Bab 10.The Savior or Destroyer?
Di pihak manakah kau berada?
Klan cahaya?
Klan kegelapan?
Kejahatan?
Kebaikan?
Semuanya terserah kepadamu....
Narator pov
Ketika air yang menutupi benda tersebut mulai hilang.Wajah Rendi yang merah padam berubah pucat pasi,seekor naga air sedang menatapnya tajam.
Nafasnya yang panjang dan besar membuat dedaunan di pohon pohon tertiup kesana kemari.Bagai tertiup angin,disaat itulah Rendi sadar.Ia dalam masalah besar.
Naga itu memiliki warna sisik berwarna hijau laut,ia tak memiliki sayap.Namun sebagai gantinya ia memiliki sirip seperti ikan.Sepertinya ia memiliki Insang dan paru paru,karena ia dapat bernafas di darat tanpa kesusahan.Kedua bola matanya berwarna kuning agak hijau,seperti reptil pada umumnya.Kumis hijau panjang seperti belalai tepat di bawah hidungnya,mulutnya sedikit terbuka mrnampakkan sederetan gigi taring yang tajam.
Apa yang harus Rendi lakukan? Melawan?,atau lari?.Jika salah mengambil keputusan,maka tamatlah riwayatnya.
Bulir bulir keringat dingin mulai membasahi tubuhnya,anehnya tubuh Rendi tak gemetaran karena takut.Melainkan setenang air di danau meski peluh peluh keringat dingin bercucuran dengan deras,benaknya mengatakan bahwa naga air ini berbahaya namun hatinya berkata sebaliknya.
"Dengar,wahai manusia",ucap naga itu.Sedangkan Rendi hanya menatapnya dengan tatapan menerawang.
Hening.....
Satu detik.....
Dua detik....
Tiga detik....
"E-eh?!",pekik Rendi."Kau bisa berbicara?!",lanjutnya.
"Menurutmu?",sang naga balas bertanya pada lawan bicaranya.
"Ada apa kau kemari?",tanya Rendi dengan wajah yang kembali tenang.
"Aura gelapmu yang mengundangku",jawabnya.
"Ah,masa?.Perasaan tidak deh",Jawab Rendi dengan skeptis.
"Iya",balas sang naga dengan ketus.
"Perasaan aku ngak dikendalikan oleh-",Rendi sendirilah yang memenggal kalimatnya.
"Oleh apa?",tanya sang naga dengan curiga.Sementara Rendi hanya menggeleng geleng sebagai jawabannya.
"Baiklah,intinya aku kemari karena kau mengganggu ketenangan laut dengan melempari batu.Selain itu,aku juga sempat merasakan energi gelap disekitar sini.Dan hanya kaulah yang ada disini.
"Eh,perasaan ada yang lainnya di gunung"
"Gunung?"
Merasa aneh dengan balasan milik naga tersebut,Rendi segera memutar kepalanya seratus delapan puluh derajat.Kedua manik matanya membulat,gunung yang semula menjulang tinggi di belakangnya kini sudah tiada.Tergantikan dengan beberapa tanah yang menjulang tinggi bagai menara menara pencakar langit tetapi dari tanah.
Di puncak tanah tanah tersebut terdapat beberapa sarang sarang burung raksasa.Namun bukan burung yang sejauh ini Rendi temui,namun sekelompok naga naga yang terbang kesana kemari.
Ada yang terlihat sedang berbincang bincang di udara,ada juga yang sedang mencari makanan di laut.Selain naga yang terbang,ada yang berjalan di atas tanah,di dalam air,terbang,diatas air dan di dalam tanah.
Semuanya hidup berdampingan dengan akur.Tak ada saling memperebutkan wilayah,makanan maupun kekuasaan.Bahkan ekspresi senang terpampang di wajah mereka masing masing.
Tanpa sadar,mulut Rendi ternganga lebar dan menggumamkan kata 'Whoa' dengan jelas dan keras.Ia tak tahu harus bereaksi seperti apa,takut,bingung,atau terkagum kagum.
Sang naga air menangkap keterkejutan,kegaguman serta kebingungan di wajah Rendi.Hingga ia enggan untuk menyerang sang penyusup kecil dihadapannya.
Seekor naga merah yang semula terbang diatas Rendi langsung mendarat tepat didepannya.Hingga membuat debu bertebaran disana sini,Rendi hanya terbatuk batuk karena paru parunya kemasukan debu.
Naga merah itu memiliki model sayap seperti kelelawar namun berwarna merah.Ia memiliki tanduk berwarna hitam yang menjulang kebelakang kepala.Kulitnya bersisik merah dan kadangkala berwarna hitam.Kedua bola mata berwarna jingga milik sang naga menatap Rendi sinis.Ia memincingkan kedua matanya kearah Rendi.
"Bagaimana engkau sampai disini wahai manusia?",tanya naga merah dengan nada sinis kearah Rendi.Namun Rendi justru menanggapinya biasa biasa saja.Seolah olah ia berbicara kepada manusia.
"Entah",Rendi menggidikkan kedua bahunya,"Seharusnya aku yang bertanya.Dimana ini?",lanjutnya.
Sementara sang naga air dan naga merah saling tatap selama beberapa menit kemudian mengangguk secara bersamaan.Rendi yang menyaksikan hal itu hanya bisa menyimpulkan bahwa mereka berbicara melalui telepati.
"Janganlah berbohong.Tak mungkin kau tak tahu bagaimana engkau sampai di pulau ini!",si naga merah memandang Rendi dengan tatapan penuh selidik.
"Kan aku sudah bilang kal-"
"Jangan coba coba menipu kami!",bentaknya yang membuat Rendi sedikit terperanjat karena terkejut.
Suara sang naga merah begitu menggelegar hingga para naga yang lewat sempat melihat kearah naga merah tersebut dan yang lainnya.
