Bab 9. Lukas & Leon

...Setiap orang pasti mempunyai masa masa kelam...

Narator pov

Setelah kejadian semalam,Loki dan Renata kembali akur.Namun,itu hanya berlaku malam itu saja.Karena...

"Apa kau bilang bocah?!",ucap Renata dengan nada yang ia naikkan satu oktaf.

"Aku bukan bocah tau!!",balas Loki dengan nada yang tak kalah tinggi dengan milik Renata.

"Hanya karena usiamu lebih tua dari kami.Bukan berarti kau memandang rendah ke kita semua!",sambung Evelyn yang tentu menambah kericuhan.

Bagaimana tidak?,sebelumnya Evrlyn mencoba melerai pertikaian antara Loki dan Renata.Tapi ia kebawa suasana karena Renata menekan tombol yang salah sehingga membuat Evelyn ikut bergabung dalam pertikaian tersebut.

Sementara itu,Rendi hanya menghela nafas panjang sambil memijat mijat keningnya yang sepertinya pusing mendengar suara milik Loki,Renata dan Evelyn.

Sedangkan Scarlet tak menghiraukan ketiganya.Ia sedang membaca buku sambil bersandar di mulut gua.Lukas juga sama,ia tak mau ambil pusing dengan kelakuan kedua murid dan temannya.Seperti biasa,ia sedang meminum teh panas sambil memandangi alam di kejauhan.

"Bisakah kalian berhenti?!",seru Rendi.Namun,semuanya tak mengubrisnya dan masih saling mengejek.

"Scarlet",tanya Rendi kearah Sarlet.

"Hm?",kedua iris ungu milik Scarlet masih terfokus ke dalam buku yang ia baca.

"Berapa harga kacang sekarang ya?"

"Gak tau.Mungkin mahal sekali",balas Scarlet tanpa melihat kearah Rendi sedikitpun.Ia sedikit terkekeh dengan jawaban yang ia berikan.

"Oh,memangnya terbuat dari apa sih?.Sampai mahal sekali",sambung Rendi.

"Ngak tau,tapi kayaknya dari emas deh.Harganya juga aku dengar jutaan",balas Scarlet sambil menahan tawa.

"Oh",Rendi juga terlihat sedang menahan tawa.Sampai Akhirnya,keduanya tak tahan lagi dan tawa mereka pecah.Keduanya

Rendi dan Scarlet tertawa terbahak bahak hingga membuat Evelyn,Loki dan Renata berhenti bertengkar dan memandang keduanya dengan heran.Rendi dan Scarlet langsung berhenti tertawa begitu teman teman mereka menatap keduanya dengan tatapan 'Apa yang lucu?'.Di wajah mereka masing masing.

Rendi hanya mengibas ngibaskan tangan sambil menggeleng menandakan bukan suatu yang penting.Sementara itu,Scarlet kembali terbenam dalam bacaannya.Ia mrmbiarkan Rendi mengurus sisanya.

Hening.....

Tak ada siapapun yang berbicara.Semuanya fokus dengan kegiatan masing masing.Scarlet membaca,Rendi menikmati pemandangan sekaligus menenangkan mentalnya,Loki mengayunkan kedua pedangnya kesana kemari,Evelyn sedang bermain dengan gadget yang dibuatnya,Renata hanya duduk sambil termenung dengan pikirannya dan Lukas melakukan hal yang sama dengan Rendi.

Rune sihir di tubuh mereka sudah dicabut,oleh karenanya Evelyn dapat memainkan semua teknologi buatannya dengan bebas.

Hawa kebosanan mengelilingi mereka semua.Terkecuali Rendi,Lukas dan Scarlet.Mereka terlihat sangat asyik dengan kegiatan masing masing.Sementara Evelyn,Loki dan Renata.Ketiganya terlihat malas dengan kegiatan masing masing.Hawa kebosanan tak luput mengelilingi mereka bertiga.

"Akh!,bosan!",seru Loki sambil duduk dengan paksa diatas tanah.

"Eh,bukannya kau yang minta libur karena latihan terus menerus?.Dan sekarang libur dan kau mengeluh kebosanan"

Loki hanya mendengus kesal mendengar ucapan Renata.

'Ni anak!,maunya apa sih?!!',geram Loji dalam hati.

Flashback,kemarin/ dua hari semenjak Loki dipukul Renata.

"Master!,bisakah kita libur latihan satu hari?",tanya Loki dengan nada memohon.Wajahnya terlihat lelah karna sehabis latihan.Lukas yang mendengar pertanyaan muridnya itu terdiam sebentar hingga ia mengangguk.

"Besok.Satu hari",jawab Lukas kemudian pergi meninggalkan Loki yang melompat lompat kegirangan seperti anak kecil.

----------------------------

"Lihat siapa yang bicara sekarang",tambah Renata yang berhasil memunculkan sebuah urat di pelipis Loki.

Loki mulai menggeram seperti kucing,ia terlihat ingin sekali menghajar Renata.Namun,Loki urungkan niatnya itu.Karena ia lelah jika ingin berdebat.

------------------------

"Master?",tanya Rendi sambil menghampiri Lukas yang tengah menengadah di dekat pinggir tebing sambil menutup mata.

Panggilan Rendi langsung membuat Lukas membuka kedua matanya yang semula tertutup.Ia menepuk nepuk tanah di sebelahnya memberi sinyal kepada Rendi agar duduk disampingnya.

"Ada apa?",setelah Rendi duduk.Barulah ia bersuara.

"Aku selalu bertanya tanya dalam hati.Apa kau tak kesepian pulau ini?",mendengar pertanyaan Rendi Lukas langsung terkekeh pelan.Kemudian menjawab dengan sebuah gelengan.

"Aku tak kesepian,disini.Banyak hewan dan tumbuhan yang menemaniku",tambahnya.

"Bukan itu maksudku,tapi-"

"Aku tau",potong Lukas."Maksudmu adalah teman bicara,bukan?"

Rendi merespon dengan anggukan singkat.

