Bab 7.Pelatihan yang aneh

Ada sebuah pepatah yang mengatakan 'Jangan menilai sesuatu dari sampulnya'
jangan sampai penampilan akan menipumu
Segala sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki arti tersendiri..

-Lukas Lutetris-

Rendi pov
"Ibu!,aku sudah menguasai ilmu menyembuhkan dari ayah Lho"

Sontak kedua mataku langsung terbuka karena mendengar suara yang mirip denganku.Dan dugaanku benar,aku sedang berada di dalam salah satu ingatanku.

"Hm?,kau sudah menguasainya?",tanya ibuku kearah diriku yang masih kecil.Mungkin aku yang itu masih berusia 3 tahunan.

"Iya",jawab diriku yang dulu dengan nada bersemangat.

"Kalau begitu,coba sembuhkan ini",ibuku langsung menyodorkan seekor burung pipit yang bertengger di telapak tangannya.

"Memangnya burungnya kenapa,bu?",tanya diriku dengan polosnya.Mungkin diriku yang kecil itu tak menyadari jika salah satu sayap burung itu agak aneh,dengan kata lain 'tulang burung di sayap itu patah'.

"Tulang di sayap kirinya patah",jawab ibuku sambil mengelus elus burung itu dengan lembut.

"Oh,sini.Biarku coba",aku yang dulu langsung mengambil burung tersebut dari telapak tangan ibuku kemudian menaruhnya diatas pangkuannya.

"Cure",gumam Rendi kecil.Pada saat yang bersamaan muncul pendaran cahaya putih terang yang menyelimuti kedua telapak tangannya.Tak menunggu waktu lama lagi,aku yang dulu segera menaruh kedua telapak tangannya di atas sayap burung yang patah tersebut.

Berselang 5 menit kemudian,sayap burung itu kembali seperti semula.Aku yang dulu langsung melompat lompat kegirangan karena telah berhasil menyembuhkannya.Bahkan beberapa peluh keringat di wajahnya ia lupakan keberadaannya.

"Hei hei,nanti burungnya kasihan lho.Kamu genggam kayak gitu",aku yang kecil langsung menghentikan perayaan kecilku karena baru sadar jika sedang menggenggam seekor burung.

"hehehe....",ucap Rendi kecil sambil menggaruk garuk kepalanya yang sepertinya tak gatal.'Kurasa aku akan memberi nama diriku yang satu ini,Rendi kecil',batinku sambil terkekeh melihat kelakuan Rendi kecil yang sangat kanak kanak.

"Baiklah burung kecil,silahkan terbang",ucap Rendi kecil sambil mengangkat burung itu keatas dan melemparnya secara perlahan.Akhirnya burung itu terbang,tak lama kemudian ia bertengger diatas kepala Rendi kecil sambil sesekali mematuk kepalanya.

"Aw",ringis Rendi kecil sambil memegangi kepalanya.Sementara ibuku hanya terkekeh melihat diriku yang dulu.

"Rendi!,ayo main!"

Rendi kecil dan ibuku langsung menatap kearah Randi yang sedang memegang bola.Selama beberapa saat ia menatap mata ibuku lekat lekat,tatapan itu seolah mengatakan 'bolehkah aku bermain dengan Randi?'.Ibuku hanya merespon dengan anggukan yang langsung membuat Rendi kecil berlari dengan girang kearah Randi yang langsung menyambutnya dengan hangat.

Dedetik kemudian,pandanganku langsung kabur.Sedikit demi sedikit sekelilingku langsung berubah menjadi hitam pekat.Disekelilingku hanya ada kegelapan,namun.Muncul sebuah titik cahaya yang mulai menerangi kegelapan diaekitarku.Cahaya itu semakin membesar hingga menjadi menyilaukan mata.

Narator pov

"Ung",gumam Rendi yang baru siuman.Raut kebingungan tampak jelas di wajahnya,ia mencoba untuk duduk tapi langsung terbaring kembali.Menggerakkan tubuhnya sekarang mungkin sama dengan mengangkan beban berkilo kilo.

Akhirnya Rendi hanya terbaring diatas sebuah batu sambil melihat kesana kemari dengan kepalanya.Batu yang ditiduri Rendi tak seperti batu bada umumnya.Batu itu empuk seperti kasur dan hangat,mungkin tak terlihat tapi batu itu sangat nyaman untuk ditiduri.

Rendi sedang berada di dalam gua dengan penerangan cahaya matahari yang menyelinap masuk melalui mulut gua yang letaknya tak jauh dari lokasi Rendi siuman.

Rendi pov

Aku melirik kekana dan kekiri,tak ada siapa siapa.Badanku sulit sekali di gerakkan,akhirnya dengan berat hati aku kembali berbaring sambil menutup mataku sejenak lantaran bosan memandang sekeliling yang terlihat kosong.Beberapa detik kemudian,aku langsung membuka mata dan mendapati Loki sedang menatapku dengan lekat lekat.Wajah kami hanya berjarak beberapa senti.

"Wah!,kau sudah bangun",rasa terkejut langsung menjalar di tubuhku diiringi rasa sakit yang terasa sangat menyengat di bahu kiriku.

Tak dapat menahannya akhirnya aku meringis kesakitan karena rasa sakit yang semakin menjadi jadi.

"Maaf!,kau tak papa?",tanya Loki sambil berusaha menenangkan tubuhku."Menurutmu?",balasku sambil menaikkan kedua alisku yang disambut dengan kekehan pelan milik Loki.

"Oh,jadi kau sudah sadar",ujar sebuah suara yang terdengar sangat bijak dan menenagkan hati.Siapapun yang mendengar suara ini pasti akan langsung terhanyut dengan segala ucapannya dan menurutinya.

Tak lama kemudian,muncul seorang kakek yang mrngenakan jubah berwarna hijau sedikit kelabu,ia memegang sebuah tongkat yang menyangga seluruh tubuhnya yang agak bungkuk.
Rambut dan janggutnya yang panjang dan bergelombang berwarna putih seputih awan.Kedua iris mata hazel miliknya memancarkan cahaya kebijaksanaan,menatap lembut kearahku yang sedang terbaring diatas sebuah batu.

"Kau sebaiknya jangan bergerak dulu,lukamu memang sembuh.Tapi itu untuk diluar saja,di dalam masih ada beberapa luka yang belum sembuh dengan sempurna.Selain itu,seluruh aura sihir milikmu telah terkuras habis.Oleh karenaya,kau susah menggerakkan tubuhmu".Jelasnya panjang lebar,aku hanya membalasnya dengan senguman getir karena tak tahu siapa dia.

