Ternoda

Aina hanya bisa terisak-isak sedih sambil menutupi ketelanjangannya dengan selimut. Masih jelas terekam apa yang Jefran lakukan padanya. Laki-laki itu benar-benar iblis tak punya perasaan. Apa yang selama ini menjadi kebanggaannya sebagai perempuan di ambil paksa. Masih jelas teringat dalam otak bagaimana wajah puas Jefran saat  berhasil mendapatkan apa yang ia mau.

Beberapa jam lalu Aina masih bisa tertawa bersama para temannya. Aina masih bisa ceria menceritakan beasiswanya, masih bisa berjalan bangga karena walau dia tak cantik dan putus cinta tapi segel gadisnya masih melekat. Dunianya seketika runtuh saat sesuatu yang berharga harus di koyak oleh orang yang dirinya cintai sekaligus benci. Masihkah pantas lelaki itu mendapatkan cinta sekarang setelah perbuatan nistanya.

Aina mengamati bekas jeratan tali yang membekas di kedua pergelangan tangannya. Dasar manusia biadab, tak punya hati. Aina bukan binatang yang di gagahi kasar dan juga penuh nafsu. Tak ada cinta atau pun kelembutan. Kalau dapat mungkin kini Aina sudah menenggelamkan diri, karena jijik dengan tubuhnya yang di penuhi tanda merah.

Aina merasa kotor, Jefran sudah berhasil menjelajahi seluruh tubuhnya, menyecapnya bagai madu lalu memasukinya tanpa mau tahu, atau ijin. Noda merah darah yang tercetak di atas sprei menjadikan semua nyata. Bahwa Aina kini bukan gadis lagi.

"Udah Aina, berhenti menangis
Semua udah terlanjur terjadi. "Jefran dengan lancang mengelus punggung telanjangnya sembari terkekeh puas. Dia adalah laki-laki pertama bagi Aina begitu pun sebaliknya. Buat apa melepas menyesal, toh mereka impas. Aina medapat keperjakaannya dan dia mendapatkan kegadisan gadis berambut hitam legam itu.
"Ini bukti cinta aku sama kamu."

Aina yang masih bergelung dalam kesedihannya tiba-tiba terkejut ketika Jefran dengan nekat meraih tubuhnya, agar mereka saling menempel. Aina tentu meronta minta di lepas namun sayang posisinya yang membelakangi Jefran tak menguntungkan. Pria biadab itu berhasil menyelipkan satu tangannya ke jepitan ketiak Aina. Sehingga bebas menjelajah dan mengunci bagian depan tubuhnya.

Aina jijik ketika Jefran menjilat telinga lalu turun ke arah leher bagian belakang. Satu tangan pemuda itu yang bebas, kini sudah mengangkat satu paha Aina hingga sesuatu yang harusnya tertutupi rapat kini berhasil Jefran buka.

"Aku akan suka posisi ini!!" Aina terpekik karena merasakan perih. Walau sudah di jebol, tetap saja  masih terasa sakit. Aina menahan doble kesakitan, tubuh bagian bawahnya di jajah sedang tubuhnya bagian atasnya diremas kasar. "Kamu merasakan ini Aina?" Jefran  menghentak dengan kasar dan keras sampai tubuhnya ikutan terdorong maju. Aina yang tak sanggup melawan hanya bisa menangis. Jefran bercinta dengannya secara brutal dan juga tergesa-gesa.

Jefran merasakan puas telah berhasil menodai gadis ini. Aina pantas di beri pelajaran agar tak meremehkan dirinya. Kalau sudah begini, mau tak mau Aina akan kembali jadi miliknya, Ya hanya punyanya. Bercinta memang rasanya luar biasa apalagi dengan perempuan yang kita cinta. Jefran tak akan pernah tahan lama menahan ledakkannya. Di dorong kejantanannya hingga menyentuh dinding rahim. Ia tebar benih-benihnya agar masuk memenuhi tubuh Aina.

Setelah puas barulah Jefran melepas cengkeramannya, ia berbaring menengadahkan wajahnya ke langit kamar. Tak ada raut penyesalan, malah dia tersenyum puas. Gadis itu kembali lagi menangis. "Aina... Aina harusnya kamu menuruti apa yang aku mau. Maka kita tak akan berakhir seperti ini. Jangan keras kepala Aina terima saja nasibmu yang harus kembali padaku."

