Episode 20
-Jika semua sudah tidak bisa lagi kau kendalikan, maka serahkanlah kepada semesta. Biarkan semesta yang menentukan apa yang akan terjadi nanti.-
- - -
Vie berjalan pelan. Entah sudah berapa kali ia melewati jalan yang sama. Ujung sepatunya pun sudah berpuluh kali menendang batu kerikil di sepanjang jalan yang dilewatinya. Vie sangat syok ketika mengetahui bahwa Leon menyukai Dyni, seseorang yang sangat disayanginya.
Namun, Vie harus bagimana? Menyerah? Dan membiarkan Nona Y menang? Sepertinya Nona Y memang begitu paham seluk beluk hidupnya saat ini. Vie merasa bahwa dirinya sekarang tengah dipermainkan di atas tangan seseorang yang bahkan wujudnya pun masih tanda tanya.
Sudah lebih dari satu jam yang lalu sekolah dibubarkan. Bahkan di hari jum'at ini jika saja tidak ada anak ekskul basket yang berlatih di lapangan sekolah untuk tournament daerah, mungkin sekolah sudah ditutup. Vie memunda kepulangannya karena ia masih belum mempersiapkan hati untuk menghadapi Dyni. Bahkan, Vie berkilah bahwa ia masih ada keperluan bersama kelompok belajarnya. Alhasil, Dyni telah pulang duluan bersama Leon yang mengaku akan mengunjungi suatu tempat yang searah dengan rumah mereka.
Vie mengacak rambut frustasi. "Semesta rasanya nggak adil banget." Binar matanya memantulkan langit yang dihiasi banyak gumpalan awan.
Vie menarik napas dalam, ingin rasanya berteriak jika saja suaranya bisa tidak terdengar. Senyap ditelan angin.
Di detik selanjutnya, Vie kembali berjalan. Pandangannya kini jatuh ke bawah, ia memandang sepanjang jalan tanpa melihat ke depan. Hanya ujung-ujung sepatu hitamnya yang kini memandu jalan dan menyita perhatiannya.
Gesekan itu berhenti. Sepasang sepatu menyentuh ujung sepatunya. Vie mendongak, mengangkat wajahnya. Melihat siluet objek yang terbiaskan cahaya Matahari.
"Kak Willy," ujarnya pelan. Namun, Willy tahu. Gadis itu tengah menahan getaran suaranya.
Willy tersenyum. Meski cukup susah untuk mata telanjang Vie yang menangkap ekspresi dari wajah Willy karena cahaya terang di belakangnya.
Willy memutar pundak Vie. Mendorong gadis itu untuk berjalan. "Ayo, pulang."
° ° °
Bukan pertama kalinya Vie berboncengan dengan Willy, sebelumnya dia pernah diantar pulang oleh Willy dan berakhir dengan mejanya yang penuh saus, kecap, dan lainnya.
"Kak, aku pikir setelah ini akan ada fans kakak yang marah-marah lagi." Suara Vie beradu dengan angin yang ikut melaju membelah jalanan.
"Udah, peduli amat sama netijen!" Willy berkata dalam helm full face-nya, membuat suaranya tidak terlalu jelas.
"Ohiya kak, aku mau laporan." Vie sedikit meninggikan suaranya, tak ingin kalah besar dengan suara angin atau pun deru kendaraan di sekitarnya.
"Siap. Laporan diterima!" ujar Willy masih dengan nada bercanda.
Vie mumukul pelan pundak yang dibalut hoodie maroon itu. "Ih, akukan belum ngomong!"
"Yaudah, bentar."
Vie mengernyit, Willy melambatkan laju motornya dan mulai menepi.
"Turun," titahnya. Namun sepertinya Vie masih belum mengerti.
"Turun, Vie. Kita cerita sambil makan es kacang merah, aku haus."
Vie ber-oh panjang seraya memanggutkan kepala. "Tapi ak-"
"-Aku traktir!" tukas Willy cepat.
Mendengar kata-kata 'traktir' nggak mungkin Vie melewatkannya. Begini-begini, Vie adalah tipe manusia pencari gratisan.
"Oke," jawabnya antusias dan segera memilih tempat untuk duduk. Pilihannya jatuh di bawah pohon tak jauh dari gerobak pedagang kaki lima penjual es.
"Jadi, apa isi laporannya?" kata Willy membuka pembicaraan.
Sembari menunggu es mereka dihidangkan, tidak ada salahnya bukan memulai lebih awal pembicaraan?
"Tadi, aku ... aku baru tahu kalau Leon menyukai Dyni."