"Terimakasih...um-"

"Lukas,Lukas Lutetris"

"Hmnn?,oh.Trimakasih tuan Lukas"

"Sama sama",jawab orang itu sambil menatapku dengan tatapan khas miliknya.

..........

.......

...?

..?!

"Ta-di kau bilang,L-ukas Lutetris?!",pertanyaanku hanya dibalas dengan anggukan singkat.Tubuhku secara reflek langsung terduduk,tak lama kemudian rasa sakit yang menyengat kembali menjalari seluruh tubuhku.Aku hanya meringis kesakitan dan sedikit terkekeh menyadari kelakukan konyolku ini.

"Tak perlu terkejut,sebaiknya kau beristirahat",ucapnya sambil membalikkan badan dan berjalan ke mulut gua.

"Iya,kau sebaiknya istirahat Rendi.Aku pergi dulu ya?,dah"

"Eh,Loki tunggu!".

"Hmnn?,ada apa?"

"Memangnya berapa lama aku pingsan?"

"Hmnnn.....sekitar...tiga hari"

"Apa?!,tiga hari!",tak ada gunanya aku kembali bertanya.Karena Loki sudah menghilang di dalam gua.Aku hanya menghela nafas dan menghempaskan tubuhku kearah batu yang aku duduki barusan.Rasa sakit kembali menjalar tapi aku sudah mulai terbiasa.Akhirnya dengan berat hati aku kembali menutup kedua bola mataku,daripada memandang langit langit gua yang membosankan.

........

....

..

"Akh!!,bosan..dan aku gak bisa tidur lagi",omelku sambil kembali membuka kedua mataku yang tadinya tertutup.

Dengan paksa aku berusaha bangkit dari posisi tidurku dan segera berdiri dan mulai berjalan perlahan lahan.Langkahku memang gontai karena menahan rasa sakit dan pusing yang kini ikut menjalari tubuhku.Namun,aku membiarkannya dan tetap berusaha berjalan meskipun tertatih tatih.

'Masa bodoh dengan sakit ini,aku bosan sekali'.batinku dalam hati.Yah,memang jika dilihat aku adalah anak disiplin dan pendiam.Namun,sebenarnya tidak.Jika aku sudah nyaman dengan sekitar maka aku bisa seceria seperti Loki,selain itu.Aku mudah terbawa suasana dan emosi.Bisa dibilang,aku ini emosional banget tapi tak pernah menunjukkannya pada orang orang dan sering menyembunyikannya.Tapi,hanya orang orang tertentu yang dapat melihat sisi lain dari diriku.Misalnya,Loki dan Sigmurd.

Nafasku mulai terengah engah dan berat,tubuhku sudah mencapai batasnya tapi aku tak mengubrisnya dan keluar dari gua.

Beberapa meter depan mulut gua,sudah menjadi ujung dari jalan setapak yang melingkar di gunung.Setelahnya,adalah tebing yang curam.Skali terjatuh,tak ada tempat berpijak atau berpegangan.Dengan langkah berat aku menghampiri pinggir tebing,aku tak takut jika jatuh karena aku kan bisa terbang dengan sihirku.

Narator pov

Rendi berdiri tepat di pinghir tebing,ia bergeming sambil memandangi keaadan alam sekitar.Jika orang asing melihatnya seperti ini,mereka pasti akan beranggapan jika Rendi hendak melakukan bunuh diri.Bukan itu yang ingin dilakukannya,ia hanya ingin melihat fenomena alam disekitarnya.

Awan awan terlihat seperti gumpalan kapas yang berserakan di lantai,karena awan awan tersebut beberapa meter kebawah dari tebing tempat Rendi berdiri.Matahari tampak malu malu untuk memperlihatkan sinarnya lantaran beberapa awan menutupi sebagian pendaran cahaya matahari.

Angin berhembus dengan sangat kencang sambil meniup beberapa awan agar bergerak.Jauh dibawah sana,terdapat hamparan hutan yang membentang bagai permadani berwarna kehijaunan.

Rasa lelah dan sakit yang kini Rendi rasakan telah hilang,tergantikan dengan rasa takjub akan pemandangan didepannya.

"Luarbiasa bukan?",ujar seseorang dengan suara hangat yang berada di belakangku.Tanpa melirik pun aki dapat mengenali sang pemilik suara tersebut."Aku sudah mendengar dari teman temanmu jika dewan dan kedua klan mulai berkonflik",lanjutnya yang kini sudah berdiri tepat diaampingku.Karena aku tak begitu paham aku hanya mengiyakan ucapannya.

Kedua iris hazel milik tuan Lukas memandang lurus kedepan."Coba bayangkan,jika dunia bisa sedamai dan setenang ini.Pasti hebat bukan?",ucapnya sambil menunjuk pemandangan di depan sana.Aku tak menjawab pertanyaannya dan tetap mendengarkan ucapannya."Andai saja,semua orang bisa bahagia tanpa ada beban di bahu mereka masing masing...

Namun ku tahu jika itu tak mungkin.Hidup adalah ujian,kita bisa memiliki kebahagiaan.Tapi kita juga memiliki rasa sakit,kita tak boleh harus berada diatas.Terkadang kita harus melihat kebawah dan berganti tempat dengan mereka yang dibawah"

Sorot mata milik tuan Lukas terlihat sendu,seperti pernah kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.Kedua sorot matanya,mirip denganku ketika aku kehilangan ayah dan ibu.Dan ucapan miliknya,membuatku kembali teringat dengan mereka berdua.Kedua bola mataku memanas mengingat ingat kebersamaan yang pernah kulalui dengan ayah dan ibu.Kami sering tertawa,marah,bertengkar,kesal dan bercanda bersama sama.Namun kini,semuanya sudah hilang.Semuanya direnggut oleh seseorang,amarah mulai menyulut dihatiku kedua tanganku mulai mengepal karena mengingat ingat fakta bahwa mereka dibunuh.Namun aku mencoba menenangkan diriju dengan memandang fenomena alam di depanku.Akhirnya aku dapat menenangkan diri,tuan Lukas sudah berhenti berbicara.Yang ada hanya keheningan diantara kami.

"Rendi,kau pernah mendengar tentang Age of darkness?"

"Iya,memangnya kenapa?"