"Renata dan Leon sering mengunjungiku"

"A-ayah dan Renata?!"

"Iya"

Setelah itu,hening.Lukas kembali menutup matanya dan menikmati hembusan angin.Sedangkan kepala Rendi tertunduk,angin membuat poni di rambut Rendi menutupi sebagian besar wajahnya.

Tak ada yang tahu ekspresi apa yang sedang dibuat oleh Rendi.Surai hitam dan biru menutupi ekspresi wajahnya.

"Ayah",ucap Rendi memecahkan keheningan suaranya sempat tersendat seolah menahan untuk bertanya."Seperti apa orangnya?",sambungnya.

"Oh,Leon.Hmnnn...bagaimana ya?.Ah,dia hampir mirip sepertimu.Hanya saja,dia lebih periang dan bahkan terlihat mudah bergaul dengan siapa saja",jawab Lukas dengan antusias.

Sedangkan Rendi hanya menyunggingkan senyuman miris.Memang akhir akhir ini ia agak kacau sejak kematian kedua orang tuanya dan ditemukannya rahasia di kehidupannya.

Selalu ada pertanyaan yang muncul di benaknya.Dan seluruhnya belum terjawap sepenuhnya.Sebagian besar masih berupa teka teki yang belum terpecahkan,sedangkan yang lain sudah mendapat titik terang meskipun kabur.

Menyadari apa yang dipikirkan oleh muridnya,Lukas membuka suara."Hidup adalah teka teki"

Mendengar apa yang diucapkan oleh gurunya langsung membuat Rendi mendongak dan menghadap kearah gurunya.

"Kita tak pernah tahu,kenapa kita dilahirkan di dunia ini.Tapi,kita akan menemukan jawabannya seiring dengan berjalannya waktu,semuanya pasti memiliki arti tersendiri dikehidupan ini.

Semuanya pasti ada alasan tertentu untuk dilahirkan.Bahkan untuk yang jahat sekalipun,jika tak ada kegelapan maka cahaya tak akan berarti.Begitu pula sebaliknya,kedua eksistensi ini yang menyeimbangkan alam.

Jika kehidupan ini hanya diisi dengan cahaya,maka tak ada yang berarti karena semuanya aman.Begitu pula sebaliknya,jika hanya ada kegelapan di dunia ini.Maka hanya akan ada kebosanan.Karena semua memiliki kekuatan dan kemarahan,tak akan ada yang berarti di kehidupan ini.

Oleh karenanya,kita harus bersabar dalam menemukan jawabannya.Perlahan lahan,sepotong demi potong puzzle kehidupan kita akan terselesaikan.

Dan pertanyaan pertanyaan yang membuat benak kita bingung akan terjawab dengan sendirinya.

Kehidupan memiliki cara kerja yang miaterius.Kadang kala,kejadian di masa lalu terulang kembali.Orang yang sudah mati ternyata bereingkarnasi dan menyelesaikan apa yang belum mereka selesaikan.Kenapa aku bilang demikian?

Itu karena,dulu Age of darkness merajarela kedua klan.Yang ada hanya perang,perang dan perang.Tak ada kedamaian sedikitpun,tak ada gelak tawa,kasih sayang dan rasa tenang.Semuanya tergantikan dengan amatah,rasa haus darah,kekuasaan,kekuatan dan lain lain.

Dan sekarang,ada kemungkinan zaman itu terlulang kembali.Ke duabelas dewan perdamaian mulai berkonflik dalam.Jika mereka berperang,ada kemungkinan angota klan yang lain akan mengikuti jejaknya.Dan peleranganpun pecah kembali.

Bayangkan,jika kita tinggal di zaman kegelapan.Cahaya matahari dan bulan tak terlihat.Keduanya menyatu membentuk gerhana,bukan gerhana biasa.Gabungan matahari dan bulan tersebut membuat warna semerah darah.Langit tak berwarna biru lagi,melainkan merah tua.Tanah tanah tak ada yang subur,yang ada hanya tanah yang gersang dan bertetesan darah.

Semuanya sunyi,tak ada yang mau bekerja sama,membantu dan bersimpati.Semuanya hanya peduli dengan diri sendiri.

Semuanya seperti sebuah roda takdir yang berputar.Kadang kala kita berada diatas dan merasakan apa itu ketenangan dan kedamaian.Kadang kala kita berada di bawah dan merasakan adanya peperangan dan pertumpahan darah.

Kegelapan dan cahaya,baik dan jahat,hitam dan putih,yin dan yang.Keduanya adalah dua hal uang berbeda dan tak bisa disatukan.Namun,keduanya saling melengkapi.Tak lebih dan tak kurang.Namun kadangkala salah dari mereka menginginkan lebih,ingin lebih mendominasi,lebih kuat,lebih hebat dan masih banyak lagi.

Bahkan hal ini dialami oleh Valor dan Valtroy.Keduanya saling berperang,bahkan ketika Age of darknes usai.Salah satu keturunan Guardianes mulai memberontak dan saling menghancurkan yang lainnya.Semuanya terulang seperti rantai takdir yang tak pernah putus.

Aku tak ingin itu semua terulang kembali.Aku ingin menjadi rem yang menghentikan Roda tersebut dan memutuskan rantai takdir yang tak berujung itu.

Tapi,aku tak ditakdirkan untuk melakukan itu.Arti keberadaanku bukan untuk melakukan hal itu.Orang lain yang akan melakukannya,dan aku sangat berharap ia dapat melakukannya siapapun dia"

Kedua iris mata Lukas berbinar binar penuh dengan harapan.Di balik sorot matanya yang berbinar ada sebuah luka kesedihan yang mendalam.Dan Rendi menyadarinya,karena ia sendiri memiliki sorot mata tersebut.

