Episode 13
"Ketika masa depan mempertemukanmu kembali pada masa lalu, maka apa yang seharusnya kamu lakukan?"
- - -
Full Day. Ya, SHS menerapkan sistem Full day. Yang mana hari sekolah dimulai dari hari senin hingga jum'at dan hari libur untuk sabtu-minggu.
Dimas dan Tami merupakan salah satu dari banyaknya contoh orang tua pekerja keras. Mereka jarang berada di rumah karena harus mengurusi pekerjaan kantor ke luar kota. Sejak umur si kembar sembilan tahun, mereka telah bisa ditinggal bepergian ke luar kota. Bahkan jika lama, Vie dan Dyni akan diantar untuk mengunjungi dan bermalam ke rumah nenek yang merupakan kampung halaman dari ayah mereka.
Baturaja, kota kecil yang mempunyai jarak tempuh kurang lebih empat jam dari palembang. Di sana, masa-masa bocah petualang terlukis dalam jiwa Vie dan Dyni, meski Dyni tidak seaktif Vie.
"Kakak, barang-barangmu sudah disiapkan?" tanya Tami sambil terus mengemas pempek, makanan khas palembang untuk dibawa sebagai oleh-oleh buat keluarga di Baturaja.
"Iya bunda, ini lagi kakak beresin," jawab Vie kepada Tami, kedua tangannya cekatan mengemasi benda apa saja yang akan dibawa untuk bertandang selama semalam di rumah nenek dan kakek, meskipun keduanya telah wafat, mereka tetap akan mengunjungi sanak keluarga di sana dan berziarah.
Tami sibuk mebereskan perlengkapan lainnya, sementara Dimas telah bergegas memasukkan tas ransel, koper, dan barang-barang lainnya ke dalam bagasi mobil.
"Belum selesai juga?" tanya Dyni yang kini tengah duduk bersantai di atas kasur spring bed king size dengan seprai bermotif frozen milik Vie.
"Belum. Sebentar lagi." Vie menarik beberapa lembar kaos di dalam lemari pakaian yang terbuat dari kaca.
Karena buru-buru, membuat Vie tidak sengaja menjatuhkan dua sapu tangan navy yang terletak di ujung lemari. Dyni yang sedari tadi mengamati, kini menimbulkan tanda tanya.
"Eh, Vie. Itu sapu tangan, kamu beli? Kok dua? Mau buat aku satu ya?" selidik Dyni kemudian turun dari tempat tidur dan melangkah menghampiri tempat Vie. Mengambil kedua sapu tangan yang terjatuh.
"Enggak." Vie menggeser kaca lemari, menutup. "Itu dikasih teman."
Dyni mengangkat sebelah alisnya, "Siapa?"
"Temen deh, temen pokoknya." Vie masih sibuk dengan menutup koper mini berwarna putih.
"Kak Willy, ya?" tebak Dyni yang sukses membuat air muka Vie berubah. Vie baru akan membuka mulut untuk menyangkal sebelum Tami mulai memanggilnya kembali.
"Kakak, Adek! Cepetan, nanti kesiangan. Bisa kena macet di jalan," peringat Tami pada kedua putri kembarnya.
"Iya, Bun."
"Yeah, Mom."
° ° °
Family time.
Begitulah kata keluarga kecil yang tengah berada di dalam mobil Fortuner hitam ini menyebutnya. Mobil dengan empat orang di dalamnya melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang belum terlalu padat.
Mereka bercengkarama apa pun yang terlihat di sepanjang perjalanan. Mulai dari awan yang kelabu dengan tambahan sedikit bumbu dongeng, gerombolan itik yang berenang di rawa-rawa tepi jalan, dan Jalan yang konon mistis karena banyak memakan korban jiwa.
"Pamali." Vie menegur Dyni yang bertanya seputar jalanan yang tengah mereka lewati. Dyni hanya mengedikkan bahu.
Setelah menempuh waktu sekitar kurang lebih selama empat jam, fortuner hitam yang dikendarai Dimas telah melewati palang ucapan "Selamat Datang di Kota Baturaja" yang berarti mereka telah memasuki area kingstone. Harus kembali menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga puluh menit untuk benar-benar sampai ke tempat tujuan.
Memasuki pusat kota, Vie menilik kanan kiri menembus kaca jendela yang tertutup. Banyak bangunan yang telah di upgrade menjadi lebih modern. Hanya ada beberapa rumah panggung di pinggir jalan, selebihnya telah beralih menjadi rumah minimalis dan rumah modern. Ada banyak deretan ruko yang menjual berbagai jenis barang di sepanjang jalan. Beberapa juga terlihat kedai kecil penjual makanan yang tengah beraktivitas dan pedagang kaki lima yang menggerek gerobaknya untuk dijajalkan kepada orang-orang berlalu-lalang yang mungkin berminat membeli.
"Apa di sini juga ada mall?" tanya Vie kepada Tami dan Dimas.
"Iya, belum lama ini sudah di bangun City Mall Baturaja, dan kemarin juga sudah ada Ramayana." Tami tampak antuas menjelaskan sambil mengigit apel yang dibawanya dari rumah.