"Apa kau tahu pemimpin klan pertama adalah Valor dan Valtroy saudara kembar?",uku menjawab pertanyaannya dengan anggukan singkat."Apa kau juga tahu jika mereka berdua saling bertarung?,kemudian tak ada yang mengetahui siapa diantara mereka yang menang.Yang ada hanya sebuah lubang yang menganga yang disebut sebut sebagai Infinite darkness"

"Iya",balasku dengan menekankan nada bicaraku."Memangnya ada apa sih?",tanyaku dengan geram.Nanun tuan Lukas hanya membalikkan badan sambil tersenyum tipis,tak lama setelah itu ia mulai berjalan menjauh.

"Oi,kau b-",ucapanku langsung terhenti begitu tuan Lukas menghentikan langkahnya dan memutar kepalanya sembilan puluh derajat sambil melirikku."Peristiwa di masa lalu dan masa kini terulang kembali.Dua orang yang ditakdirkan saling bertarung akhirnya bertemu kembali.Siapa diantara mereka yang menang?,tak ada yang tahu.Hanya waktu yang dapat menjawabnya,ingat itu Rendi.Satu hal lagi,besok kau akan berlatih menggunakan kekuatanmu.Aku akan jadi gurumu,jadi panggil aku dengan master Lukas"

Ucapnya dengan nada serius yang membuatku mengernyit dan memutar otak agar bisa paham dengan apa yang baru saja ia ucapkan.Ketika aku hendak membuka suara untuk bertanya,master Lukas sudah berada jauh di depan.Aku tahu usahaku akan sia sia jika berlari mengenjarnya karena tubuhku tak dalam keadaan prima.

Dengan pikiran yang campur aduk aku kembali menatap pemandangan di depan dengan berbagai peryanyaan dan tanda tanya di kepalaku.

------------

Narator pov

Seperti yang dikatakan oleh Lukas kemarin,keesokan harinya Rendi akan dilatih olehnya.Pukul 6 pagi,Rendi dan yang lainnya sudah berdiri di mulut gua saling berhadapan dengan Lukas dan Renata yang berada di sebelahnya.

"Jadi,kita akan latihan apa?",tanya Loki dengan nada yang sangat bersemangat.Tak ada jawaban yang diberikan oleh Lukas,ia hanya melemparkan senyuman misterius kearah Loki dan yang lainnya.

"Pertama tama,aku ingin agar Evelyn untuk mengambil air sungai dan laut di ember ini",setelah menyelesaikan kalimatnya muncul dua ember tepat di depan kaki Evelyn."Untuk Scarlet,aku ingin agar kau mengumpulkan kerikil kerikil berukuran sedang,taruh saja di ember ini.Kerikil kerikil yang bagus berada di kaki gunung,oleh karenanya aku ingin kau mencari disana",sekali lagi muncul dua ember.Kali ini tepat di depan kaki Scarlet."Untuk Loki,aku ingin kau memotong beberapa pohon di hutan ini dan membawanya kemari tanpa dengan daunnya.Tenang saja,tanaman disini dapat tumbuh dalam kurun waktu 24 jam.Jadi,ambil sebanyak banyaknya ya?"

Semuanya hanya mengernyitkan dahi mereka,karena heran dengan perintah milik Lukas."Dan,terakhir Rendi.Aku ingin agar kau duduk manis di sana"

Iris mata Rendi mengikuti jemari Lukas yang menunjuk sebuah ujung tebing yang terlihat berbahaya dan rapuh.Salah langkah saja bisa membawamu jatuh ribuan meter diatas tanah.

"Oh,satu hal lagi",lanjut Lukas sambil memunculkan beberapa rune sihir yang mulai mengelilingi Rendi,Loki,Evelyn dan Scarlet.Sedetik kemudian,rune itu menghilang seperti asap."Kalian tak bisa menggunakan sihir kecuali kuizinkan.Jika kalian melanggar perintahku,maka rune itu akan bangkit dan akan membuat tubuh kalian seperti terbakar selama 24 jam".

"Baiklah,semuanya mulai bekerja",ucap Renata sambil menepukkan kedua tangannya yang langsung diaambut dengan tatapan tajam milik Evelyn dan Loki.

"Hah?,bukannya tadi kita mau latihan?",keluh Loki yang disetujui dengan anggukan lainnya.

"Tak usah banyak tanya dan lakukan apa yang Lukas bilang!",bentak Renata kearah Loki sambil balas menatapnya tajam.Jika dilihat lihat ini seperti pertengkaran kakak dan adik,mengingat perbedaan tinggi Renata dan Loki.

"Bagi kalian yang tak melakukan perintah Lukas akan kuhukum dengan push up 100 kali!",lanjutnya dengan mata yang masih menatap tajam Loki."Ha?!,memangnya apa hak mu?.Yang jadi guru kami adalah master Lukas,bukan kau",balas Loki dengan tatapan yang tak kalah tajam dengan milik Renata.Loki juga menunjuk Lukas yang tengah duduk di atas batu sambil menikmati secangkir teh panas.

Lukas tetap duduk dengan santai sambil menikmati secangkir teh yang diseruputnya.Jika diperhatikan,malah ia terlihat seperti sedang berpiknik,seolah seolah tak ada yang terjadi disekitarnya.

"Sudah sudah ka-"

"Kau tak usah ikut campur!",ucapan Evelyn dipotong oleh Loki dan Renata secara bersamaan sambil menekankan setiap nada dalam kalimatnya."Hei!.Paling tidak aku sudah mencoba melerai kalian!,jujur saja aku juga tak mau disutuh suruh oleh pak tua itu!!", bentak Evelyn tak terima dengan reaksi Loki dan Renata.

"Hei hei!!,jaga bicaramu.Dia gurumu,setidaknya panggil dia master!!",balas Renata tak mau kalah juga.Yang malah makin memperburuk keadaan,"Ha?!!,kau sendiri?,kau malah memanggilnya dengan nama.Bahkan tanpa master,padahal kau hanya anak kecil!".Evelyn melemparkan tatapan membunuh dan diiringi dengan anggukan oleh Loki.

"Apa?!,aku bukan anak kecil!.Asal kalian tahu ya,kalian lah anak kecil di depanku!"

"Justru kau lah yang terlihat seperti anak kecil!",pekik Evelyn sambil meninggikan suaranya satu oktaf.Sementara itu,Rendi dan Scarlet hanya bisa diam tak tahu harus bagaimana.Karena jika ikut campur,bisa bisa mereka juga kena dampaknya.

"Eh,kau tak melerai mereka?"

Tanya Scarlet dengan ragu kearah Lukas yang menyeruput teh panas miliknya.Ia hanya merespon dengan menaruh cangkir tehnya di sebelahnya dan mengambil sebuah teko kemudian menuangnya kearah dua gelas cangkir yang kosong.

