Surabaya, 3 Januari 2021

Duduk dengan bersandar di dadanya menikmati hari minggu yang tenang di apartemen milik orang tua. Ditemani saluran televisi yang sejak tadi terabaikan. Kami terlalu asik berdua.

Secara sengaja aku menulis di depan Radit. Aku ingin dia tahu bahwa aku akan menghidupkan dua kali dari hidupku lewat tulisan yang aku bua. Semua rekaman pecakapan di antara kami pagi ini akan aku tulis di mana masa aku mengandung janin dalam rahim. Ya aku hamil.

Sekitar pukul sembilan pagi dia meminta aku untuk membuatkannya kopi. Aku segera berangkat ke dapur saat itu aku sedang memaksukan pakaian Radit yang sudah berbulan-bulan terabaikan ke dalam mesin cuci. Bukan berarti dia jorok, aku tahu selama berbulan-bulan dia juga tidak menyangka harus menghirup aroma rumah sakit setiap harinya.

Aku menghidangkannya di atas meja, lalu berjalan menuju kamar dan mengambil buku merah ini di dalam koper. Aku kembali lagi dan duduk bersandar di dadanya. Dia akhirnya bertanya waktu itu buku apa yang aku bawa. Aku pun secara cuma-cuma membuka lembaran kaleidoskop, dia hanya tersenyum dan memintaku untuk menulis.

Bisa di bilang dia hanya mengusap rambutku, sambil menyeruput kopi dan menontom televisi. Dia juga sesekali mencium pipiku dengan singkat seolah dia ingin aku perhatikan atau mungkin dia ingin aku menuliskan aksinya di sini.

"Kemarin aku dapat kiriman lowongan perkerjaan dari Rendy sahabat kamu itu," katanya.

"Serius?" kataku yang berhasil diucapkan sisanya aku jawab dengan aku menulisnya di sini.

Oh iya aku lupa cerita sama kamu bahwa Rendy dan istrinya tinggal di Surabaya pertengahan tahun lalu. Tuhkan Beb dia itu baik. Ngomong-ngomong perkerjaan apa? Tapi sepertinya kamu akan diperkerjakan di kafe barunya deh.

"Sebenarnya kamu mau memberiku pertanyaan apa? Perasaan dari tadi kamu terus yang jawab," katanya kesal. Ya, aku hanya sedikit menahan tawa karena aku yang mengusulkan Rendy untuk mengajaknya berkerja.

Kalau cocok ya tidak apa terima saja.

"Aku hanya sebagai konsultan di bisnisnya, tapi sepertinya dia butuh modal dan aku bisa bantu akan itu jadikan kami berdua bisa bagi hasil."

"Loh, kenapa aku tidak tahu tentang ini ya? Wah, Rendy minta aku hajar, kenapa dia gak cerita dulu ke aku sih."

"Katanya dia akan datang nanti sore."

"Serius kamu Beb? Jangan bercanda..."

Sebentar, kenapa tiba-tiba aku merasa mual?

Ya, kau pasti bisa menebaknya apa yang terjadi denganku. Sama aku pun juga, aku langsung bergegas menuju laci di dekat tempat cuci-strika untuk mengambil testpack. Dengan bergetar hati aku mencobanya. Hasilnya pun garis dua.

Aku langsung berlari menuju ke ruang tengah dan melopat ke atas sofa. Radit seketika terjingkat melihat aku datang. Tanpa banyak bicara waktu itu aku langsung menyodorkan testpecak di hadapannya.

"Sayang, ini serius?" katanya dalam nada menggebuh-gebuh.

Aku langsung menganggukan kepala. "Aku sudah mencobanya tiga kali ini dan hasilnya sama."

Radit langsung mendekapku dalam pelukan lalu menakan bibirku dengan bibirnya, mencium puncak kelapaku, pipiku, mataku, telingaku, leherku dan terakhir dia mencium perutku lalu mengusapnya secara perlahan. Kau tahu aku melihat aura bahagia yang membara keseluruh tubuhnya. Ya, sebentar lagi aku akan menjadi ibu.

