Chapter 12 : Please Remember
Sembilan bulan berlalu, dan aku masih juga belum bisa mendapatkan Myers. Aku sempat beberapa kali hampir mendapatkannya, tapi dia selalu saja bisa kabur di saat terakhir. Tempat persembunyiannya juga berubah - ubah, membuatnya jadi agak sulit untuk dilacak.
Hari ini aku pulang agak larut, karena ada beberapa hal yang harus kukerjakan. Sesampainya ke rumah, aku bisa melihat kalau pintu pagar belum dikunci. Kemudian aku melangkah ke pintu depan, dan mengetuknya. Tidak ada jawaban. Kurasa Agápi sudah tertidur.
Ketika aku hendak membuka pintu dengan kunci, aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Ketika aku masukkan, saat diputar kuncinya sangat mudah dibuka. Aku tau kalau kunci rumahku agak keras ketika di putar, jadi jelas ini terasa aneh untukku. Aku merunduk sedikit, mengamati kenop pintu. Di lapisan besi di dekat lubang kunci aku bisa melihat beberapa goresan halus, yang aku tidak yakin bisa ada di sana secara kebetulan.
Firasatku seketika menjadi buruk, tapi aku tetap memutuskan untuk masuk ke dalam. Kudorong pintu sehingga terbuka, lalu kuamati keadaan di dalam rumah.
"Agápi?" Seruku.
Tidak ada jawaban. Dan itu membuatku merasakan kalau sesuatu yang buruk telah terjadi.
Ketika aku melangkah ke ruang tengah, kusadari ada beberapa hal berubah. Meja dan sofa tergeser, begitu pula karpet yang berubah posisi. Kemudian aku melihat ada sebuah benda di atas karpet. Sebuah tongkat besi berukuran kira - kira dua puluh sentimeter yang memiliki pegangan berwarna hitam dan ujung metal. Aku tau persis benda apa ini. Tongkat kejut listrik, dan aku yang memberikan benda ini pada Agápi untuk berjaga - jaga.
Agápi tidak akan membiarkan ini tergeletak begitu saja. Terutama setelah aku meliat satu benda lainnya di lantai, yang langsung kupungut. Sebuah botol semprot kecil yang berisi cairan pedih dari lada. Isinya tinggal sedikit, yang berarti ini telah digunakan.
Setelahnya, langsung saja aku berlari ke arah kamar Agápi. Kuharap dugaanku tidak benar, karena aku tidak ingin hal itu terjadi, meski satu sisi dari akal sehatku tau kalau hal itu telah terjadi.
Aku menelusuri setiap sudut rumah, mulai dari kamar Agápi, kamarku, kamar mandi, bahkan sampai ke loteng, semuanya aku telusuri. Tapi sesuai dengan salah satu dugaanku, aku tidak bisa menemukan Agápi. Ketika aku melewati dapur, aku bisa melihat ada sebuah catatan ditempelkan di kulkas. Aku mengambilnya dan langsung membacanya.
"Kau tidak akan bisa merebut Agápi dariku, Shea."
– M –
Mulutku mengatup, gigiku bergemeretak, dan kedua tanganku mengepal erat. Aku harus menahan diriku agar aku tidak meninju dinding atau menghancurkan sesuatu karena dugaanku tentang siapa yang membawa Agápi rupanya benar.
"Ye fockin' bastard, Myers ...." Ujarku, mengumpat.
Langsung saja aku mengambil ponselku, dan mencari sebuah nomor. Aku langsung menghubunginya. Ketika disambut, aku disambut oleh erangan tanda tidak senang dari orang yang berada di seberang.
"For fock sake Brian, what now? I'm trying to go to sleep here!" Seru David.
"Don't ye "for fock sake" me, David! Agápi is fockin' missing! We need to find her before somethin' bad happen!" Sahutku.
Aku bisa mendengar suara sesuatu jatuh secara keras dari seberang, kemudian suara erangan kesakitan dari David.
"Oh me head .... Ye better not fockin' kiddin' me!"
"Of course I'm fockin not! I'll come to yer place and ye better fockin' help me ye lazyass! We need to fockin' track that bastard!"
Setelah selesai menghubungi David, aku mengubungi teman - teman lainnya yang bertugas di lapangan. Mereka menerima panggilanku dan bertugas mencari tau tentang pergerakan Myers lebih jauh lagi. Setelahnya, aku mengunci rumah dan bergegas pergi ke rumah David.