"Kalian mau?",tawar Lukas sambil menyodorkan dua cangkir kearah Scarlet dan Rendi yang mulai bingung.Suara pertikaian teman mereka masih terdengar jelas ditelinga masing masing,namun mereka mengabaikannya dan mengambil gelas yang diberikan Lukas.

Scarlet dan Rendi menatap gelas yang berisi cairan panas itu dengan saksama.Asap masih mengepul keluar dari cangkir tersebut,menandakan bahwa teh itu masih sangat panas.Selain itu,sengatan panas yang menjalar di telapak tangan mereka terasa hangat.Ragu ragu Rendi dan Scarlet mendkatkan cangkir itu ke wajah mereka masing masing kemudian mereka hendak meminumnya.

Prangg!!

Rendi langsung menghempaskan cangkir yang sedang dipegang Scarlet.Cangkir itu terlepas dari tangan Scarlet dan menghantam tanah dengan telak."Rendi,apa yang kau lakukan?",tanya Scarlet pada Rendi.Namun Rendi tak menjawab dan hanya merespon dengan menunjuk tempat dimana cangkir Scarlet pecah.Tanpa sepatah kata apapun Scarlet sudah mengerti apa maksud Rendi.

Cangkir itu telah diracuni,karena air yang merembes keluar dari cangkir itu langsung mengikis tanah dan membuatnya busuk.Suara pertikaian dibelakang mereka langsung berhenti,mereka langsung menyaksikan apa yang baru saja terjadi.

Sedetik kemudian,muncul suara tepukan tangan dan sumber suara tersebut adalah Lukas."Seperti yang kuduka dari anak seorang Leon!",ujarnya dengan nada gembira.Yang langsung memunculkan tanda tanya di kepala mereka masing masing."Kau benar benar seperti ayahmu,Rendi.Apakah ayahmu itu juga mengajarkan tentang herbal?",tanya Lukas dengan nada super semangat.Dan Rendi hanya merespon dengan anggukan singkat yang langsung disambut dengan tawa terbahak bahak milik Lukas.

"Maaf maaf,aku terbawa suasana",ujarnya kemudian ia berdeham."Kalian semua,sebaiknya kalian lakukan saja apa yanh aku bilang.Jika kalian tak setuju,silahkan pergi dari pulau ini.Aku tak memaksa,oleh karenanya pintu terbuka lebar.Tapi ada satu hal yang ingin aku beritahu pada kalian. Ada sebuah pepatah yang mengatakan 'Jangan menilai sesuatu dari sampulnya'
jangan sampai penampilan akan menipumu
Segala sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki arti tersendiri"

Semuanya lanngsung terdiam merenungkan ucapan Lukas tadi.Tak lama kemudian mereka mereka mengangguk setuju dan pergi melakukan tugas masing masing.Sedangkan Rendi,ia juga sedang duduk diujung tebing yang curam itu.Bulir bulir ringat dingin mulai bercucuran disekitar pelipisnya.Awalnya ia tak takut,karena jika jatuh ia dapat terbang keatas.Tapi,sekarang ia tak dapat menggunakan sihir.Bayangkan saja jika ia terjatuh hingga ribuan meter kebawah.

Tapi,ucapan Lukas kembali tergiang dikepalanya. Ada sebuah pepatah yang mengatakan 'Jangan menilai sesuatu dari sampulnya'
jangan sampai penampilan akan menipumu
Segala sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki arti tersendiri.Ia mencoba menenangkan diri sebisa mungkin,mencoba untuk menempatkan diri senyaman mungkin dan berusaha membuat tubuhnya berhenti gemetar.

Akhirnya Rendi menutup mata,mencoba membayangkan sekitarnya.Meskipun kedua matanya tertutup,ia dapat merasakan dengan jelas angin sedang mengelus wajahnya.

------------------

Sekitar setengah jam kemudian...

"Hah,hah,hah.Ternyata berat juga".Ujar Loki sambil membawa dua batang pohon yang telah dipotong rapi olehnya.Nafasnya terlihat sangat berat,beberapa bulir keringat mengalir deras diseluruh badannya.Lukas mendatangi Loki dan melihat hasil kayu yang dibawanya.Ia terlihat sedang mengetuk ngetuk,memeriksa secara teliti dan mengelus elus kayu tersebut.

"Hei hei apa yang akan kau lakukan?",tanya Loki dengan bingung.Namun Lukas tak meresponnya,dan dengan sekejap mata kayu itu sudah menggelinding kearah jurang kemudian jatuh kebawah dengan bebas.Dan hebatnya lagi itu bukan kebetulan,tapi Lukas sengaja menendang kayu itu hingga jatuh.Reaksi Loki dapat mudah sekali ditebak.Ia sedang geram karena Lukas baru saja membuat hasil jerih payah miliknya hilang.

"Apa apaan ini?!,kau tahu a-"

"Ups,maaf.Kakiku tergelincir",sambung Lukas dengan nada menyesal yang dibuat buat.Urat nadi mulai muncul di pelipis dan kepalan tangan Loki."Bisakah kau mengambilnya lagi?",Loki hanya menghela nafas sampai akhirnya pergi dengan tubuh yang lelah.

Di tengah perjalanan turun,ia berpapasan dengan Evelyn dan Scarlet.Loki tak melirik sedikitpun,ia hanya terlarut dalam pikirannya sendiri sampai sampai tak sadar akhirnya tersandung dan hatuh terperosok.

"Pfttt.....Hahahaha!",tanpa pikir panjang Loki langsung melihat keaah sumber suara tersebut.Dab sang pemilik suara adalah Evelyn yang tak begitu jauh dari tempat Loki terjatuh.Scarlet tak bereaksi apapun tentang peristiwa jatuhnya Loki.

"Loki,Loki.Makanya kalau jalan jangan melamun,lihat sendiri kan?",sindir Evelyn Loki hanya bereaksi dengan mendengus kesal kemudian ia langsung berjalan meninggalkan Evelyn dan Scarlet jauh dibelakang.

-----------------

"Baiklah,kami sudah membawakan apa yang kau minta",ujar Evelyn sambil menaruh dua ember air di depan Lukas yang tengah memperhatikan Rendi lekat lekat.Scarlet dan Evelyn mengikuti arah pandang Lukas,mereka melihat sosok Rendi sedang duduk bersila di pinggir tebing sambil menutup kedua matanya.Jika diperhatikan,satu gerakan salah di posisi Rendi sekarang maka tamatlah riwayatnya.