"Beb, nanti sore aku sama Veona sudah punya janji untuk pergi kedokter kandungan."

"Veona siapa?"

Aku lupa memperkenalkan Veona kepada Radit waktu pernikahan kami kemarin. Mungkin waktu itu aku melihat wajahnya tampak tidak suka dengan Rendy. Ya, Veona adalah istri dari Rendy dia perempuan pujaan hatinya yang dulu dia perkenalkan lewat foto padaku.

"Kamu kan ada perbincangan bisnis dengan Rendy jadi biar aku dan Veona melakukan kegiatan lain dengan pergi ke dokter."

"Baiklah, tapi besok kalu sudah gede kandungannya aku mau kita bersama ke dokter."

Aku hanya menganggukan kepala. Boleh jadi aku merasa sangat mengantuk, aku tidak tahu lagi hendak menulis apa. Aku harus pergi tidur sekarang. Jika kau tahu setelah ini adalah tulisanku setelah aku bangun dari tidur pagiku.

Aku pergi ke dokter kandungan sekitar pukul empat sore karena sudah mengatur jadwal sebelumnya, kebagian sore ini. Pergi bersama Veona mengendari mobil milik Rendy aku yang menyetir. Kalau tidak salah mengartikan Veona adalah wanita yang pembawaanya lembut ramah sekali. Walaupun aku dan dia tidak terlalu sering berhubungan namun nyatanya dia bisa megikuti duniaku. Kau tahu kami berdua sama-sama hamil. Bedanya Veona lebih dulu empat bulan.

Saat di dokter pun kami seperti sahabat yang merencanakan kehamilan secara bersama dan pergi ke dokter bersama. Dokter yang memeriksa kandungan kamipun tertawa geli ketika tahu kami sama-sama hamil. Aku melihat janin Veona dari hasil USG. Dia tampak tersenyum bahagia melihatnya aku pun juga. Akhirnya bisa melihat keturunan dari sahabatku.

Saat tiba aku yang diperiksa kabar yang menurutku adalah kabar burung. Bagimana tidak kata dokter kehamilanku adalah kehamilan yang berisiko. Ya, aku sudah menduganya sebelumnya. Saat aku sakit dulu tekanan darahku melebihi batas normal dan aku tidak pernah memeriksanya lagi setelah keluar dari rumah sakit.

"Mungkin ibu terlalu kecapean, jadi sebaiknya ibu..."

Sebelum aku mendengar lebih jelas aku sudah menyela pembicaraan dokter tersebut. "Saya juga dokter, saya tahu apa yang harus saya lakukan. Mungkin dokter ada masukan selain saya harus menjaga tubuh saya."

"Saya akan memberikan vitamin untuk ibu, jadi ibu jangan khawatir janin ibu pasti akan baik-baik saja."

Selama perjalanan pulang setetes demi setetes air mataku kian menetes. Aku sudah tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Radit ketika mendengar ini semua.

Ya, sekarang, ketika aku menulis ini, sepulang dari dokter kandungan, Radit sedang pergi bersama Rendy, aku sendirian di apartemen duduk di atas tempat tidur sembari mengingat kejadian tadi sore. Rasanya aneh. Paginya aku merasa bahagia dan sorenya aku merasa sedih. Aku telah dipermainkan dengan perasaanku sendiri. Aku tidak berani mengatakan ini kepada Radit. Aku takut takut dan takut sekali.

Aku serahkan diriku kepada tuhan. Jika memang bayi ini layak hidup di bumi maka aku akan berusaha mempertahankannya di dalam perutku sampai pada waktunya dia akan melihat indahnya dunia. Aku tidak ingin apa-apa diusia muda pada janinku. Aku hanya ingin dia lahir dengan sempurna. Bisa jadi dia adalah pria yang gagah atau wanita yang lebut. Aku ingin dia tahu bahwa dunia lebih indah karena aku yang menyanginya dengan tulus.

((BERSAMBUNG))

Cinta yang menghidupkan dunia, terlahir dari jiwa yang mengerti arti memiliki.

Kisah Cinta Aila dan Radit

Lamongan, 11 April 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top