Chapter 3 : Visiting Old Friend

Kami tidak ingin membuang banyak waktu, jadi langsung saja kami bergegas pergi. Perjalanan kami menuju ke tempat praktek temanku tidak begitu lama, tapi karena aku dan Agápi memutuskan untuk diam saja, keadaannya jadi sedikit kaku. Tapi tidak masalah bagiku, aku tau baginya akan agak sulit untuk mempercayaiku, terutama kalau dia memang benar - benar tinggal dengan Myers selama dua tahun.

Mungkin aneh ketika mendengar seorang perempuan manis seperti Agápi mengatakan sesuatu yang baik tentang seorang penjahat yang tengah kukejar. Walau mungkin ada juga yang masih tidak mengerti ada apa urusanku dengan Myers. Baiklah, mari kuberi penjelasan singkat.

Aku baru saja lulus kuliah pertengahan tahun ini, tapi sebelum itu aku sudah bergabung dengan Shaun Private Eye, yang merupakan sebuah kantor swasta yang menawarkan jasa penyelidikan. Aku sendiri adalah lulusan Sandford Academy, yang merupakan akademi khusus agen rahasia. Singkat kata, aku bekerja pada Mr. Jameson, mentorku saat masih di akademi. Setelah aku selesai membantu menyelidiki beberapa geng radikal yang ada di kota, seorang ahli kriminal kota Inkuria datang pada kami, dan meminta bantuan untuk menyelidiki sindikat penjualan manusia yang ada di kota. Kami berbagi tugas, dia yang menyelidiki langsung ke dalam sindikat itu, sementara itu kami diminta untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang pemimpinnya, Ascott Myers.

Operasi yang kulakukan kemarin itu bertujuan untuk membuat Myers terdesak. Dengan begitu pria yang meminta bantuan kami itu bisa mencari kelemahannya dan membongkar sindikat milik Myers tadi.

Mengetahui bahwa Myers adalah seorang penipu di bisnis penjualan manusia, dan keahliannya menjerat banyak orang –terutama perempuan– untuk jadi "barang dagangan"nya, jelas mengindikasikan kalau dia adalah orang yang tidak bisa dipercaya. Tapi tadi, Agápi mengatakan banyak hal baik padanya. Hal itu membuatku bingung sekaligus agak khawatir.

Aku punya tebakan atas apa yang sebenarnya terjadi pada Agápi. Tapi jujur saja, aku tidak ingin kalau tebakanku itu benar.

Karena itulah, untuk memastikan keadaan Agápi, aku membawanya ke tempat praktek temanku. Mereka berdua berbagi sebuah rumah sewaan untuk praktek mereka, dan aku mengenal mereka karena mereka pernah bekerja untuk Sandford Academy beberapa tahun yang lalu. Mereka adalah Luke Thompson dan Sherina Henrietta. Luke adalah dokter umum, sementara itu Sherina adalah psikolog. Keduanya sudah kuhubungi tadi pagi, jadi mereka pasti sudah menunggu kedatanganku.

Saat masuk ke dalam rumah sewaan itu, ada dua baris kursi untuk mengantre yang ada di sisi kiri dan kanan ruangan. Yang kanan adalah antrean pasien Dr. Thompson, dan yang di kiri adalah antrean pasien Dr. Henrietta. Seorang suster yang berjalan di antara antrean itu melihatku datang, dan dia langsung menghampiriku.

"Brian! Luke sudah bilang kalau kamu akan ke sini, jadi apa kabar?" Tanya si suster.

"Aku baik - baik saja, Andrea. Aku ke sini untuk memeriksakan temanku, ini Agápi," Sahutku, lalu memperkenalkannya pada Agápi.

"Wah, kamu cantik sekali! Mari, kalian tunggu dulu sebentar. Antreannya akan selesai paling tidak setengah jam lagi, lalu kalian bisa menemui Luke."

"Baiklah, terima kasih."

Kami duduk di kursi, mengantre untuk bertemu dengan Luke. Agápi terlihat agak gugup, jadi aku menggenggam tangannya lembut, berusaha untuk menenangkannya.

"Kamu gugup, Agápi?" Tanyaku.

"Aku ... aku agak takut dengan orang asing." Jawab Agápi.

"Begitu? Padahal kamu baru bertemu denganku hari ini loh."

"Uhm ... entahlah, aku agak gugup pada awalnya."