"Aku bilang aku gak tau!",jawab Rendi dengan ketus.Dia sudah terlihat kesal dengan sang naga yang tak percaya dengan omongannya.
Sementara itu,sang naga air hanya melihat keduanya saling berdebat dan tak memiliki niat untuk melerai keduanya.
Ketika sang naga merah hendak membuka mulut untuk kembali melancarkan ucapan ucapan kasarnya pada Rendi.Kawannya sang naga air langsung melerai keduanya.
"Sudah sudah.Peryon,kurasa ia berkata jujur",lerai sang naga air.
"Mana mungkin dia tak tahu Zyearios.Sudah tak ada manusia yang datang ke sini sejak Elena hilang",balas naga merah yang dipanggil Peryion.Ia menunjuk Rendi dengan dagunya,sementara itu.Zyearios-sang naga hijau,hanya menghela nafas pasrah dengan sikap keras kepala milik Peryion-naga merah.
"Dan kau!",bentak Peryion sambil menatap Rendi dengan tajam."Bagaimana kau kesini,huh?!.Jawab dengan jujur!,apalagi dengan aura kegelapan yang menyelimuti tubuhmu dengan pekat",lanjutnya dengan tatapan yang sangat ingin menghancurkan Rendi sekarang juga.
"Sudah kubilang aku tak tahu ini dimana!!",balas Rendi dengan nada yang naik satu oktaf.Ia sudah geram karena tak didengarkan dari tadi,"Bahkan aku tak tahu ini dimana!",sambungnya."Bagaimana bisa aku tahu cara kesini kalau aku sendiri tak tahu ini dimana!!",tambah Rendi.Kedua wajahnya benar benar merah padam.
Sudah tak habis pikir dengan kelakuan gurunya yang mempermainkannya,tiba tiba ia terdampar di suatu tempat yang dipenuhi oleh naga-Yang-Rendi-tak-ketahui-pasti-letaknya.Kemudian isi kepala Rendi sudah ditambah dengan seekor naga keras kepala yang tak mau mendengarkan penjelasan Rendi sedikitpun.
Mood Rendi hari ini benar benar sudah kacau,dan akan sangat susah mengembalikannya seperti semula.Apalagi,Sighmurd dikepala Rendi mulai menertawakan nasib Rendi hari ini.
"Ah!,Sudahlah!",Rendi mulai kesal."Pokoknya aku gak tahu ini dimana dan bagaimana aku kesini.Terserah ah,kau mau percaya atau tidak.Aku sudah gak peduli lagi!",lanjutnya sambil memegang kening kepalanya.
Sang naga merah bernama Peryion langsung bungkam dengan sifat Rendi barusan.
"Kau benar benar tak tahu?",tanya si naga air yang dipangil Zyearios.Rendi hanya mengangkat kedua alisnya dengan kesal,tatapan Rendi seolah mengatakan 'Apakah aku harus mengulanginya?'
"Peryion,dia berkata jujur.Percayalah,satu hal lagi.Coba perhatikan lebih teliti aura yang menyelimuti tubuhnya"
Sang naga merah mendengarkan temannya,yah mungkin temannya.Iris golden milik Peryion menyipit,ia memperhatikan Rendi dengan seksama.
"Kau malihatnya?" Zearios kembali bertanya pada Peryion yang masih menatap Rendi lekat lekat.
"Ya," Jawab Peryion.Tatapannya masih belum beralih dari Rendi.
Sebuah tanda tanya muncul di benak Rendi,namun ia urungkan niat untuk bertanya.Karena ia tak ingin mrmancing perdebatan episode selanjutnya.
Kedua naga tersebut langsung saling tatap dan diam disaat yang bersamaan.Keduanya terlihat sangat asyik dengan pembicaraan telepati yang dilakukan oleh keduanya saat ini.
"Hei anak kecil,bisakah k-"
"Aku bukan anak kecil!" Potong Rendi.Ia menatap naga merah bernama Peryion dengan tajam, "Dan,aku punya nama.Rendi Lukie,itu namaku."
Rendi menyilangkan kedua lengannya di dada sambil terus menghentakan salah satu kakinya diatas pasir.Membuat bunyi 'duk duk duk'.Yang memberi kesan terburu buru,sang naga merah hanya menghela nafas panjang.
"Baiklah,manusi-ehem.Rendi,kau bilang kau tak tahu kenapa kau bisa sampai disini?"
Rendi hanya merespon dengan mengangkat kedua alisnya,kedua bola mata Rendi berputar dengan kesal."Menurutmu?"
"Apakah kau tahu dimana ini?" Kali ini,sang naga air bernama Peryion angkat bicara.Sementara Rendi hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban 'tidak'.
"Ini adalah pulau naga," Lanjut Zearios sambil melihat kearah langit yang dipenuhi oleh berbagai macam naga yang bertebangan kesana kemari.
"Pulau naga?!" Tanya Rendi.Zearios dan Peryion mengangguk angguk dengan antusias."Setahuku,pulau naga tak seperti ini," Rendi mengusap usap dagunya sambil tenggelam dalam pikirannya.
Zearios dan Peryion yang mendengar pernyataan Rendi hanya saling tatap kemudian. "Apa maksudmu pulau naga yang tak ada seekor naga di dalamnya?"
Spontan,Rendi langsung menepuk kedua tangannya "Ah!,iya.Itu" Seru Rendi." Ngomong omong,jika ini pulau naga.Apakah ini sama dengan pulau naga dengan yang kukenal?"
"Hmnnn....pada dasarnya.Pulau naga yang kau kenal sama dengan pulau yang kau pijak sekarang ini," Jawab Zearios
"Lalu?,kenapa ini sangat berbeda dengan pulau naga yang kukenal?"
