Episode 16
Sudah hampir memasuki waktu dua minggu sejak surat kesepakatan bersama Nona Y. Berarti, Vie masih punya waktu sekitar empat minggu lagi sebelum waktu yang diberikan oleh Nona Y berakhir. Sejauh ini, hubungannya dengan Leon sudah cukup membaik. Setidaknya nggak sekaku dan sedingin saat awal-awal bertemu.
Namun, apakah mungkin? Vie bisa mendapatkan hati Leon dalam waktu yang sangat singkat? Tidak lebih dari enam minggu? Meski harus Vie akui, dirinya masih sangat beruntung dan sungguh berterima kasih banyak kepada Willy yang telah membantunya sejauh ini.
Bukan hanya Vie dan Willy yang menjadi teman dan akrab satu sama lain, tapi juga Dyni dan Leon ikut berteman dengan Willy. Ditambah saat di kantin tempo hari, fakta bahwa Willy dan Leon adalah teman waktu kecil. Mereka berempat kerap kali beraktivitas bersama, salah satunya seperti makan di kantin.
Satu hal yang terlupakan oleh Vie, ia baru teringat bahwa masih ada satu tersangka yang memungkinkan. Yaitu, Zayan. Masih ingat dengan Zayan? Cowok yang waktu itu pernah terkena tumpahan air jeruk karena kecerobohan Vie.
"Iya, dia Zayan. Ketua kelas sebelas IPA satu, teman sekelas Dyni."
Meskipun Willy tengah terlihat fokus membalik lembar demi lembar halaman buku tebal di depannya, ia tetap memasang tajam telinga demi mendengar info terbaru dari Vie.
"Kak Willy!" Vie menendang ujung kursi di sebrangnya, Willy yang sedari tadi hanya menatap buku kini mendongak dan beralih menatap Vie.
Keningnya mengernyit seolah memberitahukan, "kenapa?"
"Dengerin aku ngomong nggak, sih?"
Willy mengangguk pelan. "Aku lagi akting Vie, biar nggak ada yang curiga."
Hampir setiap harinya dalam waktu dua minggu ini Vie dan Willy duduk di perpustkaan, di tempat yang sama. Bu Vita, penjaga perpust cantik itu pasti sangat hapal dengan keduanya.
Huft!
Vie menghela napas kasar. Ia mengacak rambut frustasi. "Jadi sejauh ini ada tiga tersangka. Pertama Amy, alasannya karena dia adalah rival Dyni di putri sekolah. Kedua, kak Ira. Nggak tahu kenapa dia kayak ada dendam kusumat sama aku, tapi yang lebih anehnya lagi dia dendam apa ke Dyni? Dia salah ngenalin kami atau gimana aku nggak ngerti.
Atau, dia sama Amy bekerja sama? Dia bantu Amy gitu karena sama-sama punya urusan yang mesti dituntaskan? Atau gara-gara ... astaga!" Vie terbelalak kaget karena pikirannya sendiri.
"Jangan-jangan karena waktu itu? Kak Ira nggak suka sama Dyni karena nggak rela kalau Dyni menjadi sorotan warga SHS? Jadi kak Ira and the genk ngeroyok Dyni terus direkam diam-diam? Jadi, waktu giliran Dyni yang beraksi, Dyni kelihatan kayak ngelakuin kekerasan terhadap kak Ira? Padahalkan itu Dyni cuma ngebela diri!" Suara Vie tak beraturan. Ia bingung sendiri dengan ucapan dan pemikirannya yang berbelat-belit.
Willy tampak tengah menganalisis, sesekali mengangguk entah karena apa.
"Terus, si Zayan-zayan tadi? Gimana?" tanyanya pada Vie yang sekarang tengah mengetuk-ngetukkan pulpen ke dahi.
Vie diam beberapa detik, tempurung kepalanya masih berusaha merangkai dan mengumpulkan informasi. Vie mendengkus.
"Waktu kelas sepuluh, aku baru inget kalau Dyni pernah cerita dia ditembak temen sekelasnya, namanya Zayan."
"Nama Zayankan banyak," tukas Willy tidak setuju dengan pendapat Vie.
