Beasiswa


Sungguh Aina benci ini, bertatap muka dengan lelaki yang telah memberikannya luka batin yang begitu dalam. Tapi bagaimana lagi Ia harus profesional, teguhkan hatimu Aina. Semua akan baik baik saja, Kamu hanya cukup mengajar 1 jam lalu pulang.

Tok... tok... tok...

Ceklek

"Eh Aina udah dateng," sapa Amanda, ibunya Jefran. "Tante kemarin kemarin udah nunggu kamu, eh kamunya gak dateng dateng. Ada yang mau Tante kasih."

"Ada apa ya tante??"

"Ada deh, masuk dulu aja." Kemudian Amanda memanggil Jefran untuk turun. Namun Bukan hanya Jefran yang turun Tapi Jovan juga.

"Kak ai, kangen sama kakak. Lama gak ke sini. Apa kakak lupa sama Jovan?" Aina mengusap kepala Jovan , benar-benar manis beda sama orang yang dibelakangnya.

"Sore Aina." Tuh kan orangnya nongol. "Kita belajar bersama kan hari ini?" Iya iyalah dia udah di sini masak mau pulang lagi. Kata-Kata dari mantan ibarat racun. Niat mantan cuma nyapa eh dikira nyindir. Dan Aina masih setia pasang mode bisu. Males mesti ngeluarin air ludah buat mantan yang biadab kayak Jefran.
"Kita belajar di atas aja ya?" Eh atas Itu bukan kamar cowok ini kan??

"Dimana aja terserah asal jangan di kamar loe," jawab Aina ketus tapi jawaban yang tak bersahabat Itu sukses membuat Jefran tersenyum.

"Tenang aja kak, Jovan ikut kalian belajar kok." Senyum Jefran langsung hilang. Nasib-nasib kenapa dulu dia gak musnahin nih piyik waktu belum netes alias masih di perut mamah.

Mereka bertiga naik ke lantai 2. Ternyata ruangan yang dimaksud adalah ruang santai yang berada di dekat balkon. Aina mengeluarkan beberapa lembar latihan soal yang diperolehnya dari perpustakaan. Menyuruh Jefran untuk mengerjakannya tanpa banyak bicara. Jefran sadar betul kesalahannya terlalu berat. Ia pantas menerima hukuman ini, dibenci oleh orang yang yang ia cintai.

"Jef, ada yang gak kamu pahami?"

"Ada,,,"

"Apa?" tanya Aina ketus.

"Aku gak paham, Kenapa kita gak balikan lagi? Padahal perasaan Kita masih sama, saling cinta." Apa dia kata? Setelah semua sakit hati yang Aina alami. Ia masih ingat bagaimana teganya Jefran mengkhianatinya. Laki-laki kampret ini ngajakin balikan? Di kira hati manusia kayak gorengan. Di goreng gosong tinggal di balik.

"Prinsip gue, gak ada kata balikan buat mantan."

"Ai, Apa loe gak bisa Maafin gue?".

"Gue bukan tipe pendendam tapi sayangnya Gue punya otak mudah inget sama sesuatu dan susah lupa. Begitupun kesalahan loe Jef. " Aina menarik nafas dalam-dalam. Kalau menghadapi pemuda ini tiba-tiba kesabarannya tergerus habis "Dan ibarat kata luka yang loe kasih masih sakit-sakitnya terus loe bilang gak apa-apa padahal perih banget. Dan akhirnya loe cuma ngasih plester buat nutupin. Tanpa loe tahu kalau luka itu bisa infeksi."

"Kalau kita jadi teman bisa kan?" Minimal kalo jadi teman, Aina bisa ia dapatkan lagi suatu hari nanti.

"Sorry, gue punya kualifikasi buat orang bisa jadi teman gue." Biar dikira sombong. Emang nih cowok pantes digituin. "Temen buat gue harus yang punya kesamaan. Sedang dunia sama level kita beda." Iya kita aja beda Alam Jef, loe itu setan dari alam baka.

Bagi Jefran ini merupakan kode keras kalau memang Aina tak akan menyediakan celah agar mereka bisa balikan lagi. Huh Sepertinya perjuangannya akan lumayan berat dan memeras keringat.

Berhubung jam belajar mereka sudah habis. Aina pamit pulang tapi Jovan menahannya.
"Kak, jangan pulang dulu kata mamah. Kita di suruh ke bawah buat makan." Mohon Jovan . Mana Aina sanggup menolak kalau yang meminta saja unyunya kayak gini. Gak apa-apa makan dulu, perut ain juga sudah lapar.

"Iya kakak akan makan sama kamu." Bukan cuma Jovan yang senang, Jefran juga. Ada kalanya si piyik berguna.