"Haaah......kita berada di dunia Reflection.Sebuah dimensi kecil yang dibuat oleh para naga pendahulu untuk ditinggali semua naga,"
"Reflection?" Rendi mengulangi kata yang diucapkan Peryion sebelumnya.
"Iya,Reflection.Sesuai dengan namanya,dimensi ini memantulkan pulau naga yang dulunya menjadi tempat tinggal kami." Dari nada bicara Peryion,terdengar sedih.Seolah ingatan yang tak ingin diingatnya kembali muncul ke permukaan.
"Dulunya?.Memangnya apa yang terjadi?"
"Kurasa kami harus menjelaskanmu panjang lebar.Duduklah,nak." Rendi segera menuruti perintah Zearios tanpa protes sedikitpun.Ia segera duduk diatas pasir yang sedikit basah namun sangat lembut.
-----------------------------------
"Aku rasa,aku akan mencobanya sekarang," Suara Lukas memecahkan keheningan antara ia dan Renata.
"Oh,kurasa kau yakin akan hal ini," Renata hanya manggut manggut mendengar pernyataan Lukas.
"Yakin sekali," Jawab Lukas.Meski ia tahu bahwa yang tadi itu bukan pertanyaan,ia masih menjawabnya.
----------------------------
"Aish,padahal hari ini katanya lbur.Tapi kenapa aku harus disuruh mencari kayu bakar." Disepanjang jalan di hutan,Loki terus menerus melontarkan keluhan keluhan terhadap gurunya.Sampai ia menyadari sesuatu.
"Aku punya firasat buruk akan hal ini," Gumamnya.Karena ingatan ingatan tentang ia dipermainkan oleh Lukas memutar ulang dengan sangat baik di benaknya.
"Ah gak mungkin ah,"
Ujar Loki sambil berjalan dengan langkah malas.
Srek srek
Langkah Loki langsung terhenti dengan suara gemerisik yang muncul dibelakangnya.
Tanpa perintah lebih lanjut,Loki segera menajamkan indera pendengaran dan penglihatannya.Kedua bolamatanya bergerak kesana kemari dengan liar,mencari cari sosok yang membuat suara gemerisik tersebut.
Setelah mrmastikan tak ada apapun disekitarnya,Loki kembali berjalan.
Tang
Kedua bilah pedang Loki beradu dengan sebuah besi.Tentu saja Loki tak menurunkan kewaspadaannya,oleh karenanya ia berpura pura kembali berjalan agar musuh terpancing untuk keluar.
Tangg...tang...tangg
Kedua besi saling bergesekkan,menyebabkan munculnya percikan percikan api.
Sang penyerang masih tak mrnunjukkan sosoknya.Ia mengenakan topeng dengan wajah yang tersenyum lebar.Senyuman itu tak nampak seperti senyuman bahagia,namun lebih terlihat sebagai senyuman seorang pembunuh yang haus akan darah.Ditambah bibir yang melengkung secara sempurna berwarna merah darah memberikan kesan merinding bagi orang yang melihatnya.
"Siapa kau!?" Tanya Loki sambil terus menangkis serangan kapak milik musuhnya.
Terdengar suara kekehan dari balik topeng,suaranya sedikit terpendam karena ia mengenakan topeng. "Apa kau ingin tahu?" Tanya orang itu dengan nada yang terkesan meremehkan.
"Tidak," Jawab Loki dengan ketus karena ia merasa kesal dengan nada bicara orang itu.
"Kalau begitu tak usah," Sambung orang itu sambil menjaga jarak dari Loki.
"Astaga,orang ini.Tentu aku ingin tahu!"
"Lha?,bukannya tadi kau bilang tidak?"
"Itu karena aku agak kesal denganmu yang gak langsung mengerti ucapanku!"
"Memangnya apa salahku?" Tanya orang itu,jari telunjuknya ia tempelkan pada dagu-berpose seperti berpikir.
Loki semakin geram dengan orang ini,kini ia tengah menjaga jarak dengannya.Tak ada yang menyerang,keduanya saling bertatap dan terbenam dalam pikiran masing masing.
"Kalau begitu," Ujar orang yang menyerang Loki barusan.Ia membuka topegnya perlahan lahan,orang itu hanya memperlihatkan sebagian wajahnya.Namun,sorot mata orang itu sangat dikenal oleh Loki.
Ia sebenarnya sangat mengenal orang itu dengan baik.Baik segi fisik maupun mental.
"Lama tak berjumpa,Loki." Ujar orang itu,sementara Loki hanya mematung sambil mengamati sosok didepannya lekat lekat.
Suara yang sebelumnya tetdengar parau karena terendam topeng.Berubah menjadi lembut dan manis,sebuah suara milik seorang wanita.
"Tak kusangka akan bertemu kau disini." Lanjutnya,ia balas menatap Loki dengan tajam.
Topeng yang semula menutup wajahnya dengan sempurna, kini telah terlepas seluruhnya dan menampakan seorang wanita dengan perawakan berusia 17 tahunan.Kulit berwarna kuning langsat,rambut panjang yang tergerai dengan bebas yang berwarna coklat tua.Kedua iris mata berwarna senada dengan rambutnya,tinggi badannya sekitar 165 cm dengan paras tubuh atletis.
"K-kakak." Ucap Loki tak percaya dengan sosok didepannya.
Sedetik kemudian,orang yang dipanggil kakak oleh Loki langsung memukul tepat di perut Loki.Hingga membuatnya terjungkal kebelakang beberapa meter.
Loki tak sempat mengelak serangan dari kakaknya akibatnya ia terpental kebelakang beberapa meter.
Loki berusaha bangkit dengan susah payah.Namun sebelum ia bisa bangkit,sebuah tangan memukul di belakang lehernya.Membuat Loki kembali terjatuh sambil mengerang kesakitan.
Dunia serasa berputar putar di mata Loki,semuanya terlihat buram.Ia melihat siluet pedang berwarna hitam dan putih yang tergeletak tak jauh darinya.