"Kerja bagus,tapi.Aku ingin agar kalian mengambilnya lagi"

"Ap-"

"Shsss!.Jangan berisik.Jika kalian tak mau,silahkan lari naik turun gunung ini 5 kali dalam 5 jam"

Dengan terpaksa,Evelyn dan Scarlet hanya manggut manggut mrlaksanakan perintah yang diberikan kepada mereka berdua.Tanpa menunggu perintah lebih lanjut,mereka segera pergi melaksanakan tugas mereka.

------------------

Sudah sekitar 5 jam Rendi dalam posisi seperti itu.Dan selama itu juga,Loki,Evelyn dan Scarlet sudah naik turun gunung sambil membawa bawaan yang terbilang berat.Apalagi harus menaiki gunung dengan berjalan kaki.Jujur saja,mereka swmua mulai risih dengan kegiatan hari ini.Termasuk Rendi,meskipun ia hanya duduk diam disana.Tubuhnya terasa pegal karena berada dalam posisi yang sama selama 5 jam.Jantungnya masih berdebar debar,adrenalin masih mengalit di tubuhnya yang berkeringat dingin.Namun rasanya Randi sudah bisa mengatasinya,walau cuma sedikit.

Sementara itu Loki Evelyn dan Scarlet mulai geram dengan perintah semena mena dari Lukas.Renata yang justru menperburuk keadaan dengan membentak Loki dan Evelyn yang mulai protes.Sebenarnya Scarlet juga geram,namun ia dapat memendamnya.Tak seperti kedua temannya itu.

Pertikaian itu selesai dengan Renata sebagai pemenangnya.Lukas dan Renata memberikan waktu istirahat untuk yang lainnya,terkecuali Rendi yang masih duduk diam dalam posisi meditasi.Untuk istirahatnya bisa dibilang bukan istirahat,karena hanya 10 menit diperbolehkan untuk duduk bersantai.Selebihnya mereka disuruh memperlihatkan kemampuan bertarung mereka tanpa sihir dan senjata mereka di depan Lukas,sebagai percobaan mereka melawan Renata.

"Aku sungguh lelah",keluh Loki sambil menyandarkan punggunggnya di pinggir dinding gua.

"Hei hei,siapa yang menyuruhmu untuk duduk!.Sebentar lagi kau harus mengambil kayu lagi",bentak Renata yang hanya diacuhkan oleh Loki.Loki hanya mendengus kesal sambil berkata"aku tak ingin dipermainkan olehnya.Setiap aku membawa kayu itu kesini,dia dengan sengaja menendangnya hingga terjatuh atau nelenyapkannya dengan sihirnya",jawab Loki sambil mengibas ngibaskan tangannya di depan kepalanya.

Renata hanya menghela nafas,ia sebenarnya ingin memberitahukan alasan Lukas memerintahkan mereka semua tentang hal ini.Apalagi kepada Loki dan Evelyn supaya mereka diam dan menurut,namun ia urungkan niat tersebut dan memilih untuk diam.

"Baiklah!,istirahat selama 3 jam.Sekarang waktunya makan siang!",teriak Renata yang langsung membuat semuanya bersemangat kembali.Terkecuali Rendi,ia masih tetap duduk diam disana dengan tenang.Tak terusik sedikitpun,Renata yakin jika Lukas ingin Rendi tetap berada dalam posisi seperti itu selama beberapa waktu.

"Bagaimana dengan Rendi?",tanya Loki sambil memfokuskan pandangannya kearah Rendi."Tenang saja,aku yakin Lukas sudah mengurus semuanya.Untuk Rendi,dia bilang cukup ia saja yang melatihnya"

Semuanya hanya manggut maanggut mengangguk setuju dengan ucapan Renata.Mereka kemudian fokus pada makanan yang sudah terhidang di hadapan mereka.Hanya Rendi dan Lukas saja yang tak ada disana.

------------------

'Kurasa kau sudah melewati tahap pertama.Mudah bukan?',batin Lukas du dalam hati."Benarkah?,wah tak kusangka aku dapat melewatinya.Soal kata mudah tadi,sebaiknya kau tarik itu.Karena badanku mulai pegal pegal karena duduk diam disini".Balas sebuah suara dikepala Lukas dan suara itu adalah milik Rendi.Benar,mereka sedang melakukan pembicaraan dengan telepati.

Lukas hanya terkekeh pelan mendengar keluhan yang dilontarkan Rendi."Aku ada pertanyaan?"

'Hmnn...apa itu?'

"Bagini,kenapa kau tak melatih ketahanan tubuhku seperti yang lainnya?."

'Maksudnya?'

"Aish,tak usah pura pura tak tahu.Kau sedang melatih ketahanan tubuh mereka dan kelincahan merek bukan?"

'Wah,peka sekali.Itu benar,untuk pertanyaanmu.Ya..kurasa tak terlalu perlu.Lagipula,aku yakin jika sebagian ingatnmu pasti kembali dan setiap inhatanmu kembali ada sebuah kekuatan tambahan yang ada di tubuhmu bukan?.Itu karena,sebelum ingatanmu dihapus kau dapat melakukan sesuatu dengan mudah,tapi begitu ingatanmu dihapus kemampuanmu itu seakan hilang.Nanun sebenarnya tidak,ia hanya tertidur untuk sementara'

"Oh....eh tunggu!!.Dari mana kau tahu jika ingatanku dihapus?"

'Dari ayahmu'

"Oh kalian sa-"

'Sudah!,kembali berlatih.Kau akan berada dalam posisi seperti itu untuk sementara waktu,jangan khawatir soal lapar karena aku sudah menyihirmu agar tak lapar'

Setelah mengatakan itu,Lukas langsung nenghentikan komunikasi telepatinya dengan Rendi.

Tiga jam kemuidian,ia kembali memerintahkan Loki dan yang lainnya dengan perintah yang sama.Hingga matahari mulai tenggelam,dan malampun tiba.

----------------

Rendi pov

Dingin,menakutkan,pegal,lelah dan mengantuk.Itulah kesan keaadaanku sekarang ini.Bayangkan,duduk bersila di pinggir terbing selama berjam jam.Aku membuka kelopak mataku dan menengok alrojiku.19.21 Pm,itu yang tertera di sana.Kedua mataku terasa berat lantaran mengantuk,meskipun masih jam segini aku sudah mengantuk karena seharian ini aku duduk diam disini.

Pandangan kedua mataku mulai menburam,kepalaku mulai menunduk.Kucoba menekan reflek tubuhku untuk tidur tap tak bisa.Perlahan namun pasti,kedua pandanganku mulai menghitam.Dan setelah itu,kuyakin bahwa aku jatuh dari keyinggian ribuan meter diatas tanah.