Namun Rendi lebih memilih diam daripada mengungkit luka yang sudah dipendam oleh Lukas.Luka yang Rendi maksud adalah luka di hati,bukan luka fisik.Namun luka batin,luka yang terasa lebih sakit dari luka fisik apapun.Tak ada penyembuhnya,kecuali pikiran orang itu sendiri.Luka fisik bisa sembuh dalam jangka waktu berhari hari tergantung besar luka yang didapat.Sedangkan luka batin susah sekali sembuh,bisa berbulan bulan bahkan bertahun tahun luka itu belum sembuh.

Rendi kembali menundukkan kepalanya sambil merenungkan ucapan gurunya barusan.Seluruh ucapan gurunya terus menerus berdengung ditelinganya sampai ada sesuatu yang mengusik pikirannya.Yaitu kalimat ' Valor dan Valtroy.Keduanya saling berperang,bahkan ketika Age of darknes usai.Salah satu keturunan Guardianes mulai memberontak dan saling menghancurkan yang lainnya.Semuanya terulang seperti rantai takdir yang tak pernah putus'

Kalimat itu terus mengusik pikirannya.

"Master,apa maksud anda dengan 'salah satu keturunan Guardianes memberontak dan menghancurkan yang lainnya.Semuanya terulang kembali seperti rantai takdir yang tak pernah putus',apa maksud anda kejadian pertikaian antara Valor dan Valtroy terulang kembali?"

Tanya Rendi panjang lebar sambil melirik kearah gurunya dengan wajah yang masih tertunduk.

Raut muka milik Lukas sempat tercengang,namun dengan seketika kembali tenang.Sebuah ulasan senyum tergambar jelas di wajah milik Lukas.Mengetahui gurunya tak merespon pertanyaannya.Rendi segera duduk tegak dan menatap Lukas dengan lekat lekat.

"A-pakah itu aku?",tambah Rendi dengan ragu.

"Menurutmu?",balas Lukas sambil tersenyum penuh teka teki.

"A-ku tak-.Hei!,kau belum menjawab pertanyaanku"

"Apa kau ingin tahu?",tanya Lukas yang langsung memancing rasa penasaran Rendi.

Spontan,Rendi langsung menjawab dengan mata berbinar binar.Jantungnya berdetak dengan kencang,tak sabar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Lukas masih belum mengucapkab sepatah katapun.Yang membuat rasa penasaran Rendi semakin memuncak,Rendi terus menatap lekat lekat pria tua disampingnya.Menunggu jawaban yang akan menjawab beberapa pertanyaan di benaknya.

"Sesungguhnya....",Lukas memenggal kalimatnya.Yang membuat Rendi semakin penasaran.

"Aku tak tahu",lanjutnya.

-------------------------

"Hei,apa kalian lihat Rendi kemana?",tanya Loki kepada orang orang disekitarnya.Yaitu Scarlet,Evelyn dan Renata.

"Tadi aku sempat liat dia sedang pergi kearah master",jawab Scarlet dengan mata yang masih terfokus di dalam buku.

"Oh,begitu",ujar Loki

"Eh,tunggu dulu!",lanjutnya."Bagaimana bisa kau tahu Rendi kemana,sedangkan kedua matamu terfokus pada buku"

Scarlet hanya merespon dengan kekehan.Senyuman tipis dapat terlihat dari wajahnya yang sedikit tertunduk.

"Jangan berpikir jika aku sedang membaca,bukan berarti aku tak memperhatikan yang lain",jawap Scarlet dengan mata masih terfokus pada buku.

Sebuah tanda tanya muncul di benak Loki,sedangkan Evelyn sudah terbiasa dengan sikap temannya itu dan Renata tak terlalu memikirkan apa yang Scarlet ucapkan.

---------------------------

"Apa maksudmu dengan kata 'aku tak tahu'?!",nada bicara Rendi terdengar sedikit membentak.Itu karena ia merasa dipermainkan oleh Lukas,sebelumnya rasa penasarannya terpancing oleh ucapan milik Lukas.

Lukas hanya terkekeh melihat reaksi Rendi."Bercanda",ujarnya yang langsung membuat Rendi nerah padam.

"Peristiwa di masa lalu dan masa kini,terulang kembali.Dua orang yang ditakdirkan saling bertarung kembali bertemu,siapa diantara mereka yang menang?.Tak ada yang tahu,hanya waktu yang dapat menjawabnya.Hanya itu yang kuketahui"

Rendi hanya memutar kedua bole matanya sambil menghela nafas panjang.Ia bergumam "kalimat itu,lagi"

"Memangnya ada apa dengan kalimat itu?.Aku sudah mendengarnya tiga kali",tanya Rendi.

"Entah",jawab Lukas sambil menggidikkan bahu.

"Lho,kok?.Bukannya kau yang berkata demikian?"

"Apa benar?",tanya Lukas sambil mengangkat kedua alisnya.

Rendi yang geram akhirnya berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Lukas.

---------------------------

Dengan langkah kasar,Rendi berjalan ketempat teman temannya beristirahat.Setelah beberapa langkah yang berisik,ia sudah sampai di tempat yang lainnya.Semuanya langsung menghentikan kegiatan masing masing dan menatap Rendi terheran heran dengan sikapnya.

Tak perlu bertanya kenapa Rendi seperti ini,karena jika dilihat dari raut mukanya saja sudah terlihat dengan jelas apa yang Rendi rasakan sekarang.Semuanya menutup mulut dan tak berkata apapun,termasuk Evelyn dan Loki.Mereka kembali melakukan kegiatan masing masing dengan kikuk,kecuali Renata yang pergi meninggalkan semuanya.

Tak lama kemudian,Rendi juga hendak melangkah pergi.

"Mau kemana kamu?",sampai pertanyaan Loki membuat langkah Rendi terhenti.Dengan kesal,Rendi membalikkan tubuhnya dan menjawab "mencari udara segar"

"Boleh aku ikut?",tanyanya lagi.

"Tidak",jawab Rendi yang langsung membuat Loki mencibir dengan kesal.

Rendi hanya menghela nafas dengan panjang.Ia sudah tak peduli lagi jika emosinya sudah sampai dipermukaan dan sikap buruknya terlihat dengan jelas dimata 'orang baru'.Yaitu Evelyn dan Scarlet.