"Tidak apa, tenanglah. Aku sudah kenal Dr. Luke Thompson cukup lama. Dia terlihat serius, tapi sebenarnya dia pria yang menyenangkan. Suster yang kita temui tadi adalah istrinya, Andrea. Luke orang yang baik, aku bisa jamin itu. Dan kalau dia berusaha melakukan yang aneh - aneh padamu, aku pasti akan menendang bokongnya keras - keras. Tapi aku percaya dia tidak akan melakukannya karena dia berpegang teguh pada kode etiknya sebagai dokter, dan istrinya pasti akan ikut menghajarnya kalau dia berani macam - macam."

Agápi terkekeh, "Baiklah ... aku percaya padamu."

Aku tersenyum, meski di dalam kepalaku tersirat sebuah pertanyaan. Agápi kelihatannya bukan orang yang bisa memercayai orang lain dengan mudah, terutama karena dia selalu bersama Myers selama dua tahun, dan hanya Tuhan yang tau kata - kata manis apa yang dibisikkannya sehingga Agápi mau percaya padanya. Aku tidak percaya kalau Agápi bisa memercayaiku dalam waktu yang cukup cepat. Apakah mungkin ....

Pemikiranku terputus saat tiba - tiba aku mendengar nama Agápi dipanggil. Langsung saja kami masuk ke dalam ruangan periksa. Di sana kami bisa melihat seorang pria yang berusia di pertengahan 30 tengah duduk di depan sebuah meja. Dia mengenakan jas putih ala dokter, yang melapisi kaus hitam yang melekat di tubuhnya.

"Brian! Sup dude, how's life?" Tanya Luke, lalu memelukku.

"Good, I guess?" Jawabku, agak ragu.

Dia terkekeh, kemudian melirik ke arah Agápi. Bisa kulihat Agápi mengamatinya dengan seksama. Luke memang memiliki penampilan menarik. Rambutnya cokelat gelap, begitu juga dengan irisnya. Tapi yang mencolok darinya adalah jenggot yang sengaja dia panjangkan, membuatnya terlihat agak urakan, tapi bagi beberapa perempuan mungkin jenggotnya menjadi daya tarik sendiri. Luke memang sering membanggakan jenggotnya. Yah, karena dia memang merawatnya dengan baik, dan dia terlihat cocok jika memiliki jenggot seperti itu.

"Ah, halo! Kamu pasti Agápi. Perkenalkan, aku Dr. Luke Thompson, tapi kamu bisa panggil aku Luke," Ujar Luke, lalu mengulurkan tangannya untuk dijabat.

Setelah mereka berkenalan, Luke mengambil sebuah jubah pasien dan menyerahkannya pada Agápi.

"Ini, lebih baik kamu ganti pakaianmu dengan ini supaya aku bisa memeriksamu dengan lebih mudah. Santai saja, aku akan mengobrol dengan Brian sementara kamu berganti pakaian. Disana ada ruang ganti," Ujar Luke, lalu menunjuk ke arah sebuah ruangan kecil.

Agápi menuruti perkataannya, sementara itu aku dan Luke duduk berhadapan di meja kerjanya. Wajahnya terlihat penuh selidik, sepertinya dia masih penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan Agápi.

"Aku sudah dengar tentang operasi yang kamu lakukan tadi malam dari Mr. Jameson. Yang mau aku tanyakan adalah, siapa dia dan bagaimana kalian bisa bertemu di tengah kekacauan itu?" Tanya Luke.

"Baiklah, aku akan jelaskan apa yang terjadi padamu," Sahutku.

Aku memberikan cerita singkat pada Luke, dan dia mendengarkannya dengan seksama. Setelah aku selesai bercerita, dia menatapku serius.

"Apa yang barusan kudengar itu tidaklah baik. Kamu harus membawanya ke Sherina setelah ini," Komentar Luke.

"Aku memang akan melakukannya. Tapi kurasa sekalian saja kamu memeriksanya, untuk memastikan kalau dia baik - baik saja." Ujarku.

"Ya, ya, aku paham itu. Lalu, apa Mr. Jameson sudah tau tentang keberadaannya?"

"Sudah. Aku minta David untuk menjelaskan keadaannya, dan tadi malam aku juga mengirimkan pesan padanya. Mungkin nanti malam aku akan menelponnya."

"Baguslah. Aku mungkin bukan psikolog seperti Sherina, tapi aku rasa kamu sebaiknya membuat Agápi merasa nyaman dulu. Lingkungan ini asing baginya, dan kamu harus bisa membuatnya tidak merasa risih."