"Kamu mau ke mall?" Dyni melirik Vie, ia tidak mengerti mengapa kembarannya itu malah bertanya tentang mall. Seolah mall-lah yang menjadi incarannya ke Baturaja.
"Nggak, cuma nanya aja. Enak kali kalau kita ada temen di sini, trus ajak meet up di mall. Seru, kan?"
Dyni menghela napas panjang lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela. "Emang kamu punya teman di sini? Iya kalau inget, kalau enggak?"
° ° °
Baturaja, kota yang dikenal dengan sungai ogannya ini sangat dirindukan oleh Vie. Meski dirinya tidak terlalu banyak kejadian apa saja yang pernah ia lakukan dulu, tapi setidaknya ada beberapa kenangan indah yang sangat penting tak terlupakan oleh memorinya.
Bohong bila Vie tidak merindukankan sosok nenek yang dulu selalu menemani Vie bermain ketika Dyni enggak untuk keluar. Kakek? Sudah meninggal bahkan sebeluk Vie sempat melihat dunia.
Matahari sudah turun seperempat langit, ditutupi oleh awan-awan yang sepertinya menuruti kemauan Vie. Cuaca tidak terlalu panas, angin datang mengacak-acak surai gelombang Vie yang digerai.
Duduk di bawah pohon rindang yang mengarah ke tepi sungai kecil dengan arusnya yang lembut. Gemericik-gemericik yang dihasilkan dari gesakan air dan bebatuan sedang yang tersebar di sepanjang sungai menambah keaktifan ingatan tentang masa kecil Vie.
Hanya sedikit yang berubah dari tempat yang tengah dipijaknya sekarang, selain bangunan yang terus di-upgrade, selebihnya masih tetap sama. Di sepanjang sungai masih banyak ditumbuhi oleh bunga-bunga seruni dan ada bunga hias yang sengaja di tanam di sepanjang tepi sungai. Jalan setapak pun telah dibuat dan dipercantik dengan semen dan bebatuan, membuat tempay ini tampak dirawat.
Vie menutup mata, menghirup banyak-banyak oksigen yang mampu membuatnya mengangkat sedikit banyak kilasan tentang sekelebat masa-masa indah. Vie mengingat tentang hal yang belum pernah ia katakan terus terang pada Dyni, tentang Vie yang dengan lancangnya memakai gelang kesayangan Dyni tanpa sepengetahuan si empunya.
"Mungkin aku harus kasih tahu Dyni tentang itu, walau sudah sangat lama sekali ...."
Telinga Vie menangkap tajam bunyi pijakan kaki yang menerjang kerikil-kerikil di tepi jalan setapak. Vie membuka mata. Tidak terlalu jelas karena objek terlalu jauh. Vie memicingkan mata, "Leon?"
Sedetik kemudian ia tersentak. "Apa? Leon!" Vie dengan cepat bangkit berdiri, mengibaskan sepannya yang mungkin kotor oleh dedaunan kering yang diduduki.
Seorang anak perempuan berusia sekitar tujuh tahun berlari-lari kecil mendahului Leon. "Bang, abang, ayo cepat! Adel mau ke sana!" Telunjuk kecil gadis bernama Adel itu mengarah ke Vie.
Meski kecil, namun kemampuan larinya tidak bisa diragukan. Adel sudah sampai lebih dulu ke tempat Vie, dengan akrabnya ia menyapa kakak perempuan yang bahkan baru ditemuinya. "Hai Peri Sungai, aku Adel." Adel mengulurkan tangannya, menyapa ramah Vie yang dipanggilnya dengan sebutan 'Peri sungai'.
Vie tergelak. "Apa? Dia manggil aku 'peri sungai'?"
Dengan cepat meraih uluran tangan gadis kecil berkepang dua di depannya. "Halo adik manis, nama kamu, Adel? Wahh cantik sekali." Puji Vie sambil tersenyum sampai membuat matanya tenggelam.
Air muka Adel tampak sumringah. Ia menoleh ke belakang. "Bang Leon, cepetan ke sini!" teriaknya. "Peri sungai Adel udah ketemu."
Adel beralih mengamati Vie. "Peri, itu abang Adel. Namanya, Leon." Ia maju selangkah, menggerakkan tangan memberi kode agar Vie mendekat.
Vie menunduk. Adel membisikkan sesuatu yang membuat Vie terpingkal-pingkal.
"Ganteng, nggak? Kata orang sih bang Leon itu ganteng, tapi kalau kata Adel mah, enggak! Dia suka nggak mau kalo Adel ajak ke sini. Jadi Bang Leon nggak ada ganteng-gantengnya." Suara imut Adel tersengar menggelitik di telinga Vie.
Vie menegakkaan badan. Matanya terbelalak, membulat dengan sempurna ketika Leon sudah berada di hadapannya.
"Hai, Vie," sapa Leon yang berhasil membuat jantung Vie berdetak dahsyat.
° ° °
•to be continued•
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top