Rendi kembali berbalik dan mengambil selangkah maju.Hingga langkahnya terhenti dengan sebuah tepukkan di kedua bahunya.Tanpa melihat sang pemilik telapak tangan,Rendi sudah tahu siapa pemiliknya.Jadi,ia hanya menghela nafas dan menjawab "Tidak",dengan ketus.

"Ayolah,disini membosankan",pinta Loki.

"Haaahhh.....Loki,sebaiknya kau ngak menggangguku sekarang.Pikiranku sedang kesal.Moodku juga sudah hancur lebur di pagi ini.Kau tahu bukan,sikapku akan bagaimana jika begini?"

Meski Rendi menggunakan nada biasa,namun ditelinga Loki itu seperti peringatan.Akhirnya Loki bungkam dan kembali ketempatnya.Sementara Rendi terbang menjahui gunung.

---------------------------

"Kau sepertinya mengejai Rendi dengan bermain main tentang rahasia yang seharusnya rendi tak ketahui",ujar Renata yang muncul dan langsung duduk di samping Lukas.Renata memberikan penekanan nada pada kalimat 'Rahasia yang seharusnya Rendi tak ketahui'.

"Apakah anak itu kesal?",tanya Lukas.

"Sangat",balas Renata."Apakah ia menunjukkannya pada semuanya?.Termasuk dua gadis itu?",tanya Lukas kembali.

Renata hanya mengangguk angguk yang kemudian disusul oleh tertawa lepas milik Lukas."Benar benar mirip Leon.Tapi Leon lebih terbuka dan senang membuat teman",serunya sambil mengusap pelupuk matanya yang mulai berair karena banyak tertawa.

"Kau benar.Tapi,Rambutnya mirip Diana",gumam Renata.Lukas hanya manggut manggut mendengar gumaman Renata.Tawanya terhenti karena teringat dengan sosok sahabatnya,Leon.

'Leon sudah tiada,begitu pula Diana.Anak itu pasti mengalami luka di hati yang sangat dalam.Aku dapat mengetahuinya dengan mudah,sorot mata yang memancarkan kesedihan itu.Mirip denganku',pikir Lukas dalam benaknya.Kali ini,ia berhenti tertawa.Seulas memori menari nari dalam benaknya.

------------------------------

Beberapa tahun yang lalu.Ketika Lukas masih berusia 7 tahun.

"Ibu!,ayah!.Aku akan pergi bermain!",teriak seorang anak kecil dengan rambut silver yang mencolok dengan iris mata berwarna kuning hazel.Kehangatan dan keluguan terpancar di matanya,penampilannya terlihat begitu tak berdosa sekaligus ramah dan hangat.Dia adalah Lukas Lutetris,tapi dalam versi anak kecil berusia 7 tahun.

Setelah mendapat izin dari orangtuanya,Lukas kecil segera berlari kecil meninggalkan rumahnya.

Lukas dan kedua orang tuanya tinggal di daerah kekuasaan cahaya,yaitu di desa yang terpencil.Desa Zlyo,desa ini terkenal akan Crystal sihir berkualitas tinggi yang dibuat di desa ini.

Kedua orang tua Lukas termasuk pembuat Crystal crystal sihir yang terkenal.Crystal crystal sihir yang dihasilkan oleh mereka cenderung unik dan tak selalu gampang rusak.

Mata Lukas kecil semakin berbinar binar ketika melihat sekelompok anak yang sebaya dengannya yang sedang bermain di taman.

Semuanya terlihat sedang senang dan tertawa.Tanpa basa basi,Lukas kecil segera berlari kearah mereka.

"Hai!",sapa Lukas kecil dengan nada yang bersemangat.Suasana disekitar langsung berubah muram,gelak tawa yang Lukas kecil dengar tadi langsung lenyap.Semuanya tak ada yang menatapnya,semuanya terdiam.Tak balasan dari sapaan yang diucapkan Lukas kecil.

"Ayo kita main!",seru Lukas.Namun semuanya hanya terdiam hingga

"Ah,maaf.Lu-kas,aku ada tugas dirumah yang belum kuselesaikan",jawab seorang anak laki laki sambil menundukkan kepalanya.

Semuanya hanya mengangguk angguk mendengar pernyataan bocah itu,menandakan mereka semua ada urusan lain yang lbih penting dari ini.

Segerombolan anak itu langsung pergi berlalu lalang meninggalkan Lukas kecil seorang diri dengan tanda tanya dikepalanya.

Akhirnya Lukas kecil tak terlalu memikirkan hal tersebut dan pergi mencari teman bermain yang lain.

Menit demi menit telah berlalu,Lukas kecil belum mendapat teman bermain seorangpun.Yang ia lakukan hanya berjalan kesana kemari menuju segerombolan anak yang sebaya dengannya dan mengajaknya bermain.

Namun jawaban yang ia terima selalu penolakan dan alasan.Ada yang menjawab 'waktu bermain sudah habis',ada pula yang membalas dengan 'aku harus pulang sekarang'.Bahkan ketika Lukas kecil hendak membantu seorang wanita membawakan belanjaannya tawarannya langsung ditolak mentah mentah.

Pikirannya langsung campur aduk,seolah olah ia dijahui oleh orang orang.Ia berusaha menepia pikiran negatif dibenaknya,namun tak bisa.Semuanya terlalu jelas,hanya saja Lukas kecil tak tahu mengapa.

Ia tengah duduk termenung di salah satu ayunan yang berada di taman.Tak ada yang bermain disekitarnya,tak ada yang kemari untuk bermain di taman.Yang ada hanya Lukas kecil seorang diri,sedang duduk termenung dengan kepala tertunduk.

Kedua tangan mungil miliknya memegang rantai besi yang menahan bangku kayu yang ia duduki.Besi tersebut terasa sangat dingin di kulit,menyentuhnya saja sama dengan menyentuh es.