Dengan susah payah,Loki berusaha mrngambil pedangnya.Namun sebelum menggapainya,sesuatu menginjak tangannya.
Loki berusaha menengadah dan menatap sosok yang menginjak tangannya yang tak lain adalah kakaknya.
"Yo,apa kabar adik?.Tak kusangka akan bertemu denganmu disini,omong omong.Kau terlihat berantakan,butuh bantuan?" Ucap kakak Loki sambil tersenyum senang melihat adiknya yang kaget menyadari kehadirannya.
---------------------------
"Ish...kenapa juga aku yang harus nyari si tukang omel itu!" Evelyn tengah berjalan kesana kemari mencari sosok yang ia sebut sebut sebagai 'si tukang omel'.Yang tak lain lagi,adalah Loki.
"Dasar master,sukanya memerintah orang.Padahal dia sendiri terlihat santai santai,apalagi Renata yabg sok jadi bos disini." Gerutu Evelyn sambil menendang beberapa kerikil yang menghalangi jalannya.
Ia kini berada di bagian utara pulau,artinya bisa dibilang di belakang gunung.Evelyn sedang mencari sambil terbang dan memindai seluruh pulau dengan teknologinya.
Namun,ia tak mendapatkan apapun.Sejauh ini,hologram di kacamatanya tak memberikan tanda tanda Loki di pulau ini.
"Tak mungkin,teknologiku tak mungkin salah!" Oceh Evelyn sambil memperhatikan hologam yang ia buat dengan seksama.
Jika Loki berada di pulau ini,pasti akan muncul titik biru kecil yang menyala dalam peta yang Evelyn buat.Titik biru kecil itu menandakan bahwa Evelyn mengenal sosok tersebut dan ia adalah manusia.
Namun sejauh ini tak ada yang muncul selain sebuah titik biru kecil milik Evelyn sendiri.Bahkan di gunung tempat mereka beristirahat tak ada beberapa titik biru yang muncul.
Semuanya hilang seperti tak pernah ada.Perlahan lahan,pulau naga berubah bentuk.
Pulau yang dulunya dipenuhi oleh tumbuhan yang tumbuh subur,kini berubah menjadi sebuah pulau mati yang dipenuhi oleh tumbuh tumbuhan mati dan kering.
Tak hanya itu,hutan hutan yang semula ada.Tergantikan dengan sebuah desa,desa yang sangat familiar di mata Evelyn.
Tempat ia terlahir,belajar dan tumbuh.Desa Demique namanya,sebuah desa kecil yang berada dalam kekuasaan klan cahaya.Tapi,meski ada sebuah desa yang berada dalam kekuasaan klan cahaya.Itu tak merubah fakta bahwa desa itu aman dari para bandit dan penjahat.
Tak peduli dari mana asal klan kau berada,kejahatan selalu dapat lahir dan tumbuh di hati manusia.Meski itu dalam klan yang disebut sebut sebagai cahaya.
Kilas kilas memori Evelyn ketika berada dalam desa tersebut berputar putar dalam benaknya.Setiap ingatan ingatan yang berusaha dipendam oleh Evelyn kembali kepermukaan.
Ia hanya diam terpaku di udara sambil melihat pemandangan desa Demique terbakar.Kedua matanya menutup,enggan untuk melihat sekeliling.
Tanpa ia sadari,air mata mulai mengalir dari kedua pelupuk milik Evelyn.Air mata itu tak kunjung berhenti seiring menit berlalu.Evelyn masih menutup kedua matanya.
Bagi Evelyn,membuka mata dan melihat sekeliling sama saja dengan menikam jantungnya sendiri.
"A-yah,ibu." Lirih Evelyn,ia menggigit bibir bawahnya hingga berdarah berusaha menahan tangisannya yang tak kunjung berhenti.
Namun usahanya hanya membuat bibir bawahnya terluka.Namun itu tak sebanding dengan luka di batinnya saat ini.
"Evelyn lari!"
"Evelyn,larilah! Selamatkan dirimu!"
Kedua suara milik ayah dan ibu Evelyn bergema dalam benaknya.Semua ucapan ayah dan ibu Evelyn berdengung dengung di dalam otaknya.
Sadar akan suara kedua orang tuanya tak berhenti berdengung ditelinganya,Evelyn mencoba untuk melepas headsed yang dipakainya dan menutup kedua telinganya dengan tangan.
Suara tersebut masih belum berhenti."Hentikan!" Pekik Evelyn, "Ayah!,ibu!"
Namun suara tersebut tak kunjung henti.Membuat Evelyn harus meringkuk di udara sambil menahan teriakkan di mulutnya.
---------------------------
"Aneh," gumam Scarlet.
"Apanya yang aneh?" tanya seseorang di belakang Scarlet.Siapa lagi kalau bukan Lukas atau Renata?,itu yang dipikirkan Scarlet sekarang.
Scarlet tak terlalu mengubris orang yang bertanya padanya.Karna ia tahu jika yang ada di sekitar gua ini hanya ia sendiri,Lukas dan Renata.
"Loki,Evelyn dan Rendi tak kunjung kem- eh?!"
Scarlet sendiri yang memotong kalimatnya,ia merasa janggal dengan suara di belakangnya.Terasa familier di telinga namun, bukan milik Lukas maupun Renata.
Sengan spontan ia langsung berbalik dan menghadap kearah sang pemilik suara.
"Scarlet." Sapa orang itu.
Scarlet tak membalas sapaan orang didepannya.Kedua manik ungu tua milik Scarlet membular sempurna,kerongkongannya terasa tercekat tak mampu mengeluarkan sepatah katapun.
Orang yang berdiri di depan Scarlet adalah seorang pria yang sebaya dengannya.Ia memiliki rambut coklat pohon Rosewood dan manik berwarna hitam pekat.Pria itu sedang tersenyum ramah kearah Scarlet yang kaget setengah mati melihatnya.
