adik kakak
Seperti kesepakatannya dengan nyonya Amanda. Aina berangkat menepati janjinya untuk menjadi guru les private untuk putra pemimpin yayasan.
Aina menapaki perumahan elite yang tidak jauh dari sekolah. Sesaat kaki Aina terasa berat mengamati rumah rumah besar di depannya, ia merasa kagum dan juga takut." Nyonya Amanda sekaya itukah." Aina bergumam sendiri lalu menepuk jidatnya karena melupakan sesuatu ."Nyonya Amanda kan pemillik yayasan wajar kalo kaya banget."
Aina melihat seorang satpam sedang berjaga di bilik kecil milik rumah besar yang ia tuju.
"Pak, apa betul ini rumah Nyonya Amanda?" Satpam itu meniliti penampilan Aina dari bawah sampai atas wajar sih penampil Aina yang mirip gembel. Pasti ia dikira akan mencuri.
"Oh ini non Aina yang mau ngajar putranya nyonya?" Aina tersenyum lega, ternyata pikiran negatifnya salah."Iya pak saya Aina."
"Sudah ditunggu non sama nyonya." Pak satpam itu membukakan pintu gerbang. Aina takjub mengamati taman bunga rumah milik nyonya Amanda. Indah bunganya warna warni ada air mancur ditengahnya. Rumah ini bak istana di negeri dongeng bercat crem dan juga gold.
Saat Aina sampai di depan pintu utama rumah, pintu itu sudah terbuka. Seorang anak kecil berumur sekitar 7-8 tahun muncul di balik pintu. Ia yang sedang berlarian tiba- tiba memeluk pinggang Aina setengah menubruknya.
" Tolongin Jovan kak, Jovan dikejar sama orang jahat." Anak kecil asing itu memeluk Aina semakin erat."Jovan mau diracun!" Tak berapa lama tampak wanita paruh baya datang tergopoh-gopoh dengan membawa sepiring makanan.
"Den Jovan jangan lari-larian, ayo makanannya dimakan," bujuk wanita paruh baya itu yang tidak lain adalah pengasuh Jovan .
"Gak mau Jovan gak suka sayur!!" Jovan mengeratkan pelukannya sambil menyembunyikan wajah di cerukan perut ramping Aina .
Aina mengusap wajah Jovan membungkuk menyamakan tinggi badannya dengan anak laki-laki itu."Hai anak ganteng kenapa gak suka makan sayur padahal kamu tambah ganteng kalo makan sayur. Sayur juga bikin badan kamu sehat dan kuat."
Jovan tampak menimbang-nimbang perkataan Aina." Tambah ganteng ya? Aku bisa tambah ganteng donk dari kakak," ucapnya ceria." Lebih kuat dari kakak?"
"Iya pasti."
" Kalau gituh Jovan mau makan sayur tapi yang nyuapin kakak cantik." Baru kali ini dia dibilang cantik saat memakai kacamata. Ternyata ada lelaki yang tidak melihat fisik, sayang Aina harus menunggunya 10 tahun lagi,keburu jadi tante-tante.
Aina baru ingin meraih piring dari tangan pengasuh Jovan tapi Amanda sudah keburu datang.
"Eits kakak cantik ada urusan sama mamah dulu Jovan." Jovan kecewa tapi tak berani membantah sang mamah. Ia memilih mengikuti kemana Amanda membawa kakak cantiknya pergi."Mari masuk Aina!!"
"Bik, buatin tamu saya minum, " perintah Amanda pada salah satu ARTnya.
Jovan yang dari tadi mengekori Aina dan memilih duduk tenang di sebelah Amanda tapi pandangannya tak lepas dari kakak cantiknya .
"Maaf Ai,bJovan emang gituh suka manja nggak ngerti sitkon."
"Gak apa-apa nyonya, Jovan anak manis kok jadi kapan saya bisa mulai memberi pelajaran tambahan untuk Jovan." Jovan bersorak senang di dalam hati, kakak cantik datang untuk mengajarinya.
"Ai, jangan panggil saya nyonya tapi panggil tante." Aina mengangguk paham."Bukan Jovan yang mau diajarin les tapi kakaknya." Aina nampak bingung, kakak Jovan? Mana? ia tidak melihat ada anak lain yang menyambutnya.
Terdengar derap suara langkah kaki yang berasal dari arah tangga. Seorang pemuda turun hanya memakai kaos oblong, celana pendek dan tak lupa sandal jepit.
"Jefran ganti baju sana!! ada anak gadis gak sopan kamu pakai boxer aja." Jefran tersenyum jahil ke arah Aina kemudian ia mengambil duduk di samping gadis yang ia suka.
"Ini celana pendek mamah!! Jefran masih pake boxer kok didalamnya. Kalau gak percaya lihat sendiri!!" Amanda memijit pelipisnya karena pusing. Bisa-bisanya putranya ini dengan tak tahu malu duduk tenang di samping Aina padahal gadis itu sudah menggeser tubuhnya hingga jarak duduk mereka lumayan jauh.
Aina benar-benar tak menyangka kalau ia akan dihadapkan dengan Jefran. Menjadi guru les Jefran, yang benar saja. Jujur ia merasa terjebak dengan keadaan ini, mau mundur tak bisa karena Aina sudah membuat kesepakatan dengan Tante Amanda.
"Kenapa kakak cantik ini harus jadi guru kakak sih mah? Jovan yang lebih butuh guru bukan kakak!! Kasihan kan kakak cantik, dapat murid yang begoknya kaya Kak Jefran." Merasa tak terima dengan perkataan adiknya, Jefran memiting leher Jovan.
"Diem loe!! Gue pites loe piyik kalau ngomong gak sopan ke gue lagi!!"
"Jefran, lepasin adik kamu!! Dia kesakitan!!" Amanda mencoba melerai kedua putranya saat melihat Jovan hampir kehabisan napas.
"Mamah belain aja dia terus!! Makanya omongannya gak bisa dijaga!!"
Jovan lahir di saat umur Jefran 10 tahun. Ia tak menyukai Jovan dari kecil karena tak mau kasih sayang orang tuanya di bagi. Jefran berharap Jovan terlahir sebagai anak perempuan bukan laki-laki.
"Jefran, dari pada kamu ribut terus sama Jovan mending kamu belajar sama Aina sana!!" Seketika senyum di bibir Jefran terbit, belajar berduaan sama dengan Aina itu maunya sedang Aina memasang wajah ketakutan saat dengan santainya Jefran menggandeng tangannya. "Kita belajar ke kamar aja yuk, Ai!!"
"Enak aja kamu ngomong!!" Jefran langsung disembur oleh sang mamah. "Kalian belajar di balkon."
Aina menghembuskan nafas lega tak berduaan dengan pria berotak kotor ini di kamar.
"Demi keamanan bersama, Gimana kalau Jovan ikut mereka belajar?"
"Mamah setuju, dari pada mamah juga was-was ninggalin dua remaja ini hanya berdua aja."
Sialan Jefran tak mengharapkan ini terjadi,dapat gangguan dari tikus kecil seperti Jovan.
🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top