Hujan deras datang disaat yang tak tepat,Lukas kecil masih terduduk dan termenung membiarkan air hujan mengguyur basah tubuhnya.Rasanya begitu dingin hingga menusuk tulang,namun ia tak peduli akan hal itu dan tetap diam.

"Hei,bukannya dia anak dari 'orang itu?'.Itu,orang yang-"

"Hush!.Jangan diumbar umbar.Apalagi dekat dengan dia,tau sendiri kan.Dia itu seperti monster saja,memaksa orang untuk memberikan kekuatannya kepadanya"

Kepala Lukas kecil mendongak sedikit dan memperhatikan dua ibu ibu sedang berpayungan dan saling berkasak kusuk tentang seseorang.Keduanya langsung pergi dengan kikuk begitu menyadaru jika Lukas kecil tengah menatap mereka berdua dengan serius.

Dengan langkah malas,ia berjalan dengan langkah perlahan lahan.Begitu ia melewati beberapa orang,telinganya selalu menangkap suara kasak kusuk hal buruk terhadap seseorang.

Ia tak paham dengan apa yang dibisikkan orang orang.Lukas kecil berusaha menepis kemungkinan kemungkinan negatif di benaknya,namun tak berhasil.

Suara suara yang didengarnya terus menerus mendengung di benakknya.Tak mau hilang,semakin disangkal semakin kuat pula ia bertahan.

Srrtttt....Tutttt

Sebuah klakson mobil langsung menyadarkan pikiran Lukas kecil yang terlalu ia tekuni.Sang pemilik mobil langsung memaki maki dan keluar sambil membanting pintu dengan keras.

Pria itu terlihat berusia awalan tiga puluhan,poaturnya seperti para petarung profesional.Kulitnya berwarna coklat,tak memilik rambut alias botak terkecuali sebuah janggut yang berwarna coklat tumbuh dengan subur di dagunya.Wajahnya terlihat sedang marah besar.

"Dasar monster kurang ajar!",bentaknya yang hanya membuat Lukas kecil mengernyit.

"Apakah kekuatan sihir murni tak cukup buatmu?!.Dan sekarang kau ingin lebih dengan cara mengganggu orang hah?!",lanjutnya.Dan Lukas kecil masih mengernyit tak paham dengan maksud orang tersebut.

'Monster?,sihir murni?.Aku tak punya itu',batin Lukas kecil keheranan.

"Seharusnya kau tak pernah ada!.Kedua orang tuamu sama bengisnya dengan dirimu.Mereka sama sama Monster seperti dirimu.Sudah memaksa orang agar memberikan kekuatannya kepadamu,dan kini mereka menginginkan kau untuk mengacau di desa ini?!.Jangan bercanda"

Lukas kecil tercengang mendengar ucapan pria itu.Sekelilingnya berkasak kusuk tentang makian yang dilontarkan pria itu pada Lukas kecil.Tanpa sadar,setitik air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.Apa yang pria Lontarkan pada Lukas kecil secara langsung kepadanya.Langsung membuktikan hipotesa yang ditimbang timbang Lukas kecil.

"Hush!,pergi sana kau Monster.Kalau perlu pergi daru desa ini bersama keluarga Monstermu itu!",air mata mulai bercucuran.Namun tersamarkan dengan derasnya hujan,kedua tangan mungil milik Lukas kecil mulai mengepal.

"A-ku bukan,monster",lirih Lukas kecil sambil menahan tangis

"Ha?!,apa kau bilang?!.Aku tak dengar!",sahut pria itu sambil menaruh telapak tangannya di samping telinga kanan.Berpostur seperti seseorang yang telinganya agak bermasalah,yang tentunya hanya dibuat buat.

"A-aku",suara milik Lukas kecil terdengar bergetar.Kepalanya perlahan lahan tertunduk kebawah lantaran tak berani menatap orang orang disekitarnya.

"Aku apa?!",tambah pria itu.

Orang orang yang berdiri disekitar mereka tak merasa iba pada Lukas kecil.Mereka malah terlihat senang dengan perlakuan yang diberikan pria itu pada Lukas kecil.

"A-"

"APA?!,DASAR MONSTER!"

Crakk

Sedetik kemudian,mobil milik pria itu langsung remuk.Seperti sehelai kertas yang di remas.Sang pemilik mobil tersebut tercengang dengan apa yang terjadi,bukan hanya dia.Akan tetapi para warga juga ikut terkejut dengan fenomena di depan mereka.

Semua pandangan tertuju kearah mobil tersebut kemudian berganti kearah Lukas kecuk yang tengah tertunduk sambil mengepalkan kedua tangannya.

Rambutnya yabg berwarna silver basah akibat terkena hujan,sehingga membuatnya menutupi sebagian besar wajahnya.Tak ada yang tahu ekspresi apa yang sedang dibuatnya sekarang.

Pria sang pemilik mobil itu mendengus kesal "Lihat kan?,kau memang mo-"

"Lanjutkan kata itu dan kau tak akan kuampuni"

Potong Lukas kecil dengan suara pelan namun dalam dan tajam.Pria itu sedikit terkejut dengan perubahan nada bicara milik Lukas.Suaranya yang semula hangat kini berubah menjadi sedingin es.

Perlahan lahan,kepala Lukas kecil mendongak.Menatap sosok yang sedari tadi merendahkannya,mengejeknya dan memakinya.Sosok yang sok pemberani itu terlihat sedikit gemetar,melihat tatapan milik Lukas kecil.

Hanya mata sebelah kiri yang nampak,yang lainnya tertutup poni akibat air hujan.Sorot iris hazel milik Lukas kecil tak lagi hangat nan baik.Akan tetapi,berganti dengan dingin dan tajam.Ia bagaikan serigala yang sudah menemukan mangsanya dan siap menyerang kapanpun ia mau.

Tatapan Lukas kecil beralih kesekeliling.Semuanya bergidik ngeri melihatnya.Lukas kecil langsung tersadar dari amarahnya,tatapan yang semula dingin berubah menjadi semula.Ingin rasanya ia kabur dari situ,karena semuanya menatapnya dengan ngeri dan benci.Rasa ingin kabur dan marah bercampur aduk.Mana yang harus dipilihnya,kabur? atau marah dan menghancurkan semuanya?.

