Penanganan

Siapa sih yang tidak terkejut melihat sahabatnya yang tiba-tiba menghubunginya dengan keadaan kacau seperti ini. Rambut acak acakan, air mata yang terus mengalir dan jangan lupakan kissmark yang ada di leher yang jumlahnya banyak. Meski tahu apa yang dialami Aina tapi mulut Angel seakan terkunci. Memilih membawa Aina pulang ke tempat mamahnya, bu dokter bedah. Karena sahabatnya ini enggan diantar pulang.

Aina hanya diam dan menangis ia terlalu syok sampai tak mampu bercerita apapun. Setiap mulutnya ingin buka suara dadanya sesak, air mata nya yang luruh.

"Mah, apa yang terjadi sama temen aku??". Dokter Lena, bunda Angel tak berkata apapun. Hanya menuntun Aina berbaring di ranjang periksa yang biasa ia gunakan untuk praktek.

"Sayang, kamu bisa tunggu di luar ". Bujuk Lena yang bisa melihat rasa penasaran putri semata wayangnya. Angel hanya pasrah dan berjalan keluar ruangan lalu menutup pintu.
Sedang Aina sendiri sudah terbaring diranjang.

"Tante mau periksa Aina." Lena mengambil sarung tangan putih di lemari dan memakainya. "Kamu bisa lepas Celana dalam kamu, dan membuka paha kamu sambil kakinya ditekuk atau mau tante bantu?" Tubuh Aina menegang kaku, ia ketakutan. Jemarinya bergetar hebat.

"Gak usah tante, aku bisa sendiri." Mengerti apa yang terjadi Lena bersikap sabar. Ia menunggu Aina melepas celana dalamnya. Anak ini tentu tak baik-baik saja. Pasti sesuatu yang terjadi padanya tengah mengguncang kondisinya kini.

"Sayang, tante cuma mau periksa Aina. Jangan takut, tarik nafas yang dalam Ya nak!!" Lena mencoba memeriksa bagian vital Aina. Awalnya Aina ingin menolak dan merapatkan pahanya namun sebagai seorang wanita dan juga ibu. Lena bisa membujuk dan menenangkannya. Ia memeriksa tempat sensitif itu dengan seksama. Ada pembengkakan di area vitalnya serta Lena juga menemukan sisa sperma yang jumlahnya banyak. Memang sih ibu Angel itu bukan dokter kandungan,  tapi ia cukup tahu anatomi tubuh manusia dengan baik.

Sebagai seorang dokter dan wanita dewasa. Lena tahu apa yang terjadi. "Sayang, tante mau nanya. Kamu kenal siapa yang nglakuin ini sama kamu?" Aina hanya menangis, sambil menggugu. Lena berusaha kuat, mendengar tangis sahabat putrinya yang memilukan hatinya juga ikut ngilu. "Hey, kamu gak perlu ngomong cuma ngangguk atau geleng saja."
Karena memang rata-rata korban perkosaan terlalu sedih untuk mengingat- ingat apa yang terjadi padanya bahkan Aina tidak berteriak histeris saja sudah bagus.
"Kamu kenal yang nglakuin semua ini sama kamu?" Aina mengangguk lemah.
"Pacar kamu yang nglakuin semua sama kamu?" Aina diam sambil menangis lalu ia mengangguk lagi. Bukan pacar tapi mantan pacar.

Lena memejamkan mata sejenak sambil mengurut dahi. Ia tahu bagaimana Aina ini, dia gadis yang tak pernah neko-neko, siswi yang berprestasi, putrinya Angel saja jadi anak baik setelah berteman dengan gadis ini. Kenapa tega sekali orang yang melakukan ini kepada Aina. "Tante mau tanya lagi, tapi pertanyaan tante jawab aja pake jari." Lena lebih menyiapkan batinnya, bagaimana kalau apa yang dialami Aina menimpa Angel.
"Berapa kali pacar kamu nglakuin ini sama kamu?" Masih dengan tangisnya ia mengangkat tiga jarinya kemudian lena memeluknya, membiarkan air mata Aina basah di jas putih yang ia pakai. Sambil terus mengelus punggung gadis Itu menyalurkan kekuatan . Pasti menyakitkan sekali, pengalaman seks pertama harus dilakukan dengan sebuah paksaan. Suatu hari ini akan meninggalkan trauma yang sangat menyakitkan.