"Apa?" Willy terbelalak dengan perkataan Vie. "Leon? Suka Dyni?"
Vie mengangguk.
"Apa Dyni juga menyukai Leon?"
Vie menggelengkan kepala.
"Baguslah," jawab Willy lega. Vie mengerutkan kening, Willy yang melihat ekspresi Vie lantas berkata, "Jangan bilang kalau kamu nggak tahu?"
"Iya." Vie menjawab dengan lugunya.
Willy mengusap kepalanya kasar. "Oh, God!"
° ° °
"Vie! Kamu tahu nggak aku tadi darimana?" Dyni tampak antusias mengajak Vie mengobrol.
Ditemani secangkir coklat hangat dan serial televisi kartun kesukaannya, mereka duduk di atas sofa panjang.
"Emang darimana?" tanya Vie seraya menyesap coklat hangatnya.
"Dari taman!" Dyni masih antusias. Vie dapat melihat kegembiraan dari binar matanya.
"Taman komplek?"
Dyni mengangguk. "Kamu tahu nggak? Aku ada kabar gembira!"
"Apa? Kamu ketemu kucing persia? Ketemu uang? Atau ketemu cogan?"
"No! Aku ... aku tadi di kasih es krim!"
Vie menautkan alis. Kini ia berfokus memandang kembarannya. "Es krim?" Vie mengulangi perkataan Dyni, berharap telinganya tak salah dengar. Hanya karena dibeliin es krim dan Dyni menjadi bahagia seperti ini? Bukankah Vie juga kerap kali membelikan Dyni es krim? Dan Dyni tidak sebahagia ini.
Dyni mengangguk. "Emang dibeliin siapa?" tanya Vie yang mendekatkan duduknya ke dekat Dyni.
Dyni merapat, membisikkan satu persatu kata ke telinga Vie.
"Aku ... dikasih Leon es krim. Katanya ... aku manis, ngademin kayak es krim."
Vie terbelalak, belum sempat ia komentar, Dyni sudah kembali berbisik.
"Terus, aku dikasih cotton candy! Katanya ... aku manis lagi, dan ... aku selembut kapas. Leon bilang, dia suka!" Dyni tak henti-hentinya tersenyum, wajahnya sudah memerah bak kepiting rebus. Ada kupu-kupu merah jambu yang berterbangan di dalam hatinya.
"Aku selembut kapas. Leon bilang, dia suka." Kata-kata itu terus terngiang di telinga Vie. Vie tertegun beberapa saat, berbeda dengan Dyni. Kini hatinya bagaikan ditusuk ribuan keping es yang lancip. Selain melukai, juga membekukan sebagian perasaannya.
"Kamu ... juga suka Leon?" tanya Vie terbata.
Dyni masih belum menyadari perubahan pada wajah Vie. Ia dengan antusias mengangguk. "Ya, dia baik. Aku suka!"
Vie menggigit bibir bawahnya. "Aku harus gimana ...." Vie membatin. Dadanya terasa sesak. Tanpa sadar cairan bening sudah menggenang di pelepuk mata.
° ° °
Hatiku Telah Kau Miliki
Meski Kamu Belum Menyadari
Izinkanlah Ku Tuk Berharap
Semoga Nanti Kau Beri Kesempatan
Dan Aku Sadar
Aku Tak Sempurna
Kamu Pantas
Dapatkan Yang Lebih
Semoga Kau Dengar Lagu Ini
Meski Kau Pantas
Dapatkan Yang Lebih
Yang Lebih Dari Aku
Kamu Pantas
Mimpi Mimpi Yang Aku Punya
Hanya Ada Kamu Didalamnya
Hanya Itu Yang Aku Bisa
Seperti Pungguk Yang Merindukan Bulan
Dan Aku Sadar
Aku Tak Sempurna
Kamu Pantas
Dapatkan Yang Lebih
Semoga Kau Dengar Lagu Ini
Meski Kau Pantas
Dapatkan Yang Lebih
Semoga Kau Mau Melihatku
Karena Tak Ada Yang Mencintaimu
Yang Lebih Dari Aku
Kamu Pantas Dapatkan Ku ....
Entah mengapa, malam ini Vie hanya ingin memutar dan mendengatkan lagu-lagu melow. Sampai saat playlist-nya memutar lagu dari Ost. sebuah film yang dinyanyikan oleh Prilly Latuconsina, 'kamu pantas'. Matanya pun perlahan mulai terpejam, Vie terlelap dalam buaian sinar rembulan yang masuk melewati celah-celah gorden.
° ° °
•to be continued•
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top