Tanpa ia sadari,tubuhnya perlahan lahan terangkat diudara.Dan sekarang,Lukas kecil melayang layang diatas tanah.Menyadari kesempatan emas ini,ia segera mencoba terbang lebih tinggi dan pergi melesat menjahui tempat tadi.

Sudah dua jam ia terbang memutar mutar diatas awan.Tubuhnya yang semula basah menjadi kering karena angin yang terus menerus menerpa tubuhnya yang basah kuyup.Hujan deras masih menjadi jadi di bawahnya.Kini,ia terbang sambil menikmati cahaya matahari yang bersinar terang.

Suasana tenang yang mengelilinginya tak dapat membuat hati Lukas kecil tenang.Sedari tadi ia memikirkan kenapa semuanya menganggap ia monster.Ia juga tak tahu mengapa.

Bahkan Lukas kecil juga ikut terkejut dengan mobil yang remuk tadi,ia bahkan tak tahu penyebabnya.

'Apakah itu aku?',Lukas kecil bertanya tanya dalam benaknya.Tak lama kemudian,ia memandangi kedua kakinya yang dengan bebas melayang layang diudara dan tak berpijak pada benda padat sedikitpun.

Baru saat ini Lukas kecil mencerna kejadian yang menimpanya.Akhirnya ia geram dan terbang menuju rumahnya kemudian bertanya kepada kedua orangtuanya akan hal ini.

Lukas kecil berada di langit yang tepat berada di atas rumahnya.Ia mencium sesuatu,sesuatu yang terbakar.

perasaan tak enak langsung menguasainya.Tanpa basa basi,ia langsung terbang menukik ke bawah dan menembus awan dengan cepat.

Ketika sudah tak ada awan yang menutupi jarak pandang,ia menemukan tempat tinggalnya hangus terbakar.Meskipun sekarang masih hujan,itu tak berpengaruh pada api yang mulai melahap rumah milik Lukas kecil.

Dengan spontan,ia langsung mendarat dan berlari masuk mencari kedua orang tuanya.Ia tak peduli dengan api yang mengelilinginya dan beberapa benda terbakar yang bisa menimpanya.Hanya satu tujuannya,yaitu mencari kedua orang tuanya.

Sesampainya di lantai dua,ia menemukan jasad kedua orangtuanya digantung secara mengenaskan.Spontan ia menutup kedua mata dengan telapak tangan miliknya.

Namun,ia memberanikan diri melihat keadaan orangtuanya.Lukas kecil memperhatikan keadaan kedua orang tuanya,bola matanya beralih pada tulisan merah darah di pakaian orang tuanya.Yang satu bertuliskan 'monster',yang satu bertuliskan 'Thief'

Air mata mulai mengalir dari pupuk mata milik Lukas kecil.Tubuhnya ambruk dan terduduk sambil menangis.Ia tak lagi mendengar suara benda terbakar maupun retak,yang ia dengar sekarang hanya tangisannya yang menjadi jadi.

Setetik kemudian,sesuatu menimpa leher Lukas kecil.Dan tak lama kemudian,ia kehilangan kesadaran da dalam rumah yang penuh dengan api.

--------------------------

"Lukas?"

"Oi,Lukas!"

Lambaian tangan dan panggilan Renata langsung menyadarkan Lukas dari lamunannya.Eskpresi terkejut terpampang dengan jelas di wajahnya.

"Ada apa?",tanyanya dengan gelagapan.

"Kau melamun selama 5 menit"

"Selama itukah?",Renata hamya menjawab dengan anggukan.

"Sudah lama sekali",gumam Lukas tanpa sadar.Renata yang menangkap suaranya langsung bertanya."Apanya?"

"Sejak aku baru bertemu dengan Leon",jawabnya sambil terkekeh pelan.

"Benar,itu sudah lama sekali",sambung Renata."Dialah yang menarikku dari kegelapan,dialah yang mengisi kembali hatiku dengan cahaya",tambah Lukas sambil menengadah menatap langit biru.

Renata juga ikut terkekeh,"kau ingat?,ketika dia mengajak kau berteman.Setiap saat kau selalu diganggunya hingga kau mau jadi temannya"

Lukas hanya tersenyum mendengar kalimat Renata.

--------------------------

"Baiklah siapa nama anda",tanya seorang panitia pendaftaran.Dia adalah seorang wanita berusia pertengahan duapuluh.Ia sedang mencatat profil seorang anak kecil berusia 14 tahunan.Anak itu memiliki rambut berwarna ungu yang mendekati hitam dan iris mata berwarna senada dengan rambutnya.

"Leon Lukie",jawab anak itu dengan senyuman lebar nan hangat di wajahnya.Aura hangat dan baik mengelilinginya,sang panitia pendaftaran segera menulis data data milik peserta tersebut dan memberikan sebuah lencana bernomor 1421 pada anak tersebut.

Anak itu menerimanya dengan senang hati dan melesat pergi menuju tempat seluruh peserta berkumpul.

Setelah anak itu pergi,barisan
di belalangnya maju selangkah.

"Nama?",tenggotokkan panitia itu terasa kering karena mengulangi kalimat yang sama berulang kali.

"Lukas Lutetris",jawab sebuah suara yang terdengar dingin.

Sang panitia mendongakkan kepala dan menatap sang pemilik suara yang terkesan sangat dingin dan menusuk.

Sang pemilik suara memiliki rambut berwarna silver yang mencolok.Memberikan kesan dingin yang kuat,selain itu.Iris mata berwarna hazel miliknya memberikan kesan yang tajam.Dari penampilannya dapat disimpulkan bahwa Lukas berusia 14 tahun.

Sang panitia langsung menghentikan kegiatan menatapnya dan memberikan lencana bernomor 1422 kepadanya.