"Akan aku coba."

Tak lama kemudian, Agápi keluar dari ruang ganti. Dia mengenakan jubah pasien, dan terlihat agak canggung saat menatap Luke.

"Jangan takut, Agápi. Semuanya akan baik - baik saja. Aku akan periksa kondisimu, mungkin itu akan makan waktu setengah jam. Setelahnya, mungkin aku bisa lakukan rontgen untukmu. Kalau perkiraanku benar, sekarang sudah lewat sejam setelah kalian sarapan kan?" Tanya Luke.

"Ya ... kurasa. Perjalanan ke sini membutuhkan waktu setengah jam, dan kami menunggu setengah jam sebelum menemuimu," Jawabku.

"Bagus. Aku akan berikan cairan untuk membersihkan organ dalammu sebelum kita melakukan rontgen, dan sekarang mari kita menuju ke ruangan periksa."

Luke membawa Agápi menuju ke ruang periksanya. Dia melakukan pekerjaannya dengan baik, dan Agápi mulai terlihat nyaman di dekat Luke. Aku menunggunya sambil berkirim pesan dengan David, menanyakan bagaimana perkembangan dari penyergapan kemarin.

Dari penuturan David, masih belum ada banyak kemajuan yang didapatkan karena para pelayan Myers memutuskan untuk tutup mulut. Lalu dari penyisiran yang dilakukan di rumahnya, tidak ada tanda - tanda mencurigakan di sana. Kemudian tim yang bertugas melacaknya masih mengikuti pergerakannya, mereka bahkan sukses menempelkan sebuah pemancar kecil di kendaraan yang dia gunakan, tapi kini kemungkinan dia masih bisa berpindah jadi mereka akan mengabari kalau ada perkembangan.

Saat aku selesai menanyakan pertanyaanku pada David, rupanya Agápi sudah selesai diperiksa. Dia mengganti kembali pakaiannya, sementara itu Luke kembali duduk di hadapanku.

"Dia tidak apa - apa, Brian. Yah, secara fisik dia baik. Walau bekas luka di tubuhnya sangat memprihatinkan. Tapi tidak ada yang parah, tidak ada infeksi. Tadi aku mengamati lukanya, dan memperbaiki perbannya. Dia tidak perlu dijahit atau apapun. Fisiknya juga bagus, tidak ada sakit atau kelainan. Hasil rontgen tidak memperlihatkan adanya patah tulang atau apapun. Dia mungkin hanya butuh beberapa vitamin agar lebih bugar, aku akan tuliskan beberapa resep nantinya. Selain itu aku juga menyarankan agar kamu membawanya berjalan - jalan di bawah sinar matahari untuk menguatkan fisiknya. Mungkin aktifitas seperti berkebun juga membantu. Jangan membuatnya terlalu lelah atau stres, itu saja," Kata Luke, menyampaikan hasil pemeriksaannya.

Aku menghela napas lega, "Baguslah kalau dia tidak apa - apa," Sahutku.

"Tapi itu kan secara fisik. Sherina mungkin punya pendapat yang berbeda dariku."

"Aku tau itu."

Setelah Agápi selesai berganti pakaian, langsung saja aku pamit pada Luke. Kami keluar ruangan, dan melirik ke arah ruangan milik Dr. Sherina.

"Dr. Luke bilang aku baik - baik saja. Dia bilang apa padamu?" Tanya Agápi.

"Hal yang sama. Dia menyarankan kamu untuk sekekali jalan - jalan atau beraktifitas seperti berkebun. Dan minum beberapa vitamin," Jawabku.

"Begitu ... lalu bagaimana dengan Dr. Sherina?"

"Oh? Dia wanita yang baik, dan ramah. Sesuai pekerjaannya sebagai psikolog, dia adalah teman yang baik dan bisa membantumu kalau sedang ada masalah. Kalau kamu menyukainya, kamu bisa berteman dengannya. Mungkin lain kali kita bisa menemuinya dengan keadaan yang lebih santai lagi."

Dia mengangguk, dan Andrea menghampiri kami lalu berkata kalau Dr. Sherina sudah selesai dengan pasien terakhirnya, jadi dia mempersilahkan kami untuk masuk.