"Lho?,kamu gak ingat aku?" tanya pria itu dengan nada sedih yang terdengar jelas bahwa ia membuat buatnya.
"A-ares." Ujar Scarlet terbata bata.Pria yang dipanggil Ares oleh Scarlet tersenyum hangat sebagai respon.
Sedetik kemudian,Scarlet langsung memeluk pria didepannya.Ia mendekap pria bersurai coklat itu dengan erat,seolah tak ingin melepasnya untuk selamanya.Reflek,pria bernama Ares itu membalas pelukan Scarlet dan mengelus elus surai merah milik Scarlet.
"Tak kusangka kau masih hidup,apakah benar ini kau?" Lirih Scarlet.Ia menyembunyikan wajahnya yang memerah karena menahan tangis.Tapi ia tak kuasa menahan kesedihannya dan menumpahkannya di laki laki bernama Ares ini.
"Sshh....sudahlah.Buktinya aku masih disini kan?"
Ingatan ingatan lama yang dipendam Scarlet kembali menyeruak ke permukaan.Ia kembali mengingat ingat masa ketika ia kecil.
---------------------------
"Ares?" seorang gadis kecil yengah memanggil manggil nama seseorang sambil sesekali melihat kesekeliling.
Gadis itu tengah mencari sesuatu,atau lebih tepatnya mencari seseorang.
"Ares?,dimana kau?" tanya gadis kecil itu kembali sambil meninggikan suaranya.
"DORR!!"
"Ah!!" Pekik gadis itu,ia langsung melihat kearah orang yang mengerjainya tadi."ARES!" teriaknya.
Sementara sang objek yang dipanggil tertawa terbahak bahak sambil memegangi perutnya yang tampak sakit karena menahan tawa ketika melihat reaksi terkejut gadis itu.
"Ah sudahlah aku kan bercanda," sang bocah bernama Ares mengusap usap ujung matanya yang berair karena banyak tertawa.Sementara sang gadis kecil hanya mencibir bibirnya kesal.
Melihat wajah sang gadis yang merah padam langsung membuat bocah bernama Ares itu berhenti tertawa."Ayolah Scarlet,aku hanya bercanda."
Ares mulai terlihat gusar karena Scarlet tak menyahut ucapannya barusan.
"Bhuahahaha....."
Anehnya,tawa milik Scarlet kecil pecah.Ia juga ikut tertawa dengan renyah sambil memegangi perutnya.Melihat gelagak Scarlet yang aneh,memunculkan tanda tanya di benak milik Ares kecil.
"Hahahha..."
Tawa Scarlet kecil akhirnya terhenti begitu melihat raut kebingungan di wajah milik Ares kecil.
"Apanya yang lucu?"
Tanya Ares kecil dengan mimik wajah kebingungan.Sementara Scarlet kecil hanya mengibas ngibaskan tangannya pertanda bukan hal yang penting.
Keduanya kini duduk di sebuah taman bunga di halaman milik Scarlet.Scarlet kecil kini memakai gaun dengan panjang selutut dan tanpa lengan.Gaun tersebut berwarna hijau toska dengan rok yang mengembang dan sebuah pita merah kecil yang mengikat di bagian pinggang milik Scarlet kecil.Rambut milik Scarlet kecil ia biarkan tergerai dengan panjang sampai dipinggangnya, dan jangan lupa dengan sebuah bando berwarna ungu yang kini ia kenakan menghiasi kepalanya.
Sementara Ares kecil mengenakan pakaian yang terbilang sederhana.Ia hanya mengenakan jaket berwarna hitam dengan hoodie yang menutupi kepalanya, kemudian celana panjang berwarna cokelat yang terlihat sedikit lusuh.
Kedua bocah tersebut duduk bersebelahan sambil bercana gurau.Perbedaan pakaian yang terlihat kontras sekaligus vulgar jika dilihat oleh orang.
"Um,Scarlet bagaimana kala-"
"Nona muda,anda disini rupanya."
Ucapan milik Ares kecil terpenggal begitu muncul dua orang pria mengenakan jas.Satu pria bersurai pirang dan berkacamata,sementara yang satu memiliki rambut berwarna perak yang ia ikat ponnytail.
"I-ivandio,Hendrick.A-apa yang kalian lakukan disini?"
Scarlet langsung salah tingkah dengan kehadiran dua orang yang ia panggil sebagai Ivandio dan Hendrick.
"Justru itu yang seharusnya kami tanyakan kepada anda." Sahut pria dengan surai berwarna pirang sambil membetulkan posisi kacamatanya.
"Ibunda dan ayahanda dari nona mencari anda.Jadi,ayo kembali."
Pria dengan surai silver segera menarik pergelangan tangan milik Scarlet kecil.Scarlet kecil sempat memberontak dan melepaskan tangan milik pria berambut silver itu.
"Tidak!,aku mau bermain disini!" Sergah Scarlet kecil.Ia mundur satu langkah menjahui pria itu,tak lama kemudian.Ares kecil segera berdiri di depan Scarlet kecil dengan kedua tangan terlentang.Ia bermaksud untuk melindungu Scarlet kecil
Namun kedua pria berjas tersebut segera memberikan tendangan berputar kepada Ares kecil hingga membuatnya tersungkur sambil meringis kesakitan.
"Diam kau rakyat biasa!.Sebaiknya kau jauhi nona Scarlet!"
"Ivandio cukup!.Jangan sakiti dia!,aku akan ikut kalian."
Kali ini,Scarlet kecil berjalan kearah kedua pria berjas tersebut tanpa ada perlawanan.
"S-carlet,jangan."
Ares kecil menghentikan langkah Scarlet kecil dengan memegang pergelangan tangannya.
Buagh
Sebuah pukulan dengan telak mengenai perut milik Ares.