Narator pov

Lukas yang menyaksikan kejadian itu hanya diam terpaku di tempat.Ia tak panik sedikitpun,bahkan tak terlihat cemas sedikitpun.Karena,ini adalah unjian tentang apa yang baru saja ia ajarkan.Jika hendak gagal,ia sudah menyiapkan bantalan di tempat Rendi akan jatuh,bantalan itu akan aktif jika Rendi benar benar akan jatuh.

Rendi pov

'Angin?'.Aku mulai membuka kedua kelopak mataku dan tercengang dengan pemandangan disekelilingku.Status kesadaranku langsung meningkat menjadi 100 persen.Aku sedang dalam posisi terjatuh.

Dibawah pepohonan perlahan lahan terlihat mulai membesar sedikit demi sedikit.Ok,meski dalam keadaan seperti ini aku bisa bersikap sedikit tenang.Sampai terpaksa mencoba mempraktekkan kekuatan yang baru kudapat.

----------------

Di tempat Lukas,ia hanya terkekeh pelan menyadari kehadiran seseorang."Asal kau tahu saja,master.Aku hampir saja mati,untungnya aku sempat merasakannya"

"Bagaimana,luar biasa bukan?.Energi yang dipancarkannya begitu indah bukan?,Rendi"

"Yah yah terserah ah",ujar Rendi yang kini sudah berada di samping Lukas.Tubuhnya kini terlihat diselimuti aura berwarna putih,selain itu mata kanan milik Rendi bersinar hijau.

(Flashback,Rendi sebelum terjatuh)

Rendi pov

'Apa ini?'.Tanyaku di dalam hati,itu karena.Selama aku duduk di tebing ini aku dapat merasakan segelintir energi yang banyak di luar tubuhku.Awalnya kupikir itu hanya pancaran energi yang berasal dari pelindung di pulau ini,namun setelah kuteliti lebih lanjut ternyata bukan.Itu adalah energi yang dipancarkan oleh alam itu sendiri.

Awalnya aku mencoba mengumpulkannya tapi terlalu susah untuk menarik energi itu masuk kedalam tubuhku.Jadi kurasa aku masih harus menyatu dengan alam itu sendiri.Beberapa menit setelahnya,aku berhasil mengambil energi itu.Namun,masih dalam kapasitas yang sedikit dan aku masih belum bisa mengaplikasikannya dalam kekuatanku.

Sampai akhirnya aku diinterupsi oleh master dengan perbincangan singkatnya dengan telepati.

-----------------

(Ketika Rendi sudah jatuh)

'Aku harus menggunakannya!'.Aku mencoba tenang,dan mulai mengumpulkan energi alam sebanyak yang kubisa.'Masih belum!'

Jarak antara diriku dan tanah adalah 1289 m.'Masih belum!',ujarku di dalam hati karena energi yang kukumpulkan masih belum cukup.1037 m,'masih belum cukup!',937 m.799 m,673 m.'Astaga cepatlah!'.470 m,dan aku masih melayang layang diudara tanpa melakukan apapun selain mengumpulkan energi.238 m,'sesikot lagi'.174 m,112 m,89 m.'Sekarang!',tanpa pikir panjang aku langsung mengaplikasikan energi itu kedalam kekuatanku dan membuat diriku terbang.Dan aku berhasil berhenti dengan tepat karena ujung hidungku menyentuh pucuk pohon cemara.

Akhirnya aku sudah mendarat di atas tanah.Jantungku berdebar debar merasakan ketegangan yang baru aku alami.'Rupanya rune itu tak aktif ya,mungkin karena aku menggunakan energi alam'

Aku mengedarkan pandanganku memperhatikan sekeliling dengan saksama.Dua kata yang menggambarkannya,luar biasa.Seolah olah hutan memiliki pikiran mereka sendiri,alu dapat melihat dengan jelas pergerakan tumbuhan,hewan hewan kecil,bahkan energi yang dipancarkan oleh apapun dapat terlihat olehku.Akhirnya aku memutuskan untuk mulai mendaki gunung.Setiap aku berjalan,pepohonan bergeser kesamping memberiku jalan setapak yang terbuka lebar tanpa ada yang menghalangi.Rasanya seperti menyatu dengan alam itu sendiri,bahkan ketika aku mendaki gunung rasanya tak lelah sedikitpun.

-------------------

Narator pov

"Aku menyebutnya sebagai beyond the boundary.Itu karena kau sedang mengumpulkan kekuatan sihir yang dipancarkan alam,dan luar biasanya adalah energi itu tak terbatas" ,ujar Lukas sambil memperhatikan Rendi dengan lekat lekat.Tak lama kemudian ia bertepuk tangan dan tersenyum bangga "wah,selamat.Kau lolos ujian!"

"Jadi,kau tadi sengaja membiarkanku jatuh?!.Bagaimana jika tadi aku gagal,huh?!"

"Tak usah dipikirkan,lagipula kau tak gagal bukan.Tapi tenang saja,aku sudah menyiapkan alat pengaman jika kau gagal"

Rendi akhirnya menenangkan dirinya,tak lama setelah itu kekuatan beyond the boundary yang digunakannya mati.Dan mata kanan Rendi sudah berubah menjadi semula,selain itu aura putih yang tadi menyelimuti tubuhnya lenyap.

"Lima menit ya",gumam Rendi."Tapi itu sudah bagus untuk percobaan pertama",sahut Lukas menyemangati.

"Ada apa ini ribut ribut?",tanya Scarlet yang tiba tiba masuk dalam percakapan mereka."Aku tak bisa berkonsentrasi membaca,lho?!.Rendi,sejak kapan kau tak duduk disana?!"

"Ceritanya panjang",balas Rendi sambil menggaruk lehernya yang sepertinya tak gatal.

"Oh,lalu.Master, apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Aku hanya melihat seberapa jauh perkembangan Rendi"

"Rupanya begitu,Rendi latihanmu sidah selesai bukan?.Kau tak masuk?,diluar dingin"

Rendi langsung menatap kearah Lukas yang dibalasnya dengan sebuah anggukan menandakan bahwa ia sudah selesai melatih Rendi hari ini.

"Wah...",gumam Rendi lantaran terkagum kagum dengan keadaan di dalam gua.Di dalam gua menggunakan penerangan seperti kristal sihir yang menggantung gantung di langit langit.Tak hanya itu,di tembok juga ada kerlap kerlip sinar yang tak terlalu terang namun memberikan kesan seperti bintang.

"Luar biasa bukan?"