David tinggal di sebuah apartemen berlantai lima belas, dan dia berada di lantai sembilan. Aku memarkir mobil di basement dan berjalan cepat menuju ke lift. Sesampainya aku di depan kediaman David, aku mengetuk pintunya keras dan langsung disambut dengan si tuan rumah yang kini rambut keritingnya berantakan, dan terlihat agak mengantuk. Dia mempersilahkan aku masuk, dan menggiringku ke ruang komputernya.
"Oke, jadi Agápi menghilang, dan aku sudah bisa tebak kalau Myers yang melakukannya. Pertanyaannya adalah, kenapa bisa hal itu terjadi?" Tanya David, lalu duduk di sebuah kursi beroda.
Aku menghela napas, kemudian mengambil kursi lain yang ada di ruangan itu. Setelah aku duduk, akupun mulai bicara.
"Dia melakukannya begitu saja. Myers membobol pintu depanku dan juga kamar Agápi, dan mengambilnya saat aku tidak ada di rumah, mungkin tadi siang." Jawabku.
"Apa saja indikasi yang membawa ke sana?"
"Di dekat lubang kunci ada beberapa goresan halus bekas pencongkel kunci, lalu aku menemukan tongkat kejut listrik dan pepper spray di ruang tamu."
"Apa? Berarti Agápi dilumpuhkan?!"
"Tidak, Agápi sempat melawan. Aku tau karena aku yang memberikan dua benda itu untuk melawan. Di penyimpanan yang ada di bawah kasurnya, aku tidak menemukan kedua benda itu, berarti yang ada di ruang tamu adalah milik Agápi. Aku mengajarinya, kalau saja ada Myers atau siapapun masuk ke dalam rumah dan menyerang, dia akan bersembunyi di bawah ranjangnya, lalu menyemprotkan pepper spray yang dia punya, dan menggunakan tongkat kejut listriknya. Aku juga mengajarinya beberapa gerakan bela diri dasar."
"Tapi kalau Agápi melawan, kenapa dia tetap tertangkap?"
"Berarti Myers tidak sendirian. Kalau lawannya lebih dari tiga orang dan laki - laki, Agápi tidak akan sanggup menghadapinya sendirian. Kalau cuma Myers, seharunya dia bisa melawannya, lalu mengikatnya kuat - kuat dengan tambang yang juga kuberikan padanya. Lalu dia akan menggunakan telepon rumah yang ada dan segera menghubungiku. Lawan Agápi ada banyak, dan dia tidak bisa melawannya."
David terkekeh. "Wah, tidak kusangka rupanya kamu sudah menyiapkan semua itu dengan matang. Kamu pasti benar - benar menyanyangi Agápi sampai kamu begitu protektif padanya."
"Shut the fock up, ye know why I did that. Ini bukan saatnya bercanda, David. Kita harus menemukan Agápi, karena kita tidak tau apa yang akan Myers lakukan padanya."
David tersenyum, lalu mengelus pundakku. "Relax, dude. Kau jangan terlalu tegang begitu. Aku sudah hubungi beberapa orang yang jadi mata - mata kita di lapangan, dan mereka mulai menelusuri jejak terakhir Myers. Aku akan mencari tau dari beberapa korespodensi dan laporan terakhir dari keberadaannya. Tapi sebelumnya, kau diam dulu di sini, tarik napas yang dalam dan tenangkan dirimu. Aku akan buat teh ke dapur sebentar."
Aku mengembuskan napas, lalu mengangguk. David berdiri dan menuju ke dapur, dan aku diam di sana, memikirkan bagaimana paniknya Agápi ketika dia menghadapi Myers seorang diri.
Maafkan aku, Agápi ... aku janji aku akan membawamu kembali padaku ....
~~~~~
Sudah seminggu berlalu sejak Agápi menghilang, dan seminggu adalah waktu yang cukup untuk membuatku merasa tertekan karena Agápi tidak kunjung juga diketahui keberadaannya. Myers pasti sudah bisa memperkirakan kalau aku akan melacaknya, jadi dia terus berpindah selama seminggu ini.
Kalau mau diakui, keadaan ini membuatku sedikit banyak merasa frustasi. Aku bahkan sulit tidur dan tidak terlalu berselera untuk makan karenanya. Beberapa rekan kerjaku mulai mengkhawatirkan keadaanku, tapi aku lebih mengkhawatirkan Agápi.
Aku sedang duduk di ruangan kerjaku, dan menatap ke langit - langit. Rila berada di kursinya, sedang asik membaca buku.
"Kapan aku bisa menemukan Agápi?" Ujarku.
"Kuharap segera. Karena aku tidak suka melihatmu menderita seperti itu." Sahut Rila.