Saat masuk ke dalam, seorang perempuan dengan rambut pendek sebahu tengah sibuk menulis sesuatu di mejanya. Dia mendongak untuk melihat siapa yang datang, kemudian tersenyum. Dr. Sherina adalah seorang perempuan yang memiliki perawakan yang proposional, dengan rambut hitam lurus dan iris berwarna hijau seperti permata. Beliau berusia awal 30 - an, walau dari wajahnya dia terlihat lebih muda daripada usia sebenarnya.

"Ah, Brian! Selamat datang! Apa kabar?" Tanya Sherina, sambil menjabat tanganku.

"Aku baik - baik saja. Bagaimana denganmu?" Ujarku.

"Baik, tentu saja. Lalu, ini Agápi yang kamu ceritakan itu ya? Kamu cantik sekali! Namaku Sherina, senang berkenalan denganmu!" Kata Sherina, lalu dia berjabat tangan dengan Agápi.

"Halo, senang bertemu denganmu," Sahut Agápi.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita mengobrol berdua saja di ruanganku? Kamu bisa ceritakan siapa kamu, dan bagaimana keadaanmu padaku. Kamu tetap di luar ya Brian?"

"Kenapa? Aku juga ingin dengar .... " sahutku, protes.

"Tidak, ini obrolan antar perempuan, oke? Jadi kamu tunggu saja, kami akan kembali dalam waktu paling tidak sejam."

"Baiklah .... "

"Bagus. Pengganggunya sudah aman, jadi mari kita masuk ke ruanganku."

Mereka masuk ke dalam ruangan periksa milik Sherina, sementara itu aku duduk di sofa yang ada di luar. Aku tau kalau Sherina sedang berusaha untuk melaksanakan pekerjaannya. Dia disukai oleh banyak pasiennya karena melakukan pendekatan secara psikologi dengan cara yang tepat. Seperti tadi, dia memang mengutamakan percakapan empat mata dengan pasiennya. Aku tau kalau Agápi ada di tangan seorang ahli, tapi di satu sisi aku penasaran akan apa yang Agápi katakan padanya. Walau nanti aku akan dapat penjelasan dari Sherina akan apa saja yang terjadi.

Setelah sejam menanti, sampai aku bosan menunggu mereka dan memutuskan untuk memainkan game di ponselku. Sherina akirnya keluar dari ruangannya, lalu melirik ke arahku.

"Brian? Aku ingin bicara denganmu. Kamu tidak apa kan kalau aku tinggal di sana sebentar, Agápi?" Ujar Sherina.

"Tidak apa. Kalian bisa bicara." Jawab Agápi.

"Baiklah. Kamu santai saja. Di meja ada beberapa cemilan dan permen kalau kamu mau. Di sebelah dispenser kamu bisa ambil gelas di dalam rak kalau kamu haus. Aku tinggal sebentar ya?"

Agápi mengangguk, kemudian Sherina menoleh ke arahnya dan menutup pintu. Dia memberi gestur untuk mendekat ke arah meja kerjanya, dan aku menurutinya. Kini kami duduk berhadapan, dan dia menghela napasnya sebelum mulai bicara.

"Aku tidak tau apakah kamu akan kaget atau tidak terhadap apa yang akan aku katakan. Tapi mengingat kamu bukanlah sosok keluarga yang tidak mengetahui bahwa Agápi memiliki beberapa kelainan psikis, melainkan adalah seorang agen yang sudah pernah melihat berbagai macam keadaan psikologi manusia, jadi kurasa kamu tidak akan kaget. Walau kurasa, untuk gadis secantik Agápi, mungkin rasanya yang dia alami ini agak mengejutkan," Ujar Sherina.

Aku ingin menyanggah, tapi aku memutuskan lebih baik langsung saja ke intinya, "Langsung saja. Apapun itu, aku sudah siap," Sahutku.

"Kamu punya tebakan atas apa yang sebenarnya terjadi padanya?"

Aku mengangguk, "Aku sudah tau tandanya dengan baik."

"Yah, aku tentunya ingat akan kasus itu, karena aku juga berada di dalamnya. Jadi ya, kalau begitu lebih baik kukatakan saja sekarang. Agápi mengalami satu kondisi yang dalam psikologi disebut sebagai Stockholm Syndrome."

Aku menghela napas, "Sudah kuduga. Dari cara dia menggambarkan Myers ... pria itu sudah meracuni Agápi dengan perkataan manisnya."

"Mengingat siapa itu Ascott Myers, ya kurasa Agápi terpengaruh olehnya. Sebelum aku menceritakan tentang apa yang dia katakan padaku, aku ingin dengar bagaimana kisahmu bisa bertemu dengannya, dan apa saja yang sudah terjadi."