"Ares!" Scarlet kecil hendak menghampiri Ares kecil yang tersungkur diatas tanah sambil meringis kesakitan.
"Kita harus pergi sekarang." Titah kedua pria berjas tersebut, mereka segera menarik paksa Scarlet kecil dan segera masuk kedalam sebuah cermin yang mereka ciptakan dari sihir.
----------------------------
"Kau sudah paham sekarang?"
Tanya Zearios-sang naga air-kearah Rendi.Rendi hanya duduk bersila sambil menopang dagu dan mengangguk anggukkan kepalanya.
"Kau yakin sudah mengerti?" kali ini,Peryion-sang naga merah-bertanya.
"Iya." Rendi mempertegas jawabannya."Jadi,aku harus mencari semacam batu kristal bening -yang-entah-apa-namanya-itu dengan nyala api didalamnya agar dapat kembali?" Tanya Rendi sambil mencoba menggambarkan bola kristal yang ia maksud dengan gerakan tangan.
"Flane Loize,lebih tepatnya." Peryion membetulkan ucapan Rendi barusan.
"Iya iya,Fla...flo...flia-"
"Flane Loize." Sambung Zearios.
"Ah!,itu!" Seru Rendi,"Jadi,dimana aku menemukan Flane Loize ini?"
"Disana." Rendi langsung memandang tempat yang ditunjuk oleh Zearios.Yaitu sebuah pulau kecik yang dipisahkan dengan laut kecil yang jaraknya sekitar 2 Km dari pulau naga.Sejauh pandang hanya dapat terlihat sekelebat hutan lebat dan sebuah bukit berwarna cokelat yang tak ditumbuhi oleh tumbuh tumbuhan.
"Pergilah ke pulau itu.Kemudian pergilah ke kaki bukit coklat tersebut,kau akan menemukan sebuah gua.Masuklah kedalamnya,kemudian carilah bola kristal Flane Loize.Bola itu memancarkan cahaya api berwarna putih,jadi kurasa kau akan mudah menemukannya."
Jelas Zearios panjang lebar,Rendi hanya manggut manggut sambil bergumam."Ini akan mudah sekali."
"Mudah?" Tanya Peryion tak percaya,ia sepertinya mendengar gumaman Rendi barusan.Tak lama kemudian,ia terkekeh dan berusaha menahan tawa,"Kau bilang mudah?.Hei anak kecil,jangan bercanda.Bagaimana kau akan sampai disana dengan cepat hah? Apalagi dengan tubuhmu yang kecil.Kuyakin kau akan sampai disana dalam beberapa hari.Dan oh,apa kau mengharap bantuan dari kami untuk menerbangkanmu kesana? Maaf saja,tapi kami tak menjual jasa mengantarkan orang."
Rendi hanya mengernyit,ia tak mengerti dengan ocehan ocehan yang dikeluarkan oleh Peryion.
"Kita lihat saja nanti,siapa yang bicara." Tambah peryion,yang membuat kerutan di dahi Rendi semakin dalam.Tak lama kemudian,tawa milik Peryion pecah mengisi keheningan yang sempat terjadi.
Melihat gelagat temannya,Zearios menyenggol badan Peryion sampai ia berhenti tertawa.Melihat hal itu,semakin menambah tanda tanya di benak Rendi.Ia memandang keduanya dengan tampang penuh selidik.
"Memangnya ada apa?" Tanya Rendi masih dengan tatapan curiga.
"Bukan apapa." Jawab Zearios.Nanun Rendi malah menyipitkan matanya.
"Ah,sudahlah.Aku pergi dulu!" Beberapa detik kemudian,Rendi langsung menghentikan kegiatan menyelidiknya.Setelah itu,ia langsung terbang melesat dengan ketinggian yang terbilang rendah.Namun,sedetik kemudian ia berhenti dan membalikkan badannya mengahadap dua ekor naga yang tengah menatapnya.
"Oh iya!,makasih informasinya!.Dah!" Rendi melemparkan senyuman hangatnya kearah dua sosok tersebut.Senyuman Rendi sempat membuat keduanya tertegun,tak lama setelah itu.Rendi segera melesat pergi meninggalkan dua ekor naga yang tengah menatap kepergiannya.
Hening.....
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
"Eh?!,jadi dia bisa terbang?!.Pasti dia bisa sihir,pantas saja dia tenang tenang saja dari tadi." Oceh Peryion dengan nada histeris.
"Bisakah kau mengecilkan volume suaramu ngak?!" Desis Zearios."Lagipula,kamu gak sadar dari tadi.Kan kau juga liat aura yang menyelimuti tubuhnya."
"Hehehe...aku kira itu cuma biasa.Bukan energi sihir."
Zearios hanya menghela nafas panjang mendengar jawaban dari temannya saru ini."Kau cukup dungu Peryion," gumam Zearios.
"Apa tadi kau bilang?!" Serpertinya Peryion dapat mendengar sayup sayup bahwa Zearios sedang mrnggumamkan sesuatu tentang dirinya.
"Bukan apa apa." Sergah Zearios.
"Bohong." Bantah Peryion.
"Terserah,ngomong omong.Apa pendapatmu tentangnya?" Tanya Zearios.
"Tentang apa atau siapa?" Peryion balas bertanya.
"Tentang anak itu,Rendi Lukie.Bukankah aneh,jika ia memiliki kekuatan dari kedua klan?"
"Memangnya klan apa?" Peryion kembali balas bertanya.
"Astaga,dua klan itu.Cahaya dan kegelapan!"
Peryion hanya ber-oh ria."Tapi,menurutku itu biasa aja."
"Darimana kau tahu?" Tanya Zearios penuh selidik.
"Begini,dulu aku pernah bertemu deorang bocah laki laki.Aku tak tahu kapan,aku juga tak terlalu ingat penampilan bocah itu.Tapi,ada yang mengganggu benakku begitu melihat bocah itu."