Lukas menerimanya dengan kasar dan langsung pergi meninggalkan meja pendaftaran.

Disepanjang perjalanan orang orang berkasak kusuk tentangnya.Bukan seperti yang ia dengar waktu kecil,namun tentang 'beraninya anak kecil berusia 14 tahunan datang ke turnamen pertarungan ini'.Ada juga yang berbisik,'kita kekurangan satu pesaing lagi'.

Lukas hanya menghela nafas panjang,karena ia mendengar apa yang dibicarakan orang orang mengenai dirinya.Ada satu hal yang ia tak mengerti,ada kata 'lagi' dalam kalimat 'kita kehilangan satu pesaing lagi'.Namun ia hanya memutar bola matanya dan kembali berjalan dengan langkah santai.

"Wah ini akan mudah"

"Hei lihat,ada anak kecil"

"Aku yakin dia akan menangis begitu memasuki arena"

Semuanya meremehkan seorang Lukas yang berusia 14 tahun sedang ikut sebuah turnamen pertarungan.

Ia langsung duduk di bangku peserta.

"Hai",ujar sebuah suara yang terdengar sangat riang.Suara tersebut berasal dari samping kiri badan Lukas.

Lukas tak membalas sapaan tersebut dan melihat ke samping kirinya.

Disebelahnya ada anak laki laki yang sebaya dengan Lukas.Ia memiliki rambut berwarna ungu yang mendekati hitam,kedua iris mata anak tersebut juga memiliki warna yang senada dengan rambutnya.

Anehnya,meski Lukas menatap anak itu dengan dingin.Ia malah merespon dengan senyuman hangat nan lebar.

"Namaku Leon Lukie,salam kenal.Siapa namamu?",tanya anak itu.Senyuman lebar tak kunjung luput dadi wajahnya.Ia menjulurkan telapak tangannya untuk menjabat tangan milik Lukas.

"Lukas Luteris",jawab Lukas dengan nada datar dan tak membalas jabatan tangan tersebut.

Sikap Lukas langsung berubah 180 derajat semenjak kejadian yang menimpanya saat berusia 7 tahun.Semenjak itu,ia tak lagi mempercayai orang dan menutup hatinya untuk selama lamanya.

Namun semuanya langsung berubah begitu ia bertemu dengan anak bernama Leon Lukie.

"Wah!,nama kita sama sama dari huruf L.Maukah kamu jadi temanku?",Lukas hanya terkekeh mendengar kata 'Teman' yang meluncur dengan mulus dari bibir anak itu.

Lukas pov

'Teman?,anak bernama Leon ini mau aku jadi temannya?!.Lucu sekali'

Perutku terasa tergelitik mendengarnya,sedangkan ia hanya memandangku dengan tatapan 'apa ada yang lucu?' diwajahnya.

"Dengar ya",jawab Lukas."Kau yakin mau jadi teman seorang monster?",tanyaku padanya yang hanya membuat kening Leon mengernyit.

"Monster?",ulangnya.

"Iya,Monster.Orang orang mrnuduhku bahwa ada seorang penyihir dengan sihir murni yang dipaksa oleh kedua orang tuaku untuk memberikan sihirnya kepadaku",sahutku dengan ketus.Namun,Leon masih saja mengernyit.

"Tapi,itu tuduhan bukan?.Kau pasti tak melakukannya"

Tenggorokanku terasa tersedak,aku tak menyangka bahwa ia akan mengatakannya.Ekspresi terkejut terlukis dengan jelas di wajahku.

"Tuh,kan.Kau sendiri terkejut,aku benar bukan?.Jadi kau bukan monster,kau tak bersalah"

Kedua mulutku langsung bungkam,tak sanggup untul bicara sepatah kata apapun.Kedua mataku mulai terasa panas akibat mengingat luka di masa lalu yang dalam.Luka yang sudah kupendam selama bertahun tahun,kembali muncul dipermukaan.Namun kali ini mendapat obatnya,tanpa kusadari aku mendongak dan menatap Leon disebelahku dan melemparkan senyum hangat kearahnya.Senyuman yang sudah lama tak merekah di wajahku,sebuah senyuman tanda bahwa aku ingin menjadi temannya.

"Peserta nomor 1421 melawan peserta nomor 0973.Harap maju ke arena!"

"Baiklah,1421 adalah nomorku.Sampai ketemu nanti di final",ujar Leon sambil berjalan pergi ke arena.

Aku sedang mengikuti festival tahunan di desa Zlyo.Ya,kampung halamanku sendiri.Di festifal tahunan ini,selalu membrrikan hadiah Crystal sihir buatan para warga.Dan kali ini,hadiahnya adalah Crystal sihir Blue Sky.Buatan kedua orang tuaku.Mendengar crystal ini dijadikan hadiahnya,aku segera bergegas kembali dan mencoba memenangkan crystal tersebut.

Masa bodoh dengan orang yang masih mengingatku atau tidak.Aku sudah tak peduli lagi dengan sebutan monster.

"Peserta nomor 1421 menang!"

'Whoa,anak itu lumayan juga',pikirku di dalam hati.Padahal semuanya mengejek dan meremehkan Leon.Namun,ia mematahkan fakta tersebut dan menang dalam pertarungan.

Ia berlari kearah bangku yang ia duduki sebelumnya,lebih tepatnya disebelahku.Begitu sampai,kami berdua langsung tos dengan girang.

Aku juga turut senang dengan keberhasilannya.Perasaan yang sudah kupendam dan kukubur dalam dalam kembali muncul dipermukaan.Tubuhku yang dulunya tak dapat merasakan emosi apapun,kini kembali hidup.Rasanya seperti terlahir kembali dan menjadi orang yang lebih hebat dari sebelumnya.

"Peserta nomor 1422 melawan peserta nomor 1821!"

"Ok,aku pergi dulu!.Kutunggu kau di final nanti!"

Sesampainya aku di atas arena,aku mendapat cemoohan.Namun aku tak mengubrisnya dan fokus pada orang yang menjadi lawanku.

