hujan
Dion bersiul sambil menggenggam tangan Angel. Di tangannya sudah ada kunci mobil Dika. Ia bingung laki-laki itu dengan rela dan ikhlas memberikan mobilnya untuk mereka bawa pulang. Dika memilih naik motor bareng Ronald.
"Kok kita langsung masuk mobil, gak nungguin Aina sama Dika?" Tanya Angel yang membawa milkshake dan waffle panggang.
"Enggak usah, Aina kita tahu. Dia dibawa sama Jefran. Dika malah naik motor sama Ronald. Orang patah hati bisa jadi gila. Mobil ampe di kasihin ke orang."
Angel bingung tapi sudahlah gak penting juga mau tahu.
"Loe mau milkshake nya?"
"Ogah ya!! Joinnan sama loe sama nularin otak lemot sama dodol loe sama gue. Berteman sama loe, Aina. Gue berasa nelen kulit duren tauk. Kalian bikin tenggorokan gue sakit. Aina polos banget, dan loe miss lemot!!" Angel yang sebal memukuli lengan Dion berkali-kali.
"Setan loe! Sembarangan kalau ngomong!!"
"Loe tahu kebodohan kalian apa? Yang satu gak peka, sahabatnya naksir, gak sadar. Terus loe!! Loe naksir cowok tapi lemot gak gerak-gerak. Diem aja, loe tahu padahal hari ini kesempatan bagus loe buat deket sama Dika. Dia lagi potek hatinya."
"Apaan loe!! Ngomong ngelantur. Cepetan cabut!!" Tapi saat Dion menyalakan mobil dan ingin bergegas pergi. Ia berteriak histeris.
"Babang tamvan,,, tamvan-tamvan kere!! Ih bensin mobilnya mau abis. Eike sebel... sebel... sebel!!" Angel langsung tertawa terbahak-bahak.
"Yah, masak nebeng mobil gak ngisi bensin. Loe orang numpang gak tahu diri."
🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢
Dika kini tengah menikmati waktunya bersama Ronald di sebuah cafe. Ia belum mau memesan hanya melihat buku menu dengan tatapan kosong.
"Eh Dika." Jawil Ronald dengan tangannya. "Orang patah hati bisa jadi ngenes ya? Naik motor angin-anginan, terus sekarang lihatin bukuk menu." Ronald tahu patah hati sakit rasanya tapi gak gini juga kali. "Oh... Aina kenapa kamu tega pada abang. Hati abang kamu patahin!! Kamu tega... tega..."
Dika yang sadar kalau dirinya disindir. Melihat Ronald dengan sengit lalu ia memanggil pelayan.
"Kita mau pesen dua chees cake sama lemon squash dua. Kalau bisa lemonnya yang banyak biar asem."
"Loe mau bikin gue sakit perut?" Tanya Ronald sengit. "Gak sekalian loe pesen aja jus pete campur pare."
"Mood gue jelek, bisa gak loe hibur gue sedikit aja. Jangan ngledek gue..."
"Iya yang lagi sensi makanya kalau suka bilang aja. Jangan di pendem sendirian tuh cinta. Lagian tiap hari berangkat pulang sekolah bareng terus tetanggaan juga. Banyak kesempatan loe buat bilang suka masak bisa kalah cepet sama orang lain. Udah gituh saingannya Jefran. Ibarat kata loe itu negara Ethopia nglawan korea selatan. Yah loe kalah, kalah modal, kalah tampang, kalah strategi." Dika masih merenungkan semua penyesalannya, memang betul penyesalan selalu datang terlambat.
"Terus aja loe jatuhin gue!"
"Move on deh loe, cari cewek lain atau loe tungguin Aina. Bentar juga mereka putus. Kalau Aina patah hati terus nangis kesempatan loe bagus itu."
"Loe kok doanya gituh." Dika sangat menyayangi Aina sampai kalau ada yang menyakiti gadis itu. Ia tak terima. Aina itu baik, polos dan tak pernah berpikir buruk terhadap orang.
"Lah kan bagus loe bisa jadi pahlawan kesiangan kalau mereka putus. Merentangkan tangan buat nyambut Aina. Jadi penghibur dia." Walau sebagian apa yang dikatakan Ronald benar. Entah Dika harus jadi yang mana, jahat atau sok baik!?
🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳
Aina melirik orang yang sedang menyetir di sebelahnya, belum ada yang mau membuka suara. Mungkin Jefran lelah dan memilih konsentrasi menyetir.
"Kenapa loe pakai pakaian kayak gini?" tanya Jefran dengan nada bicara yang agak sedikit meninggi.
" Emang apa yang salah? Pendek dikit sih." jawaban yang mengecewakan mana ada lelaki yang mau paha kekasihnya dikonsumsi banyak orang. Jefran lelaki yang posesif, menginginkan Aina hanya untuk dirinya sendiri.
"Loe inget apa yang gue omongin kemarin. Jangan dandan cantik kalau gak sama gue." Aina mengerjab ngerjab matanya tak percaya, benar- benar pacaran dengan pemuda di depannya ini. Tampan iya, kaya apalagi tapi sifat posesif dan diktatornya itu yang sulit dibantah. Sabar Aina resiko kamu cinta sama Jefran .
" Iya gue inget, besok-besok gak bakal gini lagi. Sekarang gue mau makan, laper. Cari makan yuk." bujuk Aina supaya sang kekasih tak ngambek lagi.
"Heem, mulai sekarang jangan pake loe-gue ya ai!.aku gak suka." Satu point lagi, Aina harus sopan sama pacar sendiri.
Mata Aina tampak memicing saat mobil Jefran melewati sebuah warung mie ayam bertenda biru di sebelah kiri jalan.
" Jefran, berhenti disitu." Tunjuk jemari lentik gadis pemilik hati Jefran itu pada sebuah warung kecil tapi banyak pengunjungnya.
"Ngapain?"
"Yah cari makan lah!!"
"Yakin? Kita gak makan di restoran atau cafe?" Perut Jefran sedikit tak enak melihat penampakan warung kecil yang kelihatan kumal dan tak higienis. Seumur hidupnya Jefran tak pernah makan di atau sembarangan. Paling mentok makan di kantin sekolahan.
"Iya mie ayamnya enak Jefran."
"Tapi kan tempatnya gak meyakinkan gituh?" Aina tahu arah pembicaraan Jefran kemana?Pacarnya ini kan orang kaya yang dari kecil pasti tak pernah makan di pinggir Jalan. Apalagi harus dusel-duselan sama banyak orang.
"Boleh beli tapi makannya di taman aja jangan di situ." Aina mendengus tak suka tapi dari; pada gak makan. Punya pacar yang beda selera itu kita yang bakal banyak-banyak ngalah.
Aina memesan 2 mie ayam dan 2 botol air mineral. Dan membawa makanan itu untuk duduk di bangku taman terdekat. Untung dia memesan mie ayam mangkuk pangsit jadi tak usah meminjam mangkuk. Jefran sudah duduk duluan, sambil mainan hp.
"Nih, gue beliin kamu sekalian." Nampaknya Jefran menatap jijik ke arah makanan yang dibawa Aina . Dasar manusia yang gak pernah susah, gak pernah bisa menghargai makanan.
"Kenapa lagi, gak mau makan ya udah." Aina dengan cuek memakan mie ayam sendirian. Masak bodoh penting perut kenyang tapi kenapa Jefran malah menatapnya seperti anak anjing yang minta di elus.
"Kamu tega, aku juga laper." Ribet nih lakik, katanya jijik.
"Kamu lihat makanannya ogah-ogahan gituh. Gimana aku mau tawarin?"
"Kamu bujuk, suapin aku kek apa gimana".
"Astaga Loe rempong banget dari pada cewek." Dengan terpaksa Aina menyuapi Jefran. Pertama hanya satu suapan selanjutnya bersuap- suap sampai mie ayam itu tandas. Mukanya gak doyan tapi mulutnya nagih.
"Ai, ternyata kadang penampilan itu menipu." Iya kayak gue yang ketipu sama muka dewa Yunani loe, eh nyatanya loe Dewa, dewa kematian Hades.
"Mie ayam yang aku kira gak enak ternyata luar biasa. Kapan-kapan kita makan di warungnya aja."