"Memangnya apa?" Tanya Zearios penasaran.
"Begini,ia juga memiliki aura yang sama seperti anak itu."
"Anak itu?" Zearios mengulang kata yang diucapkan Peryion.Peryion hanya menghela nafas,lantaran ia harus menghadapi pertanyaan pertanyaan milik Zearios yang terus menerus memotong kisahnya.
"Anak itu,Rendi.Rendi Lukie." Jawab Peryion.
"Oh." Zearios hanya manggut manggut.Sementara Peryion hendak membuka mulut untuk berbicara,namun...
"Jadi,apa lanjutannya?" Tanya Zearios tak sabaran.
"Paling ngak biarkan aku selesai bercerita dulu!"
"Hehehe ma-"
Zearios mrmilih untuk mengutungkan niatnya untuk meminta maaf,karena begitu ia membuka suara.Peryion langsung menatapnya dengan tajam.
"Intinya,bocah laki laki yang kutemui memiliki aura seperti Rendi.Bahkan,kalau tidak salah seratus persen mirip."
"Hmm...mirip di bagian mana?" Tanya Zearios dengan santai,seolah ilah peringatan yang diucapkan Peryion tak pernah terjadi.
Peryion hanya menghela nafas panjang,berusaha menanggapi dengan kepala dingin semua pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan Zearios kepadanya.
"Miripnya adalah.Ia juga memiliki aura kegelapan yang pekat,namun disaat yang bersamaan aku juga dapat merasakan aura cahaya yang terang.Namun,bocah itu menyadari aku memerhatikan aura ditubuhnya.Ia segera memasang pelindung yang menyembunyikan aura sihir di tubuhnya."
"Jadi,kalau R-"
"Kalau Rendi,aku juga dapat merasakan hal yang sama dengan anak itu.Hanya saja,aura milik Rendi saling bertempur.Seolah olah memiliki kehendak sendiri dan berusaha menguasai tubuh Rendi.Jika salah satu dari dua jenis aura itu menang,ada dua kemungkinan untuk Rendi.
Pertama,jika aura kegelapan menang.Maka,mungkin ia menjadi anggota klan kegelapan,mungkin.Tapi,menurutku gak peduli anggota klan kau berada.Semuanya sama,karena itu tergantung pada kita sendiri.
menurutku,di klan kegelapan indah dalam caranya sendiri.Orang orang hanya takut akan namanya,kegelapan.Bahkan,menurutku tak semua yang gelap mengerikan.Justru,langit gelaplah yang membuat bintang bintang berainar lebih indah.
Bahkan untuk seseorang yang merupakan anggota klan cahaya belum tentu ia baik.Bisa saja kekuatannya adalah cahaya,namun hatinya berada dalam kegelapan dalam kata lain jahat.Atau sebaliknya,meski kau anggota klan kegelapan.Belum tentu kau jahat,bisa saja di dalam hatinya terdapat cahaya.Dalam kata lain,baik.
Lalu,unduk kemungkinan yang satu.Kurasa,anak itu-Rendi akan menjadi anggota klan cahaya."
Jelas Peryion panjang lebar.Sementara Zearios hanya manggut manggut mendengarkan ucapan Peryion barusan.
"Hei,boleh kenalan gak? Habisnya,kau mirip sekali dengan teman yang kukenal.Tapi,bedanya adalah sifatmu.Kamu terlihat bijaksana dan tenang,sementara temanku itu cerewetnya minta ampun."
Peyion hanya mengernyit mendengar kalimat yang Zearios lontarkan kepadanya."Ah!,atau jangan jangan kamu ini kembaran dari Peryion yang dia sembunyikan dariku?!" Nada bicara Zearios berubah panik.Namun,tak lama kemudian ia cekikilan sendiri.
Peryion masih mencoba mencerna setiap kalimat yang Zearios ucapkan tadi.
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
"Ah!,panas!" Rupanya Peryion langsung meyemburkan api lewat mulutnya kearah Zearios.Zearios yang sibuk tertawa jadi terkena dampak serangan tiba tiba milik Peryion.
Iris golden milik Peryion menatap tajam Zearios yanf masih cekikilan tak jelas."Dasar lemot!" Ejeknya.
"Apa kau bilang?!" Tanya Peryion,asap mulai mengepul di sisi bibirnya.
"L-E-M-O-T."
"Awas kau ya!" Geram Peryion sambil menembaki Zearios dengan bola api.Zearios hanya menghindar kesana kemari,sambil sesekali membuat perisai dari air untuk melindunginya.
"Sini kau!" Karena geram,Peryion membentangkan kedua sayapnya dan terbang untuk mengejar Zearios.Namun terlambat,Zearios sudah menyelam kedalam air.
Masih merasa kesal dengan kelakuan Peryion,ia menembaki permukaan air dengan bola api.Peryion tak peduli dengan keluhan keluhan yang dilontarkan para naga air kepadanya.Tujuannya hanya satu,membuat Zearios keluar dari persembunyiannya.
Dua jam kemudian....
Asap mengepul dimana mana,permukaan aier terlihat panas.Para naga air dan hewan hewan lainnya memilih menyelam lebih dalam agar tak kepanasan.
"Ayolah Peryion." Kepala milik Zearios menyembul keluar dari air.Namun,dengan segera ia disambut dengan sebuah bola api.Untungnya Zearios berhasil kembali masuk kedalam air dan tak terkena serangan milik Peryion.
"Peryion,ini tak lucu." Bujuk Zearios,sejauh ini ia tak berani mengeluarkan seluruh tubuhnya ke permukaan.Takut takut kalau api milik Peryion mengenainya.Yah,walaupun sisiknya tebal dan tahan api.Namun tidak bagi api peryion,api milik Peryion istimewa.Ia bisa mengatur suhu apinya sesuka hatinya.Jika ia ingin api miliknya srpanas matahari,
tinggal diatur.Atau jika ia ingin apinya sedingin es,juga mudah diaturnya.
