidak lebih baik. Dia hanya lelaki lemah yang begitu mudah dikendalikan seorang wanita.
Aku memejamkan mata yang sebenarnya enggan terpejam. Kesepian, kesakitan dan kecewa memenuhi benakku. Aku inginnya tertidur. Terlelap. Nyenyak dan melupakan semuanya. Lalu esok kan datang dengan cerita yang baru. Esok yang ceria, seperti yang kumau. Tanpa rasa sakit atau pun kecewa. Tanpa ada rasa kehilangan dan juga amarah.
Satu yang kini terlintas dipikiranku. Aku akan menemui Gery dan meminta maaf. Atas semua kesalahanku yang telah meninggalkannya demi lelaki itu. Lelaki yang enggan kusebutkan namanya.
Ddrrrtt..drrrtt...
Panggilan suara ponsel mengagetkanku. Aku segera menggeser tombol hijau di ponselku.
" Hallo, Gery.." Sapaku begitu tersambung.
Aku sedikit tersenyum senang karena lelaki yang kupikirkan tiba tiba menghubingiku.
" Ai, tolong aku..tolong aku Ai..." Suara Gery terdengar serak.
" Ada apa Ger, Gery.." tanyaku panik.
" Hallo..Gery..jangan bikin aku takut.."
Aku cemas. Aku ketakutan. Tapi suara Gery tak terdengar, yang terdengar hanya nada sambungan terputus.
" Apa yang harus kulakukan..." gumamku.
Aku segera berganti pakaian dan membawa langkahku ke luar rumah. Aku menerka nerka, kira kira dimana tadi Gery menelpon. Aku mendengar suara musik berisik. Ada orang berteriak teriak. Begitu gaduh.
" Club...Minolta Club, biasanya Gery suka ke sana."
Aku segera membawa motorku ke sana. Sambil terus berpikir apa nanti yang harus kulakukan jika aku bertemu dengan Gery. Aku memacu motorku lebih cepat. Aku jadi begitu khawatir. Aku begitu cemas. Takut sekali terjadi sesuatu dengan Gery.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top