Aina mengambil tasnya lalu turun tangga diikuti kedua kakak beradik itu menuju ruang makan. Amanda menyambut mereka dengan senyum lebar, selayaknya seorang ibu yang bahagia menyambut anak anaknya pulang.

"Ai, Tante seneng kamu mau makan di sini. Tante tadi buat red velvet cake loh. Pokoknya kamu harus coba." Ibunda Jefran sangat antusias sekali. Maklum saja dia kan sudah lama tidak makan bersama seperti ini. Walau yah masih sepi juga suaminya terlalu sibuk.

"Aina mau apa, tante ambilin."

"Gak usah tante biar Aina ambil sendiri." Dari tadi Jefran hanya tersenyum melihat interaksi mereka berdua. Seperti mertua dan menantu yang akur. Andai ia tak melakukan pengkhianat itu, mungkin saat ini Jefran akan memperkenalkan Aina sebagai kekasihnya.

"Mah, Jovan mau diambilin juga dong. Tapi kak Ai yang ambilin ya?" Tuh piyik suka banget ambil kesempatan dalam kesempitan. Minta dipites. Umpat Jefran sambil menatap Jovan dengan murka.

"Sini kakak ambilin.." Aina mengambil nasi, lauk serta sayur mayur meletakkannya pada piring milik Jovan.
"Nih makan yang banyak supaya cepat tumbuh besar."

"Ai, gue ambilin sekalian dong!!" pinta Jefran. Kalau ada Amanda kan gak mungkin menolak. Yah benar kan Aina mengambilkan makanan untuk Jefran. Tapi saking kesal tak bisa menolak. Ia mengambil sambal yang banyak biar pemuda itu sakit perut.

"Mau Loe ngambilin gue, sambal satu mangkok juga bakal gue makan kalau itu dari tangan loe." Amanda hampir tersedak Mendengar ucapan Jefran. Ada apa dengan mereka berdua. Putranya juga banyak berubah akhir akhir ini.

"Kalian pacaran?".l

"Nggak"

"iya"

Tuhkan, keduanya memberi jawaban yang berbeda.

"Gak kok tante kita gak pacaran," jawab Aina grogi Karena jawabannya tak sepenuhnya benar.

"Iya mah, kita kemarin pacaran tapi sekarang udah putus," Suasana makan mendadak canggung. Amanda sekarang paham apa yang merubah perangai putranya akhir-akhir ini. Ternyata penyebabnya adalah Aina. Sayang mereka putus padahal Amanda suka sekali dengan gadis cerdas ini. Tak mau terlalu memikirkannya atau ambil pusing, lebih baik Amanda memberi kabar baik untuk Aina.

"Tante ada kabar baik buat kamu Aina, Monash university menerima pengajuan beasiswa kamu." Aina yang tengah makan langsung meletakkan sendok. Matanya yang tadi sempat sinis kini menatap penuh minat. Setelah kesedihan ternyata ada kabar gembira. Setidaknya kabar ini bisa mengobati rasa patah hatinya.

"Beneran tan,??"

"Iya, beneran Aina tapi kamu gak bisa milih jurusan. Kamu keterima di jurusan hubungan internasional. Gak papa kan??" Tentu aja gak papa, Aina bersyukur banget bisa mendapatkan beasiswa Itu.

"Gak apa-apa tante, Harusnya Aina yang berterima kasih Tante udah usahain beasiswa Itu buat aku." Amanda memandang gadis itu lekat-lekat. Aina penuh semangat dan tekad pasti suatu nanti dia akan jadi perempuan hebat.

"Ini kan janji Tante sama kamu karena kamu udah mau ngajarin Jefran belajar". Mendengar namanya disebut Jefran langsung menoleh.

"Mamah buat janji sama Aina?" tanya Jefran yang penasaran. Apa sebenarnya yang tengah mereka bicarakan. Yang jelas ia tak tahu- menahu dan merasa bodoh.

"Iya, dulu Aina gak mau ngajarin kamu tapi Mamah bujuk. Mamah janjiin dia beasiswa dan dia mau. Mamah tau sebenarnya Aina udah idam-idamin itu beasiswa lama banget." Jadi selama ini Aina mau mengajarinya bukan karena tulus dari hati tapi karena sebuah beasiswa. Bolehkah Jefran bersedih?? Tapi dimana pun kampus Aina berada, Jefran akan juga menempuh pendidikan di sana.

Tanpa di sadari Aina melihat sorot matanya yang kecewa. Ada perasaan bersalah hinggap di dasar hatinya tapi ditepisnya jauh-jauh. Gak sebanding sama sakit hati yang ia rasakan.