"Sampai jumpa di final nanti?.Mimpimu terlalu besar nak!",lawanku mencoba memprovokasi diriku.Namun aku tak terpengaruh dan tetap tenang.

Lima menit kemudian...

"Nomor 1422 menang!",seru sang wasit sambil menunjuk diriku.Tanpa basa basi aku segera pergi dan menuju ke bangku yang semula aku duduki.

Leon tersenyum senang kearahku"Wah!,kau hebat juga!.Latihan dimana?",ujarnya dengan mata berbinar binar.

"Ngak juga,kau sendiri juga hebat.Aku latihan sendiri,dihutan"

"Justru itu lebih hebat,kau latihan sendiri dan mendapatkan hasil seperti ini.Nah aku?,aku mah harus latihan khusus dengan keluarga"

Narator pov

Setelah itu,keduanya saling bercanda tawa menunggu nomor masing masing dipanggil.Kadangkala Lukas duluan atau Leon dulu.Namun mereka selalu menang disetiap pertandingan yang mereka lakukan.

Akhirnya final tiba,Lukas harus melawan Leon.Teman barunya.

Suasana diarena terlihat tegang,Lukas tak ingin melukai temannya.Disisi lain,ia harus menang agar mengambil crystal sihir blue sky buatan orang tuanya.

Wasit telah memberi aba aba untuk mulai,namun belum ada yang memulai pergerakan.Hingga Leon mengangkat tangannya yang membuat muncul tabda tanya di benak semua orang.

"Menyerah",ucapnya.

"Baiklah,kalau begitu.Peserta nomor 1422 menang!",seru sang wasit.Namun tak ada yang bersuara selama beberapa detik hingga.

"Eh?!?!,kok gini?!?!",Lukas akhirnya dapat mencerna apa yang baru saja terjadi.Tak lama kemudian dang wasit memberikan sebuah batu bulat seukuran bola kasti.Yang berwarna biru langit,sesuai namanya.Permukaan batu itu dangat mulus,tak ada goresan sedikitpun.

Batu itu dapat memberikan energi kehidupan dan menenangkan pikiran ketika sedang risau.Lukas dapat merasakan sensai hangat menjalar dari jemarinya dan merambat keseluruh tubuhnya.Tubuh Lukas kini lebih rileks dan rasa lelah akibat bertarung lenyap sudah.Tergantikan dengan ketenangan.

"Oh iya,kenapa tadi kamu bilang kalau kamu menyerah?",tanya Lukas kearah Leon dengan penasaran.

"Sebenarnya,tadi aku kelelahan dan malas bertarung",jawabnya dengan cengiran di wajah Leon.

"Bohong",Lukas menyipitkan matanya dan menatap Leon dengan muka penuh selidik.

"Iya iya,kau menang.Tadi aku lihat kau sangat mengincar crystal itu,aku tak tahu mengapa.Namun,aku dapat merasakan bahwa crystal itu sangat penting buatmu"

Skali lagi,Lukas dibuat bungkam oleh Leon.Leon sungguh pemertian dengan orang disekitarnya.

Lukas akhirnya percaya sepenuhnya pada Leon dan ia menceritakan pengalamannya ketika ia berusia tujuh tahun.

Leon menjadi pendengar yang baik,ia tak menyela maupun memotong cerita milik Lukas.Ekspresi simpati dan empati terpampang di wajah milik Leon,temannya merasakan sakitnya luka yang begitu dalam.Luka yang tak ada obatnya terkecuali kasih sayang.

Setelah mencurahkan isi pikirannya,Lukas berterimakasih pada Leon karena mau menjadi temannya dan menerimanya setelah sekian lama ia sendiri.

Dan sejak itu,keduanya menjadi sahabat yang tak terpisahkan.

----------------------------

Setitik air mata mengalir di pelupuk milik Lukas.Semua kenangan kenangan yang ia alami dan Leon berputar putar di benaknya.

Renata yang menyadari akan kesedihan yang Lukas alami hanya diam seribu bahasa.Tak ingin mengganggu Lukas

"Kapan kau akan menguji mereka semua?",tanya Renata pada Lukas.

"Sebenarnya mereka belum terlalu siap,namun.Kurasa sebentar lagi",jawab Lukas dengan suara yang bergetar.

-------------------------

Loki hanya terdiam melihat sahabatnya pergi meninggalkannya.Ya,meski hanya sebentar.Ia tak berani mengusik Rendi kalau moodnya gak bagus.

"Whoa,apakah itu Rendi yang kukenal?",tanya Evelyn dengan nada yang bergurau."Tak kusangka kau kalah dengan telak Loki",lanjutnya.Namun,Loki tak merespon apapun dan kembali mengayunkan pedangnya dengan asal.

-----------------------------

Rendi sampai di pesisir dan melepaskan segala kekesalannya di situ.Dari menendang nendang pasir dengan asal,hingga menembakkan peluru air ke pohon.Dan akhirnya,ia menembakkan beta batu ke air laut dengan tekhnik telekinetik.

Ia masih tak terima dipermainkan tentang masa lalunya yang sangat ingin ia ketahui.

Masih melempari laut dengan batu,wajahnya merah padam.

Beberapa detik kemudian,ada sesuatu yang muncul dari dalam air.Sosok tersebut semakin lama semakin besar,melebihi Rendi.Tubuhnya masih tak terlihat lantaran tertutup air yang mengalir dari puncak tubuhnya.

Rendi tak tahu itu sebuah benda atau makhluk hidup.Namun,satu hal yang ia tahu.Benda apapun itu sangat besar,seukuran pesawat terbang pribadi.

Ketika air yang menutupi benda tersebut mulai hilang.Wajah Rendi yang merah padam berubah pucat pasi,seekor naga air sedang menatapnya tajam.

Nafasnya yang panjang dan besar membuat dedaunan di pohon pohon tertiup kesana kemari.Bagai tertiup angin,disaat itulah Rendi sadar.Ia dalam masalah besar.

--------------------------

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top