New Aina

Bugh.... bugh.... bugh...

Satu, dua pukulan mendarat di perut dan muka tampan Jefran. Pukulan itu ia dapatkan dari Dion. Walau tangan anak itu agak gemulai tapi masih bisa membuat sudut bibir Jefran berdarah. Dengan sekuat tenaga Dion menarik kerah baju Jefran hingga bangun.

"Gue udah pernah bilang kalau loe nyakitin Aina. Loe bakal gue yang kirim loe ke UGD. Tapi ternyata loe lebih jauh bangsat. Loe hancurin Aina. Gue bakal kirim loe ke liang lahat," ancam Dion yang ingin menghabisi Jefran. Sahabat mana yang tidak marah melihat sahabatnya yang bagai mayat hidup, hanya bisa menangis dan menunduk. Karena mengalami pemerkosaan. Namun ketika Dion ingin melayangkan tinjunya lagi, ia dipegangi Samuel dan juga Mike.

"Yon, loe kenapa? Kalau ada masalah bisa diomongin baik-baik." Mendengar ucapan Mike, Dion semakin mengamuk serta tak terkendali.

"Lepasin gue, gue mau ngasih pelajaran buat dia!! Kalau perlu gue bunuh sekalian." Dion masih tak terima, dia terus meronta minta untuk dilepaskan.

"Salah Jefran sama loe apa?? Kita teman menit," bujuk Samuel yang tak mengerti apa yang terjadi dengan mereka. Dion boleh berkepribadian setengah perempuan tapi tenaganya sebagai laki-laki tak bisa di remehkan.

"Tanya aja sendiri salah bajingan ini apa?? Hey.. loe kasih tahu sama mereka loe bajingan kayak apa!!" Jefran yang sedang menyeka darahnya hanya diam. Tatapannya yang biasanya bengis itu meredup lemah. Dalam hati Jefran menyesal telah memperkosa Aina.

"Dimana Aina, gue pengen ketemu dia. " Pertanyaan Jefran menyulut api keamarahan di hati Dion. Santai banget dia nanyain Aina.

"Loe gak perlu tahu dia sekarang ada dimana. Yang jelas mulai saat ini. Loe bukan temen gue lagi Jef, loe penjahat!! Loe udah culik sama perkosa dia."Perkataan dion Membuat Mike dan Samuel saling menatap. Berarti dugaan Mike kemarin benar kalau Aina di perkosa bukan bercinta dengan rela. Kemana otak sepupunya itu? Sedang Samuel masih tak mengerti, dia ada di jurang kebimbangan. Masak ya cowok sekeren Jefran yang bisa dapatin cewek mana pun memeperkosa gadis biasa seperti Aina tapi kalau itu benar terjadi pantas saja Dion marah. Seperti masih mencerna lama apa yang disampaikan Dion. Kalau itu alasan Dion memukul Jefran. Mereka bisa apa?? "Jauhin Aina!!" Ancam Dion untuk yang terakhir kalinya.

Begitu Dion pergi menyisakan tinggal Samuel, Jefran dan Mike yang tak tahu harus berbuat apa. Mereka hanya saling diam. Sebelum akhirnya Mike yang buka suara.
"Gue emang brengsek Jef, gue akui suka gonta-ganti cewek di belakang Kanya tapi kita nglakuin karena sama-sama suka. Tapi loe culik cewek dan perkosa dia. Loe kelewatan."

"Jadi loe beneran perkosa Aina?" tanya Samuel yang merasa bodoh, tak tahu apapun.

"Beneran, bukan hanya perkosa tapi culik juga bisa di bilang nyekap kalau gue gak datang." Mike bicara dengan santai. Namun hatinya miris, bagaimana kalau yang menimpa Aina terjadi pada orang terdekatnya. Pasti Mike akan sangat marah sekali. Jefran yang merasa bersalah hanya diam menunduk lalu merosot di lantai yang dingin.

"Banyak cewek yang di luar sana mau sama loe, bahkan nyodorin tubuh mereka secara cuma-cuma tapi kenapa loe pilih perkosa Aina!!". Timpal Samuel yang tak habis pikir. Jefran ini idola, kalo mau tinggal pilih salah satu fansnya. Bukan malah melakukan pemaksaan.

"Gue cinta sama dia, gue kalap waktu mamah bilang Aina dapat beasiswa. Selama ini Aina ngajarin gue karena udah bikin kesepakatan sama mamah. Gue marah, karena merasa cinta Aina gak tulus dan gue juga gak ingin dia pergi." Mike menepuk pundaknya, ia memang kecewa karena Jefran melakukan hal serendah itu. Tapi ia turut andil dulu saat kedua sejoli itu putus.