Merasa tak terima di remehkan, Aina mengumpulkan semua keberanian dan tenaganya. Ia balik badan lalu memukuli, mencakar dan menghajar Jefran sekuat tenaga. "Kamu brengsek, kamu iblis jahanam, kamu bajingan biadab, harusnya aku gak ketemu manusia kayak kamu!!" Jefran jelas bukan seorang pengampun. Di hina seperti itu tentu dirinya murka. Tenaga Aina jelas bukan tandingannya. Menghentikan amukan gadis itu  semudah menjetikkan jari.

"Terima nasib malangmu Aina!!" Dengan cepat di baliknya posisi mereka. Jefran sudah duduk di atas gadis itu sambil mencekik lehernya. Walau cekikan itu tak keras tapi cukup untuk menahan tubuh Aina agar tidak bisa beranjak. "Mungkin di perutmu sedang tumbuh anak kita, bagian dari diriku." Jefran membelai perut Aina yang putih, mulus dan rata. "Oh iya apa anak menjadi bagian dari rencana masa depanmu kini?"

Mendengar ejekan Jefran, Aina melempar ludah tepat ke mukanya  yang brengsek. Bukannya Jefran marah, tapi ia malah tersenyum. "Rupanya mulutmu juga perlu di beri pelajaran." Jefran jelas tak terima tapi dia punya cara lain menghukum mulut lancang Aina. Tubuh Jefran maju ke depan hingga senjatanya sejajar dengan mulut Aina yang mungil. Tak usah di jelaskan apa yang Jefran lakukan, karena kini Aina menyesal sekali telah meludahi wajah bengisnya.

Aina di paksa mengulum benda keramat yang sangat menjijikkan. Ia hampir saja mutah kalau Jefran tak iba padanya. "Rasanya sungguh enak bukan?" Wajah Aina merah padam menahan amarah, jijik, ngeri, takut dan juga waspada. "Tapi aku lebih suka mulut bawahmu."

Entah mana pilihan yang tepat tapi Aina kini seperti berada di dalam neraka. Laki-laki yang katanya mencintainya malah memperkosanya. Melakukan sampai berulang-ulang, tak memikirkan tangisnya atau efek psikisnya nanti.

🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇

Mike sedang mendribel bola di lapangan  basket base
camp. Kegiatannya harus berhenti ketika matanya melihat seorang lelaki yang berada di pinggir lapangan sedang menghitung uang. Mike yang punya rasa penasaran tinggi, berjalan menghampiri Seseorang itu.

"Tiger, duit Loe banyak. Traktir dong."

"Kalian sama-sama Smith tapi kenapa Loe Smith yang kere?" Mike mengernyit tidak suka.

"Maksud loe?"

"Loe minta aja ke sepupu loe. Ini gue dapat dari dia." jawab Tiger sembari meletakkan uangnya apda saku celana. Sepupunya? Jefran?

"Loe dapat dari Jefran, yah bokap dia sama gue beda. Kenapa Loe bisa dapet uang itu dari Jefran, disuruh apa Loe sama dia??" Penasaran kan soalnya si Tiger Ini spesialis melakukan tindakan kriminal.

"Cuma nyulik cewek terus suruh ditaruh di apartemennya." Hah? Apaan nyulik perempuan? Masak Iya Jefran nyulik cewek biasanya doi yang diculik cewek-cewek.

"Siapa?? Cewek yang mana?"

''Gak tau,, ceweknya seragamnya sama kayak loe. "Mike semakin penasaran. Memang akhir-akhir ini Jefran jadi aneh semenjak putus dari si cupu. Eh tunggu, Mike mencurigai sesuatu.

"Eh loe pasti tahu ciri-ciri ceweknya yang di culik Jefran? Siapa tahu gue kenal." Semoga saja dugaan buruk Mike tak benar.

"Gue ada foto ceweknya kok." Tiger mengeluarkan ponselnya dan Menunjukkan potret seorang gadis.