"Ini lebih tak lucu!" Bentak Peryion,sementara Zearios menghela nafas pasrah dengan sikap keras kepala milik Peryion.Peryion nampak membuka mulut dan hendak menembakkan api,namun..
Sebuah hembusan angin yang sangat keras langsung menghentikan kegiatannya.Memang angin itu tak cukup keras untuk menggoyangkan tubuh Peryion yang sedang terbang.Namun angin itu cukup keras hingga membuat pepohonan menunduk dan air laut terombang ambing tak karuan.
Angin itu berpusat pada pulau yang diberi petunjuk oleh Zearios kepada Rendi.Tak lama kemudian,muncul pilar berwarna hitam dan putih.
Pilar tersebut menjulang kelangit hingga menembus awan.Tak ada yang tahu ujung pilar aneh itu,bahkan untuk Peryion maupun Zearios.Sejujurnya,ini adalah kali pertama mereka mengalami ini.
"Kalian sepertinya bersenang senang sekali." Ucap sebuah suara yabg terdengar milik perempuan.Kedua mata milik Peryion dan Zearios membulat sempurna.Karena mereka tahu betul siapa pemilik suara tersebut.
Sedetik kemudian,muncul seekor naga dengan sisik putih yang menyelimuti sebagian besar tubuhnya.Kedua matanya berwarna violet,dan pupilnya seperti reptil pada umumnya.Di balik sisiknya yang putih,ada beberapa sisik hitam di leher dan punggung naga tersebut.Ia tengah berdiri dengan tegap diatas air,kedua sayap putihnya ia lipat dengan rapi.
Tanpa pikir panjang,Zearios dan Peryion menundukkan kepala mereka dihadapan sang naga putih tersebut.
"Astaga,angkat kepala kalian.Apakah begini,cara menyambut teman lama?" Titah naga putih tersebut.Ia tersenyum lembut pada Peryion dan Zearios yang perlahan lahan mengangkat kepala mereka.
"Lama tak berjumpa,Peryion,Zearios.Bagaimana kabar kalian?" Tanya naga putih itu.Apat disimpulkan dari suara dan gerak geriknya bahwa ia adalah betina.
"Kami baik baik saja.Bagaimana denganmu,Elena?" Tanya Zearios dengan sopan.Kali ini,ia menyembulkan seluruh tubuhnya keluar dari air untuk membalas sapaan naga putih yang ia panggil Elena.
"Menurut kalian?" Elena balas bertanya."Dimana anak itu?" Tanya Elena.
Sementara Zearios dan Peryion saling tatap untuk beberapa saat.Isi pikiran keduanya sama,hanya ada satu 'anak' yang ada di dimensi ini.Siapa lagi kalau bukan 'dia'.
Elena menghela nafas,"Rendi,dimana Rendi?"
Zearios hanya menunjuk sebuah pulau yang tadi ia tunjuk untuk Rendi.Dahi Elena mengernyit setelah melihat pulau itu.
Kedua iris violetnya menatap pulau itu lekat lekat."Rupanya begitu ya." Gumam Elena.
"Yo,Elena!" Sapa sebuah suara.
Tak lama kemudian,muncul beberapa butiran butiran cahaya hitam di dekat Elena.Butiran butiran cahaya tersebut mulai bersinar lebih terang namun cahayanya hitam.Setelah itu,muncul seekor naga dengan sisik serba hitam namun ada juga beberapa yang berwarna putih.Ia memiliku mata semerah darah dan pupil seperti reptil pada umumnya.
Berbeda dengan Elena yang terlihat lemah lembut,naga ini justru terlihat bengis dan sotot mata kebencian terlihat jelas dimatanya.
"Edgar." Balas Elena.
"Ho~,rupanya kau juga sudah bisa menggunakan wujud ini kembali." Ujar naga bernama Edgar dengan naa yang terkesan menyindir.
"Memangnya kenapa?" Tanya Elena.Nada bicaranya berubah drastis begitu melihat Edgar.
"Bukan apa apa." Jawabnya sambil mengalihkan pandangannya ke sebuah pulau kecil yang didalamnya ada Rendi.
Kedua matanya menyipit dan memperhatikan pulau itu dengan sekasama.Sebuah pilar berwarna hitam dan putih masih menjulang tinggi keangkasa dengan pulau itu sebagai dasarnya.
Tak lama kemudian,Edgar tersenyum menyeringai dan kembali menghadap kearah Elena.
"Kuharap kau siap,saudariku." Setelah mengucapkan itu,tubuh Edgar bersinar hitam kemudian menghilang menjadi butiran butiran sinar gelap.
"Kuharap kau juga,Saudaraku." Gumam Elena
Tak lama kemudian,ia menatap dua temannya yaitu Peryion dan Zearios yang kebingungan sambil tersenyum."Aku pergu dulu." Ucapnya dengan nada ceria.
Tak lama kemudian,Elena hilang dan menjadi serpihan serpihan cahaya putih.
--------------------------------
Hai
Author kembali.
sebelumnya Author minta maaf karena minggu kemarin ngak update.Tugas sekolah menggunung dirumah author,apalagi hari minggu ada tugas kelompok yang mengharuskan Author untuk hadir.
Jadi,sekali lagi Author minta maaf.Jika nenyukai cerita ini,mohon tinggalkam jejak.Seperti Vote maupun komen,segala kritik dan saran saya terima dengan terbuka.Jadi,jika ada yang kurang atau saran apanpun akan senantiasa saya dengarkan jika berguna.
Author mengucapkan terimakasih buat kalian para Readers yang membaca cerita saya sampai disini.
Salam hangat dariku
-Renaayu-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top