"Aina itu pinter, usianya sepantasnya dapat beasiswa itu. Loe harusnya jangan berpikir pendek. Loe udah hancurin masa depan dia Jefran, kesalahan loe fatal."  Mike mencoba menasehati. Banyak cara agar Jefran tetap bersama Aina tanpa melukai gadis itu. "Loe takut ditinggal Aina tapi setelah perbuatan loe kemarin. Gue yakin Aina bakal ninggalin loe."

Mike bersama Samuel berjalan pergi meninggalkan Jefran sendiri. Biar kawan mereka berpikir tentang kesalahannya. Mike sudah tahu lama sifat Jefran yang posesif akan sesuatu namun tak menyangka jika sepupunya itu sampai melakukan hal di luar kewajaran atau nekat.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Atas bujukan Lena, Aina mau dibawa untuk visum. Yah walau dia memasang ekspresi ketakutan setengah mati. Lena juga membawanya ke psikolog. Saat di hipnoterapi, dia sampai menangis dan menjerit sangat keras. Dari situ Lena tahu bahwa Aina mengalami trauma berat.

Agar Aina sedikit rileks, ia membawa gadis itu ke Spa. Selain untuk merileks kan pikiran, pijatan dalam spa akan membantu menghilangkan pegal-pegal di tubuh Aina akibat seks maraton yang ia alami.

"Mbak, habis di Spa. Anak saya tolong potong rambutnya sedikit dan dandani dia," Perintah Lena pada salah satu kapster.

"Baik Bu."

Keputusan Lena sudah bulat merubah penampilan Aina menjadi lebih baik. Tak ada kaca mata, rambut kuncir kuda dan seragam longgar. Ia akan lahir kembali menjadi Aina Septa yang baru. Bukan gadis buruk rupa dan cupu tapi gadis cantik yang tak akan menunduk didepan si tersangka pemerkosa. Lena akan mengajari Aina menjadi wanita kuat. Tak akan lagi air mata anak itu yang akan menetes. Ia akan membuat Aina kembali ceria sampai melupakan peristiwa kelam yang ia alami.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

"Njel, gue gak mau keluar mobil." Angel dan Aina sudah masuk sekolah. Sekarang mereka berada di parkiran mobil. Angel geram menunggu Aina yang tak mau keluar.

"Ai, loe masih takut. Tenang ada gue kalau loe diapa-apain sama Jefran. Gue sama Dion yang bakal ngadepin tuh cowok." Bukannya takut tapi ada hal lain yang membuat Aina risih.

"Gue gak bisa keluar pake seragam kayak gini." Sebenarnya tak ada yang salah dengan seragam yang Aina pakai. Dia kelihatan cantik malahan, seragamnya begitu pas.

"Apa lagi sih, loe udah cantik banget." Inilah alasan Kenapa dia tak keluar-keluar mobil. Dandanan yang menurutnya berlebihan. Rambut hitam panjangnya tergerai indah dan seragamnya yang pas di badan membuat Aina tak percaya diri.

"Gue hapus dandanannya ya? Gue juga pake jaket." Tawar Aina. Yah make up cuma bedak sama liptin doang mau dihapus dan seragam baru masak mau ditutupin pake jaket.

"Cepetan gak pake lama... gak ada jaket ya . Loe keluar sekarang!!" Perintah Angel yang setengah menarik tangannya paksa. Mau tak mau Aina bergegas keluar walau mesti menarik-narik roknya.
"Udah loe pegang tangan gue, mukanya ngadep ke depan. Gak usah nunduk. Emang loe mau mungutin apa dibawah??"

Dihembuskan nafasnya pelan pelan. Kamu bisa Aina, jangan takut, jangan lemah, apalagi menangis. Masalah ada untuk dihadapi. Aina yang kemarin udah mati. Sekarang jadilah Aina yang baru.

Aina melangkahkan kaki, Angel dengan erat terus menggenggam tangannya. Angel ini benar-benar baik. Selalu ada di saat senang dan terpuruk. Apalagi tante Lena, ibu Angel . Beliau seorang yang hangat, memberi Aina semangat untuk bangkit.

"Kak Angel,,," panggil seorang anak laki-laki yang sedang memegang bola. Membuat Aina dan Angel menghentikan langkah mereka.
"Ini siapa kak?? Murid baru?? Anak kelas berapa? Nama nya siapa? Minta nomernya dong!!" Pertanyaan beruntun dari anak yang bernama Atma itu membuat Angel risih.

"Diem loe anak kecil. Dia kakak kelas loe. Hargai dikit!! Pakai kenalan segala. Minum susu dulu sana biar tambah tinggi. Minggir loe!!" Hardik angel sambil menggeret Aina untuk lanjut berjalan.