"Banyak sih, tapi teman sekelas Dynikan cuma Zayan itu. Lagian nama Zayan Alviankan cuma ada satu di SHS." Vie mendelik sebal. "Lagian juga, alasannya masuk akal kok. Zayan bisa jadi dendam sama Dyni karena dulu pernah di tolak."
Willy bergeming di tempatnya untuk beberapa detik, sebelum ia membuka suara untuk mengatakan, "Oke, mari selidiki kasus ini sampai tuntas."
Vie tersenyum, dari dulu ia sangat suka bermain detektif-detektifan dan sekarang ia tengah menjadi detektif bersama teman barunya.
"Ayo."
° ° °
[Willy Z.]
-02:15 PM-
Vie
P
Aku masih ada kelas, sore baru keluar kelas. Kayaknya nggak sempet deh. Nggak jadi aja ya? Atau gimana?
P
Vie melihat notifikasi dari ponselnya. Nama Willy menyeruak di layar. Dengan lincah jemari Vie mengetikkan balasan.
[Vie Ciute Rat]
-02:16 PM-
Q
Q
Y, k.
Ak jg msh ad ursn. Ak tngg j.
Willy menekuk keningnya berlipat-lipat, tak habis pikir dengan adik kelasnya satu ini. Semakin hari tingkahnya semakin membuat geleng-geleng kepala. Bagaimana mungkin dan darimana dia belajar membalas pesan dengan singkatan-singkatan aneh seperti itu? Benar-benar hemat huruf!
[Willy Z.]
Nggak bareng Dyini?
[Vie Ciute Rat]
G. Dyni d plng.
Lagi-lagi! Willy hanya mendengkus.
[Willy Z.]
O K.
[Vie Ciute Rat]
K.
[Willy Z.]
Apa?
[Vie Ciute Rat]
G. Knp?
[Willy Z.]
Kamu manggil? "K"?
[Vie Ciute Rat]
Wkk! K = O K.
Willy mengacak rambut frustasi, dengan cepat ia menyimpan ponsel ke dalam saku almamater.
"Gini amat dah!"
° ° °
Setelah jam pulang, Vie tidak langsung kembali ke rumah karena ia harus menyelesaikan beberapa keperluan di klub seni. Dyni sudah pulang sejak satu setengah jam yang lalu bersama Leon. Sebelumnya, Vie sudah bilang kepada Willy lewat pesan bahwa ia akan menunggu di ruang seni. Jadi, Willy akan menghampirinya ke ruang seni setelah kelasnya berakhir.
Detik terus berjalan, jam sudah menunjukkan pukul empat lewat. Willy bergegas mengemasi peralatannya dan menghampiri Vie yang tengah menunggu di ruang seni. Mereka menyadari waktu yang semakin menipis dan mereka harus lebih serius.
Berjalan cepat dan setengah berlari, Willy terus menyeret langkahnya gesit menuruni anak tangga, melewati koridor panjang dan sampailah di depan pintu ruang seni.
Vie terperangah saat menyadari Willy telah berada di hadapannya, dengan tas yang menggantung sebalah di pundak kiri dan rambutnya yang acak-acakan karena angin membuat Willy terlihat keren maksimal.
Vie menelan ludah. "Astaga, mirip oppa korea!" Jantungnya menari-nari hendak melompat keluar dari tempatnya.
Vie baru akan memulai obrolan sebelum Willy maju selangkah, mendekat ke arahnya. "Ayo pulang," katanya.
Membuat Vie tampak mengernyit bingung, ia melempar tanda tanya besar kepada Willy, "Ada apa?"
Seolah tahu makna tatapan Vie, Willy mendekatkan kepalanya ke telinga Vie. Bergumam pelan setengah berbisik. "Kita lagi diikuti."
Vie mengedarkan pandangannya ke luar dan benar saja! Ada seseorang bersembunyi di balik pohon. Tak mau membuang waktu dan membuat kekacauan, Vie mengikuti ajakan Willy. "Ayo."
Mereka keluar meninggalkan ruang seni. Membuat si penguntit merasa kesal.
"Halo, Ra. Sorry, mereka udah pulang."
Tut... tut... tut....
° ° °
•to be continued•
With love,
akuhujan_
The author in the shadow.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top