"Tadi siapa yang ngajak makan di taman, untung gak ada kucing. Kamu bisa gak kenyang." Jefran malah tertawa melihat mulut Aina yang maju beberapa centi.
Tiba-Tiba hujan turun, awalnya hanya rintik-rintik namun kemudian deras. Aina dengan cepat segera berlari, tapi tangannya dicekal Jefran.
"Gak usah kemana-kemana, aku belum mandi hujan-hujanan sekalian". Dasar kampret, kalau situ sakit sini juga ikutan sakit dong.
"Jef, loe bisa sakit. " Aina dengan sekuat tenaga menarik Jefran agar segera berteduh. Apa enaknya hujan-hujanan, masa kecilnya kurang bahagia. Jefran malah tersenyum dan tanpa diduga malah menyeret kembali tangan Aina untuk berlari kencang, berteduh di dalam mobil.
"Hujannya lumayan deras, nih tisue buat ngelap. Sorry jadi basah kan?" Aina mulai mengelap badannya dari mulai muka, leher, tangan, sampai paha dan kaki. Sialnya otak mesum Jefran yang sudah off lama, sekarang malah mode on. Melihat lekuk tubuh Aina yang tercetak jelas karena basah, ia meneguk ludah kasar. Badannya terasa panas, nafsunya jadi menggebu, doble sial Lagi karena Aina tak menyadari kalo gerakan erotisnya tengah dinikmati oleh orang di sampingnya.
"Tissu lagi dong Jefran." Aina belum sadar, bahwa ada yang mau menerkamnya. Menyadari Jefran yang tak kunjung menyodorkan kotak tisue. Dia menoleh, alangkah terkejutnya. Tubuh Jefran sudah condong ke arah Aina . Bibir lelaki itu sudah menyambar bibirnya, menciumnya kasar dan penuh gairah. Tak sampai disitu, tangan Jefran sudah berada di belakang, meraba punggungnya lalu bergerak turun mengelus pinggang sebelum menaikkan tubuh Aina ke atas pangkuannya.
Mereka berciuman dengan sangat intim, lidah mereka semakin membelit, ciuman Jefran semakin turun ke area leher. Meninggalkan jejak merah di sana. Darah mudanya mendidih, mencium leher saja rasanya tidak cukup. Jefran kemudian membuka kancing dress yang Aina pakai dengan tergesa-gesa. Melihat gundukan dada Aina, ia gelap mata. Selama pacaran dirinya tak pernah sejauh ini. Paling cuma meremas itu pun si perempuan yang menggoda. Mereka sama-sama terhanyut dalam gairah. Sampai tak menyadari jika kemeja Aina sudah terlempar ke belakang.
Terdengar bunyi klik ketika pengait bra terlepas. Nampaklah dua gundukan dada yang putih serta berukuran lumayan besar. Jefran takjub untuk beberapa saat sebelum menyerang dua benda sensual itu dengan brutal. Jefran hanya mengikuti nalurinya sebagai laki-laki yang punya nafsu tinggi.
Aina jelas merintih, rintihan sakit sekaligus enak. Aina tak paham dengan reaksi tubuhnya yang malah menikmati perlakuan Jefran. Di sela-sela nafsu yang tengah menggelora dan membutakan arah.
Aina tak sadar jika tubuh bagian bawah Jefran sudah mengeras di bawah tindihan pantatnya. Benda keramat milik laki-laki sudah tegak lurus. Aina belingsatan ketika Jefran sudah menggesek-gesekan tubuh bagian bawah mereka. Gesekan itu yang awalnya pelan kini semakin cepat dan cepat. Bibir Jefran tak diam, ia sibuk mengulum bibir Aina yang mungil sambil satu tangannya meremas.
Rasanya benar-benar nikmat. Gesekan itu membuat Jefran menggila dan akhirnya klimaks. Kepala Jefran terasa pening, ia senderkan ke bahu Aina. Jefran butuh lebih dari ini sedang gadis yang berada di pangkuan, pasalnya Aina merasakan sesuatu yang lengket dan basah.
"Jef... ini apa?"