Tanya Scarlet kearah Rendi yang terkagum kagum.Rendi hanya merespon dengan anggukan singkat.Setelah itu ia bergabung dengan lainnya yang sudah berada diatas batu masing masing yang empuknya seperti kasur.

Tanpa ada perintah apapun,Rendi sudah berbaring di salah satu batu yang kosong.Tak lama kemudian ia sudah memejamkan kedua matanya.

-----------------

Keesokan harinya,Rendi sudah bangun pagi pagi sekali dan melakukan beberapa pemanasan.Lain halnya dengan yang lainnya,Evelyn masih tertidur.Begitu pula Loki yang keadaannya sama seperti Evelyn,sedangkan Scarlet ia sudah bangun.Hanya saja,masih tubuhnya masih sedikit lemas.Terlihat sekali jiwanya belum menyatu sempurna dengan raganya.Untuk Renata dan Lukas,mereka tak terlihat dimanapun.

Untuk Rendi ia sudah mandi dan berlari pagi,olehkarenanya ia terlihat segar bugar.Memang menjadi kebiasaannya untuk bangun pagi pagi buta.Scarlet sepertinya bersiap siap hendak mandi,karena ia sedang berjalan menuruni gunung tanpa berkata sepatah kata apapun.

"Hoam,Rendi.Apa yang merasukimu?,pagi pagi sudah semangat sekali",ujar Loki sambil berjalan dengan gontai danenguap beberapa kali."Loki loki,kau kan tahu sendiri biasanya aku bangun jam berapa"

"Terserah ah,aku mau mandi"

"Eh!,Loki S-"

"Iya iya,aku tahu.Scarlet ada di bawah bukan?.Aku akan berendam ditempat lain.Kan tempat berendam laki laki jauhnya 500 m dari tempat berendam perempuan".

Loki langsung pergi meninggalkan sahabatnya itu dan menuju pemandian air panas yang tak jauh dari tempat Rendi berdiri.Beberapa menit kemudian,Evelyn juga kekuar dengan rambutnya yang acak acakkan.Ia juga mulai menuruni gunung,tampak hendak ingin mandi.

"Pagi pagi sudah semangat sekali",sahut Lukas yang kini sedang duduk di atas sebuah batu dan menikmati secangkir teh panas.Ia menuangkan segelas teh dan menyodorkannya kearah Rendi.

"Tidak terima kasih",ucap Rendi sambil memberikan lambaian tangan di depan dadanya."Tenang saja,kali ini tak diracuni.Teh panas sangat cocok diminum saat hawa disekitar kita dingin",Rendi dengan ragu ragu mengambil teh itu dari tangan Lukas.Tampak jika ia memperhatikan cairan di dalam gelas itu dengan teliti,sampai akhirnya mulai meneguknya hingga habis.

Rasa hangat mengalir dari mulut ke lambung milik Rendi.Ditambah udara pagi yang dingin di pegunungan membuat teh yang diminumnya terasa lebih nikmat.

--------------------

Suasana latihan Loki.

Loki dan Lukas kini tengah berlatih disebuah tanah lapang."Baiklah,kali ini kau dapat menggunakan sihir",ucap Lukas sambil membatalkan rune yang ada di tubuh Loki.

"Untuk latihan kali ini,cobalah menggores tubuhku"

"Hanya itu?"

"Hmnn,iya"

"Hehe...mudah sekali",sahut Loki dengan percaya diri."Hmnn...kalau begitu,mulai!.

-----------------

"Huft....hah.....hah..",Nafas Loki terlihat terengah engah.Seluruh tubuhnya basah karena keringat.Selain itu,banyak luka lebam dan bakar di tubuh Loki."Mudah sekali,lihat siapa yang berbicara",Loki dengan mudah terpancing provokasi dari Lukas karena sekarang ia mulai menyerang dengan membabi buta.

"Serangan yang tidak ditata malah tak akan mengenaiku"

"Cih!",akhirnya Loki menghentikan serangannya kemudian menjaga jarak dan berusaha tenang.Ia mencoba mengumpulkan segenap energi agar bisa terbang melesat dengan cepat.

Kini Loki sudah bisa tenang,ia kuatkan pegangan tangannya pada Twin exalibur miliknya.

"Sound speed",gumam Loki.Dengan secepat kecepatan suara ia sudah berada di belakang Lukas dan bersiap menebasnya namun serangan Loki dapat dielak dengan mudah oleh Lukas.

Jika saja Loki sedetik lebih cepat maka ia dapat menebas Lukas."Jadi kau dapat menggunakan Sound speed.Sayangnya belum sempurna"

Mendengar ucapan Lukas Loki hanya diam tak merespon.Akan tetapi Loki malah tersenyum penuh teka teki di wajahnya.Lukas yang melihat Loki tersenyum hanya terheran geran dengan kelakuan muridnya itu.Hingga ada cairan hangat yang mengalir di pelipisnya,kini Lukas mengerti apa maksud dari senyuman itu.

"Jangan berpikir bahwa aku hanya menggunakan satu pedang",ujar Loki sambil menghunuskan pedang berwarna putih kedepan.Diujung bilahnya itu,ada sebuah cairan berwarna merah.Itu adalah darah milik Lukas."Baiklah,latihan selesai",sahut Lukas sambil menyeka luka gores yang didapatnya dari Loki.

Puas dengan hasil latihannya,Loki langsung menghempaskan tubuhnya diatas tanah dan menjatuhkan kedua pedangnya sengan sembarangan."Fiuhh...selesai juga",ucap Loki sambil menyeka keringat yang membasahi wajahnya.

"Ambil ini,ini akan mengembalikan energimu yang hilang",Lukas menyodorkan sebuah pil berwarna hitam pekat kearah Loki.Awalnya Loki agak ragu ragu,namun akhirnya ia tetap mengambil bil itu dan segera memasukkan kedalam mulutnya.

"Bagaimana?"

"Mendingan,sih"

"Ngomong omong,dimana Rendi?"

"Rendi,dia sedang di sungai"

"Memangnya ia sedang latihan apa?"

"Kenapa kau tak mengeceknya sendiri?"

"Bolehkah?"