Angel memaksa masuk saat mendengar tangisan sahabatnya yang begitu memilukan.
"Mah, Aina kenapa??"

"Sayang, temen kamu mengalami pemerkosaan yang dilakukan oleh pacarnya sendiri sepertinya Aina juga mengalami kekerasan seksual terlihat dari pergelangan tangannya ada bekas ikatan tali."
Tangan Angel terkepal erat, ia tahu siapa yang melakukan ini pada Aina. Pasti si bajingan itu.

"Mamah bisa minta tolong sama kamu? Tolong kamu mandiin Aina. Jangan biarin dia sendiri terus besok pagi tolong kamu beli obat yang mamah tulis di apotek." Angel menerima secarik kertas dari sang mamah. "Ingat pesen mamah Jangan biarin Aina sendiri. Biar malam ini Aina tidur di sini dulu."

Angel menuruti perintah sang mamah. Membawa Aina ke kamarnya. Menyiapkan bak mandi yang diisi air hangat dan minyak aroma terapi. Menyuruh Aina berendam dan membantunya mandi. Tapi baru selesai dirinya mengambil handuk, Angel melihat Aina sudah masuk ke bath up dan menggosok-gosok kulitnya dengan keras sambil menangis.

"Aina, loe ngapain? Jangan sakitin diri loe!" Angel mencekal kedua tangan sahabatnya agar tak berbuat hal yang nekat.

"Gue kotor, gue udah di jamah!! Gue jijik.. jijik!!" Tanpa di suruh, Angel langsung memeluk tubuh telanjang Aina. Tak apalah bajunya basah. Temannya butuh sebuah dukungan moril agar tak semakin terpuruk.

"Loe tetep Aina yang gue kenal. Loe gak kotor. Gue bantu bersihin badan loe ya?" Aina hanya menurut dan diam. Di biarkan tangan Angel menuangkan sabun di atas kulitnya.
"Maafin gue ya, Harusnya tadi gue anter loe sampai rumah." Angel berbicara sambil menggosok tangan Aina dengan busa. Matanya ngeri melihat bercak merah memenuhi dada dan leher milik sahabatnya. Angel tak rmmba membayangkan betapa brutalnya laki-laki biadab itu.

"Bukan salah loe kok, gue diculik dan di....." Sudah tak sanggup lagi Aina melanjutkan ceritanya kemudian Ia menangis lagi

"Apa Jefran yang nglakuin semua ini sama loe?" Tangis Aina malah makin kencang.

"Apa salah gue sama dia? Apa Jefran gak cukup dengan matahin hati gue. Dia juga hancurin masa depan gue??"

"Brengsek.... bajingan.... lihat aja besok bakal gue kasih pelajaran tuh cowok keparat. Apa sih yang ada di pikiran Jefran? Otaknya udah gila tuh anak." Dengan hati-hati Angel menggosok paha dan kaki Aina. Tanda merah membentang memutari paha sampai pangkalnya. Membayang bagaimana cara sahabatnya disetubuhi, membuatnya marah. Tak ia sangka Jefran melakukan hal sejauh ini.

"Gue bisa minta tolong sama loe? Tolong jangan cerita apa-apa sama mamah gue. Telpon mamah dan bilang kalau gue nginep di rumah loe." Angel sampai menangis melihat Aina memohon padanya.

"Pasti gue akan telpon sama mamah loe, loe jangan khawatir."

🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻

Mike masih duduk di atas sofa ruang tamu. Banyak yang dia renungkan tapi keadaan Aina yang hancur tadi membuatnya syok. Sampai sekarang dia tak tahu apa yang selanjutnya akan di lakukan.

Kemudian pandangannya mengarah pada pintu coklat berbahan jati. Itu tempat dimana Jefran tidur dengan damai. Setelah mengoyak harga diri seorang gadis. Mike harus ke sana, setidaknya menyuruh tersangkanya bangun.

Ketika membuka pintu kamar. Mike menyesal kenapa dirinya tadi tidak pulang saja. Keadaan kamar Jefran berantakan seperti terserang gempa
Pecahan botol ada dimana-mana, bau alkohol menyengat memenuhi ruangan dan tempat tidur yang bisa di katakan berantakan.