"Oh shit.... Ini ceweknya.. gue kenal. Loe disuruh nganterin nih Cewek kemana??" Mike khawatir, dia takut Sepupunya akan melakukan hal di luar batas. Padahal penculikan sudah suatu kejahatan. Ternyata dugaannya benar, perempuan yang di culik Jefran adalah sang sepupu.

"Ke apartemen deket amazone." Belum sempat Tiger meneruskan ucapannya. Mike sudah berlari pergi dengan kencang menuju tempat dimana mobilnya di parkiran. Semoga dia tak terlambat.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Nafas Jefran sudah teratur. Pemuda itu tertidur karena kelelahan. Entah sudah berapa kali ia menikmati tubuh Aina. Aina sendiri sampai tak bisa menghitungnya, ia ingat Jefran bahkan menjadikannya seperti  boneka mainan. Aina bahkan menangis dan memohon untuk berhenti tapi Jefran malah menulikan telinga. Sampai saat ini pun Aina hanya bisa menangis, tidur memunggungi sang lelaki.

Dengan tertatih-tatih ia bangun memunguti pakaian dalam dan mencari seragamnya yang tergeletak di sofa lalu segera memakainya. Ia meringis sambil berjalan. Selangkangannya terasa perih. Sesekali ia mengusap air matanya yang mengalir deras.

Sudut matanya melihat vas porselin di atas meja. Seketika itu ia kalap apalagi melihat Jefran malah tidur dengan damai di atas penderitaannya.

Aina mendekati ranjang, tangannya siap memukul dengan benda keras itu namun tekadnya tiba-tiba hilang. Keberaniannya sirna. Ia menangis dan luruh terduduk di lantai.

Aina ingat kalau dia membunuh Jefran. Bagaimana nanti jika dia hamil, anaknya akan terlahir tanpa ayah. Belum lagi hukuman penjara akan menantinya karena membunuh orang.

Menangis tak ada gunanya, lebih baik ia segera pergi dari sini sebelum Jefran bangun. Naas memang ponselnya tertinggal di rumah dan pintu apartemen Jefran di kunci dengan pasword. Aina menangis kembali sambil menggedor-gedor pintu karena saking putus asanya. Dirinya kalah dan merasa hancur. Tak mau kebisingan yang ia buat membuat Jefran bangun. Ia mundur pasrah duduk di sofa sembari menunggu keajaiban Tuhan.

Klik

Pintu apartemen dibuka dari luar. Sepertinya Tuhan mendengar doanya. Siapapun yang muncul nanti, dia hanya butuh pergi kabur dari sini.

"Astaga! Aina!!" pekik Mike kaget ketika membuka pintu. Melihat sosok gadis yang terlihat tak baik-baik saja. Seragamnya agak kotor serta lusuh, rambutnya tak beraturan, raut muka yang menyedihkan serta tak lupa Air mata yang mengalir deras.

"Mike, tolongin gue. Gue pinjam handphone loe."

"Apa yang terjadi?" Aina tak mau menjelaskan, atau terlalu malu mengatakan yang sebenarnya . Yang ia butuh sekarang adalah ponsel milik Mike.

"Gue butuh handphone loe sekarang!!"

"Iya... iya...." Mike menyerahkan ponselnya. Untunglah di ponsel Mike ada nomer Angel, sahabat Aina. Mike sekilas mendengar apa yang Aina bicarakan dalam telpon.

"Gue anter loe pulang ya?" Harusnya tawaran Mike langsung di terima apalagi keadaan Aina bisa di katakan menyedihkan. Namun Aina sudah meminta bantuan kepada orang yang tepat.

"Gak usah." Dengan susah payah ia berjalan. "Loe jagain aja sepupu loe biar gak ketemu gue lagi." Pamitnya dengan tatapan penuh luka. Jalan Aina saja tertatih-tatih sambil meraba dinding. Mike tahu apa yang terjadi, kemungkinan gadis itu telah di koyak kesuciannya. Namun untuk nekat memaksa Aina bercerita atau sekedar mengantarnya pulang, Mike rasa dirinya tak berhak. Ada hal penting yang harus dia urus dulu dan pastikan.

🍀🍀🍀🍀

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

Cerita lengkapnya ada di Google play book ya. Aina dan kemalangan nasibnya. Bakal di repost sesuai mood penulis.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top