"Ohww tapi Monash University itu di Jakarta mana ya? Kok aku gak pernah denger." Dasar si Jefran otak nya dodol, begoknya kebangetan.

"Jef, Jangan malu-maluin mamah. Itu universitas di Australia. Alamat lengkapnya ada di mbah google. Kamu cari sendiri!" Seketika itu Jefran terkejut. Aina akan kuliah di luar negeri. Tak sulit Jefran ikut belajar di sana tapi Aina yang sepertinya ingin pergi jauh darinya dan bodohnya Jefran tak sadar jika telah di manfaatkan gadis itu untuk mendapatkan beasiswanya. Nafsu makannya hilang, seketika Jefran meletakkan sendok serta garpu menarik kursi lalu berjalan pergi.

"Ngapain tuh anak, pergi tanpa pamit." Aina ingin cuek tapi jujur ia merasa bersalah. Jefran pasti kecewa sekali saat tahu kalau Aina tak tulus mengajari dirinya.

"Paling ngambek mah...., " jawab Jovan menimpali.

"Udah dimakan yang Aina, biarin aja Jefran. Paling dia cuma balik ke kamar." Kabar beasiswanya memang menggembirakan tapi ekspresi kecewa Jefran yang tak bisa ia acuhkan.

"Aina pamit pulang aja tante. Aina udah selesai makan". Hanya sebuah alasan. Ia ingin cepat-cepat pulang, tiba-tiba dadanya sesak, mengingat kemarahan Jefran tadi. Tapi apa yang tersisa dari mereka? Hanya hubungan sebatas mantan. Cinta pertama memang sulit di lupakan tapi tak mungkin kan akan berakhir hingga mereka dewasa nanti.

"Gak makan kuenya dulu?"

"Gak usah takut kemalaman tan. Aina pulang dulu ya!" Ia mengambil tangan Amanda lalu mengecupnya.
Persetan dengan perasaan Jefran, ia mencoba tak peduli. Lambat laun pemuda itu juga akan melupakannya tapi kenapa pipi Aina basah, air matanya sudah mengalir deras. Sialnya cintanya pada Jefran masih bercokol amat kuat.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Tanpa Sepengetahuan Amanda, Jefran keluar rumah mengendarai mobil menuju basecamp. Tempat biasa ia ngumpul dengan teman temannya. Sampai di sana Jefran berjalan menuju sandsak yang menggantung, meninjunya habis- habisan, melampiaskan amarah. Dia marah kenapa Aina tak pernah bicara tentang beasiswa Itu padanya. Aina hanya mempermainkannya, kata-kata cinta gadis itu hanya sebuah bualan. Aina memanfaatkannya, Jefran tak terima. Ia tak akan membiarkan Aina pergi atau lari darinya. Gadis itu harus di beri pelajaran.

"Hey,,, Jef, Loe kenapa??" tanya Marko yang baru saja meletakkan alat lukisnya di dalam kardus.

"Gak apa-apa, Loe bisa panggil Tiger Sekarang?"

"Oke, gue panggil. Tunggu aja dulu." Sebenarnya dalam hati Marko bertanya-tanya. Ada urusan apa Jefran sampai memanggil Tiger.

Setelah menunggu hampir 10 menit, seorang pemuda penuh dengan tatoo berlari tergopoh-gopoh menghampiri Jefran.

"Kenapa Jef, kata Marko loe cari gue?"

"Loe butuh uang kan?? Gue ada tugas buat loe." Tentu saja Tiger butuh uang, untuk membeli obat- obatan terlarang yang biasa ia konsumsi.

"Tugas apaan, asal loe gak nyuruh gue bunuh orang aja." Jefran malah terkekeh.

"Gak, gue nyuruh Loe buat culik orang". Tiger mengerutkan dahi. Nyulik orang?? Pekerjaan yang mudah sih.

"Siapa?"

"Entar gue kirim biodata sama fotonya. Yang jelas orang itu cewek."

Tiger semakin tak mengerti. Ada urusan apa Jefran sampai repot-repot menyuruhnya menculik perempuan. Ah bodo amat yang penting bayaran dari Jefran lumayan besar. Kemudian Tiger merinding sendiri ketika mendengar Jefran yang tertawa mengerikan.

Cinta yang Jefran miliki di tukar dengan sebuah beasiswa dan selama ini Aina melakukan segalanya hanya untuk sebuah reward kuliah gratis. Jefran tak pernah terima jika Aina pergi menjauh hanya karena beasiswa konyol yang tak penting itu. Bagaimana pun caranya Aina akan ia beri pelajaran hingga gadis itu tak akan pernah dapat lupakan

🐹🐹🐹🐹🐹🐹🐹🐹🐹🐹🐹🐹🐹

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top