Aku mengangguk. Kuceritakan bagaimana aku bisa bertemu dengan Agàpi, dan apa saja yang terjadi antara aku dan dia tadi pagi. Kulihat Sherina mencatat beberapa poin penting dari perkataanku. Setelah aku selesai bercerita, dia terdiam sejenak, kemudian menatapku dalam.

"Ya kurasa dari apa yang sudah terjadi antara kalian berdua, sepertinya kamu bisa lihat kalau dia menyanyangi Ascott Myers lebih dari semestinya. Tapi aku akan jelaskan beberapa kondisi yang membuatnya bisa menjelaskan keadaannya sekarang."

"Jelaskan. Supaya aku tau semuanya."

"Baiklah. Jadi, tadi aku mencari tau tentang hubungannya dengan Myers. Dari bagaimana cara Myers memperlakukannya dengan ketat, bahkan tidak memperbolehkannya keluar tanpa izin, dan ... aktivitas mereka di malam hari, aku bisa bilang kalau Agápi adalah pelayan Myers untuk urusan kebutuhan seksual."

Mataku membelalak. Aku tau siapa Myers, tapi aku tetap tidak menyangka kalau Agàpi benar - benar seseorang yang digunakan oleh Myers untuk melampiaskan nafsu binatangnya.

"Sudah kuduga. Apa dia korban dari penjualan manusia yang dimiliki oleh Myers?"

"Kurasa tidak ... karena dia menggambarkan Myers telah mengeluarkannya dari tempat yang gelap. Dia menggambarkan bahwa sebelum bertemu Myers dia bertemu dengan seorang wanita yang dia gambarkan sebagai malaikat yang terjatuh ke dalam lumpur."

Aku mengerutkan alis. "Apa maksudnya?"

"Kemungkinannya adalah, dia berada di dalam suatu tempat yang penuh dengan kejahatan, lalu Myers mengambilnya, mungkin dia menebus Agápi. Jadi mungkin Agápi juga korban dari penjualan manusia, tapi dia bukan bagian dari sindikat milik Myers. Lalu tentang wanita itu, sepertinya saat dia ditahan, dia menemukan seorang teman baik, meski dia harus terlibat kejahatan yang sama dengannya. Nah, kita sudah punya beberapa kata kunci, yaitu kegelapan dan lumpur. Kamu sudah punya gambaran?"

"Underground? Tapi itu tidak mungkin, bagaimana dia berasal dari Underground? Dia jelas bukan dari sana."

"Kalau itu aku juga yakin. Dia bilang kalau dia pernah berada di sebuah neraka, dimana semua orang memperlakukannya seenaknya, dan menggunakan tubuhnya sesuka hati. Dia juga harus berdiri menatap mobil lalu lalang setiap hari."

"... Prostitusi ... tidak ... aku tau apa maksudnya dengan Underground ...."

"Yah, aku tidak mengikuti perkembangan bawah tanah, tapi dari cara dia menyampaikan ceritanya padaku, kurasa dia sudah mengalami banyak siksaan dalam hidupnya. Kemudian Myers datang dan "mengambilnya". Bersama pria itu, dia diperlakukan dengan lebih baik, walau dia tetap menjadi pelayan khusus bagi Myers."

"Dan Agápi percaya pada Myers? Bagaimana bisa! Dia itu bajingan!"

"Memang. Tapi Myers membebaskannya dari prostitusi. Lalu dia memperlakukannya dengan baik. Dari cara Myers memperlakukannya, sepertinya mereka berada dalam hubungan yang berkaitan dengan BDSM. Lalu kita tau Myers memiliki mulut manis. Dia pasti telah mengatakan bahwa semuanya akan baik - baik saja selama Agápi bersamanya. Myers mengulangi perkataan itu jutaan kali, lalu dia menunjukkan sisi baiknya. Sejahat apapun Myers, kurasa dia akan melemah karena wajah manis dari gadis seperti Agápi. Lalu ... karena keadaannya yang tidak begitu buruk, perkataan dari Myers tadi dia anggap serius, maka perkataan itu menjadi sugesti bagi Agápi untuk mempercayai Myers. Dan ... akhirnya dia berpikir bahwa Myers benar - benar bisa dipercaya."

"Jadi ... dia termakan sugesti dari Myers, makanya Agápi percaya padanya?"