"Pergilah jika kau mau"

------------------

Rendi pov

Sudah sekitar dua jam lebih aku duduk disini.Kali ini,aku duduk disebuah papan yang diapit oleh dua batu.Diatas kepalaku ada sebuah ember yang penuh dengan air.Dan di bawah papan yang kududuki ada air sungai yang mengalir,jika aku kehilangan keseimbangan sedikit saja.Maka aku akan jatuh kedalam air sedingin es itu.Mengapa aku bilang demikian?,karena Master baru sanya menyihir air itu menjadi sedingin es jika aku jatuh,tak hanya air di sungai.Air yang berada di dalam ember ini pun juga berisi air sedingin es,katanya sih agar konsentrasiku agak terganggu.Apalagi cipratan air terjun yang berasal dari bukit di belakangku ini selalu mengenaiku dan coba tebak.Suhunya dibawah nol derajat selsius,dan ajaibnya air itu tak membeku.Sungguh hebat kau master,apalagi membuat muridmu kewalahan.

"Hei,kau lagi ngapain?"

Ah mungkin cuma imajinasiku saja.

"Rendi"

Benar,kurasa hanya imajinasiku saja atau master sedang mempermainkanku.

"Oi,Rendi.Kau ngak dengar?"

Benar benar hebat,master membuat suara yang sangat mirip dengan Loki.

"Kau ini dengar atau ngak sih?.Wajahmu mengatakan kalau kau dengar ucapanku.Sebaiknya kau jangan m-"

Suaranya berhenti,kurasa aku benar.Master hanya berusaha mempermainkanku dan kini ia kewalahan dan bosan karena aku tak merespon sedikitpun.

Eh,tunggu.Ini seperti ada sebuah besi yang di taruh di dekat leherku.Aku merasakan sebuah logam yang dingin dan tajam sedang berada di leherku,ia tak bergerak seolah menunggu sesuatu.

Akhirnya karena sangat penasaran,aku memvuka mataku dan mendapati sebuah pedang dengan bilah hitam dan ganggang putih tepat berada di leherku.

Sangking terkrjutnya,aku langsung membuat gerakan mendadak sehingga aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari papan.Lebih buruk lagi,ember yang ada di atas kepalaku kini terbalik dan seluruh airnya tumpah kemudian membuat tubuhku basah kuyup.

Air yang sedingin es langsung menyambut tubuhku,rasa dinginnya begitu menusuk tulang sampai sampai tubuhku langsung menggigil begitu seluruh tubuhku basah.

"Pfffttttt......hahahahhaha"

"Loki",geramku sambil menekankan nadaku pada namanya."Rasain,dari tadi dipanggil kau malah diam saja.Apalagi wajahmu senyum senyum sendiri,padahal kau dengar bukan?"

"Eh?!,tadi itu kamu?"

"Memangnya siapa lagi?"

"Kupikir siapa"

"Hei Rendi"

"kenapa?",tanyaku sambil berdiri dan menepi keluar dari sungai."Bagaimana mandinya?"

"Oh,bagus.Menyegarkan",jawabku dengan nada datar."Oh",mendengar Loki mulai menahan tawanya kembali membuatku geram.Sampai akhirnya aku berdiri di air kemudian menghadap loki.Aku sedikit mengumpulkan energi alam kemudian melepaskannya dalam sekali pakai.

"Water bullet"

Gumam rendi,sedetik kemudian.Air di sungai perlahan lahan membentuk gumpalan gumpalan air yang melayang diudara.Kuarahkan air itu kearah Loki dengan kecepatan seperti peluru.

Bagaimana nasib loki?,ia sekarang basah kuyup dengan air sedingin es yang membasahi seluruh tubuhnya.Kali ini giliran aku yang tertawa lepas menertawai Loki yang mulai medinginan.Loki juga ikut tertawa bersamaku hingga perut kami sakit lantaran terlalu banyak tertawa.

--------------

Malam sudah tiba.Kami sudah menyelesaikan makan malam.Dan kini,aku sedang bersandar di tembok gua sambil membaca buku tentang tekhnik tekhnik dan beberapa mantra yang dibuat oleh master.

Aku menengok alroji yang melingkar dengan sempurna di pergelangan tangan kiriku.22.27,aku sudah membaca selama tiga jam dan masih belum mengantuk.Yang lainnya sudah terlelap dan berada di dalam dunia mimpi mereka masing masing.

Karena bosan,kuputuskan untuk keluar dari dalam gua dan mencari udara segar.

Di luar,aku sangat menikmati udara malam yang menyegarkan.Sampai ada sesuatu yang mengganggu pikiranku.

Ada energi besar yang berpusat di sekitar kaki gunung.Energi itulah yang juga sumber dari pelindung yang membungkus pulau ini.Aku dapat merasakan kekuatan kegelapan dan cahaya,yang dipancarkannya.

Kali ini aku lebih peka dengan energi yang dipancarkan sesuatu.Karena selama ini aku melatih kepekaanku terhadap lingkungan sekitar.

Aku langsung mengumpulkan energi alam sebanyak banyaknya dan mengaktifkan kekuatan Beyond the boundary.Tak ingin membuang waktu lebih banyak,aku langsung terbang melesat menuju sumber dari kekuatan yang kurasakan.

-------------------

Aku sudah sampai di dekat sumber kekuatan itu.Dan letaknya adalah di dasar air terjun yang membelahn gunung tertinggi di pulau ini menjadi dua.Kekuatan yang aku cati cati itu,entah bagaimana.Tapi ia berada di balik air terjun tersebut.Rasa penasaran menguasai diriku,membuat telapak tanganku menyentuh air yang sedang mengalur itu.Ketika menyentuhnya,rasanya tanganku seperti di dorong mundur.Seolah ada sesuatu yang melindunginya.

'Rupanya benar disini.Kalau tidak kenapa ada semacam perisai yang melindungi tempat ini'

Aku begitu larut dalam pikiranku sendiri.Hingga

"Halo,selamat malam".Ujar sebuah suara yang berada tepat dibelakangku.Ketika aku menyadarinya itu sudah terlambat.Ada sesuatu yang menghantam leherku hingga aku terjatuh tersungkur dengan seliruh tubuh di air dan kepala tepat di pinggir sungai.

Aku tak pingsan,tapi kepalaku berdenyut denyut dan terus menerus mengeluarkan perintah agar tubuhku bisa beristirahat.Namun kulawan perintah itu,karena ku yakin ada bahaya di depanku.

Samar samar aku melihat siluet seorang pria yang menyerangku.Ia sedang membelakangiku dengan punggungnya.Satu hal yang pasti,ia mengenakan jaket berlengan panjang dan tudungnya ia gunakan untuk menutupi kepalanya.

"Kita bertemu lagi,Rendi",ujar sosok itu sambil membalikkan badannya.Dan kali ini,aku dapat mengenalinya hanya dalam sekali pandang.Amarah mulai bergejolak di dalam hatiku,dan tasa haus darah akan kematian orang didepanku mulai timbul.

---------------------------------

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top