Baru beberapa langkah ada  saja anak lelaki yang minta kenalan. Begitu seterusnya sampai mereka masuk ke dalam kelas 3 IPA1.

Di dalam pun, para perempuan berbisik-bisik ketika melihat perubahan Aina yang begitu derastis. Anak perempuan lebih banyak mencibir sedang anak laki-laki banyak yang terpesona dan pura-pura sok akrab.

"Tuh kan jadi heboh,  gue jadi gak konsentrasi buat belajar."

"Jangan dipikirin, loe mikirin omongan orang sama aja bunuh diri. Jelek dibilang salah, cantik dibilang genit. Serba salah kalau hidup mikir omongan orang."

Benar juga sih tapi risih juga ditatap oleh beberapa anak lelaki. Ada yang terang-terangan minta kenalan dan jangan lupakan anak perempuan yang lambenya nyinyir menatap Aina dengan pandangan tak suka.

Saat istirahat tiba, Aina dan Angel hanya berdiam diri dikelas karena sudah dibawakan bekal oleh Lena.

"Woiii ngapain cuma dikelas aja? Keluar yuk!" Ajak Dion yang baru datang.

"Gue juga mau keluar tapi Aina gak mau." Dion cukup mengerti ketakutan Aina tapi apa iya selamanya dia bersembunyi.

"Ayo keluar lihat anak-anak main sepak bola."

"Gak kalian aja." Aina tetap saja berkeras ingin berdiam diri. Akhirnya dengan terpaksa Dion dan Angel menyeret Aina keluar menuju lapangan. Sampai di sana benar saja dugaan Aina, mereka bertemu banyak orang. Dari mulai anak kelas satu sampai kelas tiga.

Jefran yang melihat Aina dengan segala perubahannya, terkejut. Bukannya terpesona, Jefran malah menggeram marah. Ia tak suka para siswa lelaki yang memandang Aina penuh minat dan terang-terangan mendekati gadis itu.

"Gue tahu kenapa loe sampai suka sama Aina," ujar Mike dengan nada mengejek. "Ai, ibarat permata yang belum diasah. Belum kelihatan kilapnya." Jefran mendengus tidak suka, Aina bahkan lebih berharga dari sekedar batu permata. "Tapi sayang saat mengkilat seperti ini, permata itu kehilangan cahayanya akibat telah dirusak oleh tangan laki-laki." Perkataan terakhir Mike menyindir Jefran atas perbuatan bejatnya kemarin.

"Sialan loe, nyindir gue. Mata loe tolong dikondisikan jangan lihat barang milik orang." Di.ancam seperti itu Mike malah terkekeh.

"Biar tuh cewek bekas loe gue masih  mau. Tangan mantan kapten tim basket itu terkepal erat. Menahan emosinya, kalau saja mereka bukan saudara dan tidak akan berada di tempat yang ramai sudah pasti Jefran akan dengan senang hati melayangkan bogeman.

Tanpa menghiraukan ucapan Mike. Jefran menghampiri Aina . Ia sudah sangat merindukan gadisnya itu. Apa bisa Aina disebut gadis lagi? Setelah percintaan mereka yang panas kemarin. Dia berharap semoga benihnya kemarin menjadi janin.

Sedang Aina yang berada di pojok lapangan, waspada melihat Jefran menuju ke arahnya. Ia meremas tangan Angel keras-keras sampai sang sahabat memekik kesakitan.
"Loe kenapa Ai?"

"Gue takut. " Keringat dingin mulai membasahi telapak tangan. Wajah yang semula cerah kini menjadi pucat pasi.

"Hai sayang, gimana kabar kamu?? Aku kangen sama kamu. Kamu kenapa ngilang. Aku cariin kamu di seluruh apartemen tapi kamunya udah gak ada. Harusnya kamu nunggu aku bangun," Seperti diingatkan peristiwa terkutuk itu. Aina ketakutan, bayangan tubuh Jefran menungganginya seperti kaset rusak. Hilir mudik hinggap di benaknya. Membuatnya terpaku bagai mayat hidup. Sampai tangan lancang Jefran menyentuh lengannya.

"JANGAN SENTUH GUE!!" Jeritan Aina menarik perhatian para siswa lain yang berada di lapangan. Ia berjalan mundur sambil menangis lalu memegangi kepalanya, menjambak rambut dan kemudian berlari pergi. Tak peduli jika Angel mengejar dan memanggil manggil namanya. Yang ia butuhkan hanya tempat aman untuk bersembunyi.

Tanpa Aina tahu, lapangan basket heboh. Didetik-detik Aina pergi, Dion dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Jefran lalu mendaratkan sebuah pukulan. Beberapa anak dengan susah payah melerai mereka berdua.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top