"Kita tadi baru aja make out dan ini hasilnya. Sekarang gue butuh lebih dari ini, loe mau kan?" Jefran dengan lihai mengelus bahu depan Aina yang tak tertutupi apapun. Sadar pakaiannya bagian atas sudah hilang, Aina panik dan segera turun mencari. Aina yang baru sadar kalau tubuhnya setengah telanjang. Bergegas turun namun Jefran malah tak mau melepasnya. "Aina... Aku mau ada di dalam kamu." Di dalam? Aina mencerna lama, namun perkataan Jefran selanjutnya membuatnya mati berdiri "Kalau loe takut hamil kita bisa gunakan kondom, kalaupun gak pake gue bakal tanggung jawab kalau loe hamil."
Yang di maksud di dalam adalah hubungan intim yang menghubungkan alat kelamin. Gila, sejauh ini saja hubungan mereka bisa di katakan kelewatan apalagi sampai freesex
"Aku gak mau Jefran. Kita belum boleh nglakuin itu."
"Why? Gue bakal tanggungjawab sama loe". Janji busuk, ingat laki-laki di hadapannya ini adalah sesosok playboy yang telah banyak mematahkan hati. Apa ini termasuk dalam rencana Jefran. Setelah berhasil merenggut mahkotanya dirinya akan ditinggal. Bukannya banyak sekali kabar kalau Jefran suka meniduri para gadis lalu setelah itu mencampakkan. Aina tak mau menjadi salah satu dari gadis yang Jefran hisap madunya kemudian di buang bak kotoran. Tapi untuk beranjak susah karena tubuhnya telanjang dan pakaiannya jauh di jangkau.
"Anak seumuran kita tahu apa soal tanggung jawab. Jefran, gue mau turun. Gue gak mau melakukan kesalahan fatal. Seks before married gak ada di dalam kamus hidup gue." ujarnya tegas dan langsung turun ketika pegangan Jefran mengendur. Untunglah Aina dengan sigap langsung memakai bra dan juga pakaiannya.
"Kenapa bukannya sekarang anak seumuran kita udah biasa nglakuin itu." Dahi Aina nampak berkerut tajam sambil berusaha mengancingkan pakaiannya.
"Mereka bisa gituh tapi gue nggak!!" Jawab Aina galak. Berbicara banyak dmegan laki-laki yang otaknya cuma selangkangan memang sulit.
"Loe gak cinta sama gue? Kalau cinta kenapa Loe gak mau?" Lelah, satu rasa yang sekarang Aina punya. Jefran ini dasarnya kan pemaksa, tapi Aina sadar diri jika pacaran di sertai hubungan seks jatuhnya tak sehat. Karena mereka secara tak langsung akan terikat.
"Jangan Loe samain cinta sama nggak berdasarkan mau gak pasangan Loe diajak melakukan hubungan seksual. Cinta sama seks itu beda. Daripada kita berdebat masalah yang jelas jelas beda pandangan lebih baik gue pergi!! "
Brakk
Aina keluar dari mobil Jefran. Kebetulan saat itu ada taksi lewat jadi ia langsung mencegatnya.
"Aina... Jangan pergi!!! Kalau loe pergi,,, gue bakal ninggalin loe. Gue bisa cari cewek lain yang mau diajak ML sama gue. Bukan loe, cewek kampungan yang gak berkelas dan gak asyik. Loe bakal nyesel karena udah nolak gue".
"Terserah!!". Aina tak peduli, ia langsung masuk ke dalam taksi. Walau jujur perkataan terakhir Jefran begitu menyakitkan.
Jefran marah, ia marah karena mendapat penolakan. Apa salahnya coba melakukan hubungan yang lebih intim, toh mereka pacaran. Bahkan kalo Aina minta tanggung jawab Setelah lulus dia bakal nikahin Aina. Perasaannya campur aduk, mungkin selama ini yang dibilang Mike benar. Aina gak sungguh-sungguh mencintainya. Dulu kalau bukan Jefran yang memaksa, mana mau Aina jadi pacarnya.
Dengan emosi Jefran mencengkeram setir mobil, melajukan mobilnya dengan kencang. "besok lihat saja ai, emang cewek cuma loe doang" .
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top