Mata Mike menyipit mengamati noda darah diatas sprei.  Penciumannya menangkap aroma bekas percintaan. Noda itu Mike pernah lihat jadi ia tahu. Jefran benar-benar biadab.

"Jef,, Bangun!!" Tak main main Mike menepuk nepuk pipi sepupunya dengan keras. Kalau bisa sekarang mungkin ia ingin memukul kepala Jefran sekuat tenaga.

"Uhmm... Aina loe jangan nampar gue."

"Woy.. bangun... gue Mike." Ia berteriak tepat di telinganya Jefran.
Sepupunya itu harus bangun.

"Ngapain loe ke sini? Aina mana?". Jefran bangun menjelajahi kamar, mencari keberadaan Aina tapi nihil. Ia bahkan tak peduli jika masih telanjang dan kakinya akan menginjak pecahan kaca.

"Jef, pake celana loe!!" Mike melempar boxer dan celana dalam ke arah sepupunya. Gila aja dia kluntang-klantung kayak tarzan.

"Mana Aina? Dimana dia??" tanyanya penasaran dengan suara keras karena marah. Gadis itu tak ada.

"Dia pergi! Apa yang loe lakuin sama dia? Dia keluar dari sini dengan keadaan gak baik-baik aja."

"Kita ML...."

"Apa kuping gue gak salah denger?"

"Iya gue making love, having sex, bercinta... apa pun itu terserah loe mau nyebutnya apa tapi sekarang gue mau cari Aina".

Mike harus mengejar Jefran, sebelum sepupunya itu melakukan hal di luar batas.

🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎

"Pagi mah." Angel menyapa mamahnya yang sedang sarapan.

"Gimana keadaan Aina, sayang?"

"Buruk, tadi malam aja dia ngigau terus," ucap Angel sambil mengambil roti yang ia beri selai coklat. "Dia baru tidur pas subuh tadi."

"Kamu tahu yang nglakuin semua ini ke Aina. Apa bener pacarnya?"

"Bukan pacar tapi mantan pacar."

"Kamu kenal sama mantan pacarnya itu?" Angel jadi gak nafsu makan bila harus menyebut nama bajingan itu.

"Jefran anthonie Smith, mamah kenal baik sama orang tuanya." Lena menjatuhkan sendok, anak dari keluarga Smith . Penyandang dana terbesar sekolah Angel dan jangan lupakan kekayaan keluarga itu. Bagaimana bisa anak dari keluarga terhormat melakukan hal tak beradab.

"Mamah, kenal baik sama ibunya. Apa perlu mamah menghubungi orang tua mereka masing-masing membahas tentang yang terjadi sama Aina?" Masalah ini bukan cuma kenakalan remaja tapi sudah masuk kasus kriminal. Lena perlu menghubungi Orang tua mereka untuk menyelesaikan masalah ini.

"Gak usah dulu mah, Aina nglarang aku untuk kasih tahu mamanya." Inilah dunia remaja. Mereka berlagak sok dewasa, seolah-olah bisa menyelesaikan masalah yang mereka alami tapi tetap saja hal seperti ini para orang tua harus tahu.

"Tapi saran mamah sebaiknya orang tua Aina dikasih tahu keadaan Anaknya. Kamu udah tebus resep obat yang mamah kasih?" Kemarin Lena menuliskan resep obat penenang, morning after pill atau kondar dan salep.
"Habis ini bakal Angel beli kok."

"Pokoknya obat itu harus diminum Aina, jangan sampai lupa. Karena itu penting!" Lena menghembuskan nafas lelah, nasib Aina begitu miris menjadi korban pemerkosaan. "Mamah punya rekomendasi dokter yang bagus buat visum dan juga psikiater yang bagus kalau Aina mau."

"Aku tanya Aina dulu ya mah, apa dia mau melaporkan kasusnya sama pihak yang berwajib atau gak."

Kalau sudah vegitu Lena bisa apa?? Tapi dia akan mengusahakan pertemuan orang tua dengan meminta bantuan pihak BK sekolah. Masalah ini serius, bagaimana kalau Angel yang mengalami hal ini. Amit... amit...

🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top