"Ya. Stockholm Syndrome sendiri adalah kondisi kejiwaan dimana seseorang memiliki rasa simpati pada orang yang menyakitinya. Dia akan menganggap lebih baik bersama orang yang menyakitinya, karena dunia luar bisa jadi lebih kejam daripada yang dia alami sekarang, dan mereka percaya kalau misalnya mereka disakiti, maka itu untuk kebaikan mereka. Mereka sebenarnya mengerti keadaan psikologis orang yang menahan mereka. Mereka akan bersikap baik dan menuruti semua perintah yang diberikan, agar mereka tidak disakiti, lalu siapapun yang dituruti lama - kelamaan akan menjadi melunak, kan? Karena itulah, si sandera percaya kalau sebenarnya mereka juga bisa jadi baik. Dan, itu yang terjadi pada Agápi."

"Rasa simpati ya ...."

"Ya. Kadang ada juga yang bisa menjadi cinta, tergantung dari situasinya. Tapi Agápi hanya menganggap Myers sebagai pelindungnya, itu saja."

Aku mengangguk, "Apa dia bisa diterapi?"

"Ya, kita bisa memberikan sesi rutin padanya, tapi itu butuh proses. Satu tahun adalah waktu paling sedikit yang dibutuhkan untuk membenarkan sugesti yang ada di dalam kepalanya. Tapi ... itu tidak menjamin dia akan benar - benar bisa melupakan semuanya."

"Tapi bisa kita coba kan?"

"Ya, setidaknya untuk membuatnya tidak kembali pada Myers secepat kilat."

"Aku mengerti. Nanti kita bisa rencanakan sesi rutin dengan Agápi."

"Baik, lalu aku sarankan agar kamu tidak terlalu memaksanya untuk memberi tau kamu tentang latar belakangnya. Saat aku menanyakan tentang bagaimana keluarganya, dia terlihat agak tegang. Sepertinya topik itu cukup sensitif untuknya, mungkin dia mengalami sesuatu yang buruk dengan keluarganya. Jangan buat dia tertekan, berikan dia waktu untuk bisa percaya padamu, lalu setelahnya aku yakin kalau dia akan menceritakannya dengan sendirinya."

Aku mengangguk, "Baik, aku tidak berniat untuk memaksanya."

"Ya, lebih baik kamu tidak memaksanya. Kurasa ini bukan pertama kalinya dia menanamkan sugesti pada dirinya sendiri, mengingat sepertinya dia mengalami banyak hal buruk. Dia tidak mengalami amnesia atau gangguan ingatan lainnya, sejauh apa yang bisa kuamati. Tapi di pertemuan selanjutnya akan kuperiksa lebih lanjut lagi. Mungkin dia lupa beberapa hal tentang masa lalunya, karena sugesti yang dia berikan sepertinya cukup kuat. Jadi ... sepertinya akan butuh waktu sampai dia bisa benar - benar ingat siapa dirinya yang sebenarnya."

"Tidak masalah. Aku akan biarkan dia mengingatnya satu per satu secara perlahan. Lalu, ada lagi?"

"Kurasa tidak, lebih baik kita segera bicara dengan Agápi. Aku sudah jelaskan kondisinya padanya, dan dia bersedia untuk diterapi."

"Apa? Dia bersedia?"

"Ya. Dia bilang terkadang Myers membuatnya takut, dan kubilang kalau terapi bisa membantu untuk mengurangi rasa takut itu. Jadi ... bagus bukan?"

"Baiklah, ayo kita temui Agápi."

Setelahnya, kami merencanakan sesi terapi yang akan dimulai minggu depan. Kami berpamitan dengan Sherina, lalu aku menyelesaikan urusan pembayaran di meja depan. Aku berjalan bersama Agápi kembali ke mobil, dan mulai menyetir.

"Bagaimana dengan Dr. Sherina? Kamu menyukainya?" Tanyaku.

"Ya, dia sangat baik," Jawab Agápi.

"Baguslah. Kuharap kamu merasa lebih baik setelah bicara dengannya."

"Aku tidak pernah merasa sebaik ini."

Aku mengelus kepalanya dengan tangan kiriku. Dia memejamkan matanya, kemudian tersenyum. Aku kembali fokus ke jalanan, dan saat melihat jam tangan di lenganku, aku spontan berkata.

"Aku rasa, makan siang yang enak bisa membuatmu jadi lebih baik lagi, terutama karena sekarang sudah saatnya. Jadi, kamu ada ide harus kemana kita sekarang?" Tanyaku.

~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top