Aku menoleh ke arah Rila. Dia tidak beranjak dari bukunya, dan tetap saja membaca. Baru kali ini aku benar - benar mendengar kalau Rila khawatir tentang keadaanku.
"Kau ... khawatir tentang itu?" Tanyaku.
Rila menjauhkan bukunya. "Tentu saja, duh! Kita tidak tau apa yang bisa dilakukan Myers pada Agápi. Dia bisa membuat gadis malang itu hancur lagi. Dan kau Brian ... sekarang kau bukan Brian yang aku kenal. Sekarang kerjaanmu hanya melamun dan panik berlebihan. Brian yang kukenal itu pantang menyerah dan bersahabat, walau kau kadang sedikit iseng. Dan aku tidak suka melihatmu murung terus seperti itu."
Perkataan Rila tadi membuat sedikit senyum mengembang di wajahku. Benar juga kata ibunya, dia agak menyebalkan tapi sebenarnya dia orang baik.
"Thanks Rila. Bisa apa aku kalau tidak ada kau yang menampar punggungku supaya aku bisa berdiri tegak lagi?"
Rila terkekeh. "Tidak masalah, Bri. Kau juga melakukannya saat aku kehilangan Arlan."
Tiba - tiba pintu terbuka, dan disana menampilkan David yang terlihat sangat buru - buru. Dari jauh aku bisa melihat kantung matanya menggantung dan rambutnya yang berantakan, tanda dia juga sama sepertiku yang terus mencari kabar tentang Agápi. Dia menghampiriku, lalu mengguncang tubuhku.
"Aku menemukannya! Kita menemukannya!" Seru David.
"Hei, hei! Jelaskan dengan benar kenapa!" Sahutku.
"Kita menemukan Agápi! Tadi ada seorang mata - mata yang memberi informasi kalau Myers memutuskan untuk tinggal beberapa hari di satu tempat. Kita sudah punya lokasinya, dan kita bisa ke sana hari ini juga!"
Aku tersenyum. "Kalau begitu, katakan pada yang lainnya kalau kita akan ke sana malam ini. Terima kasih telah banyak membantuku, David."
David tiba - tiba memelukku. "Tentu saja, kawan. Apa yang tidak akan aku lakukan untuk membantu sahabatku?"
~~~~~
Malam datang dengan cepat, dan rencana telah disusun sedemikan rupa bagaimana nanti kami akan menyerbu persembunyian Myers. Aku sudah bersiap dengan beberapa senjata dan perlengkapan lainnya. Hari sudah sangat larut, hampir tengah malam. Tapi aku masih terjaga karena aku ingin untuk segera mengakhiri semua kekacauan ini.
Kami sampai di persembunyian Myers. Letaknya agak di luar kota, dan tempatnya cukup sepi. Terutama karena terletak agak jauh dari jalan utama.
"Nah, itu dia rumahnya." Kata David, lalu menunjuk ke sebuah kediaman yang cukup mewah, yang masih agak masuk ke dalam.
"Itu? Bukan persembunyian yang buruk ...." Sahutku.
"Ya. Dan kita akan menunggu sebentar, lalu mengumpulkan tim kita. Sesuai rencana, maka kita akan masuk dari depan dan belakang. Cameron bilang bahwa di atas ada sebuah ruangan, dan dia bisa melihat kalau Myers mondar - mandir di sana, bersama dengan siluet seorang perempuan, kemungkinan besar Agápi."
"Apa? Cam datang langsung untuk mengamati?" Tanyaku, tidak percaya kalau rekan yang satu itu rupanya membantu pencarian kami.
"Ya. Dia bilang kalau dia sedang bosan, jadi dia memutuskan untuk membantu mencari juga."
"Ah baiklah. Kalau begitu, mari kita tunggu yang lain."
Setelah semuanya terkumpul, kami melakukan sedikit pemberitahuan ulang tentang bagaimana kami masuk ke dalam. Kami harus masuk dengan hati - hati, walaupun kami tentunya tidak akan mundur kalau sudah terjadi baku tembak nanti. David bahkan juga ikut menyerbu kediaman Myers dan menyerahkan tugas navigasi pada Anthony.
Perlahan, kami mulai bergerak. Dimulai dari memanfaatkan rerumputan tinggi yang ada di sekitar kediaman Myers untuk berlindung, kemudian melumpuhkan beberapa penjaga yang ada di depan. Setelah bagian depan aman, kami mencoba membuka pintu depan dan masuk ke dalam. Rupanya kehadiran kami sudah disambut oleh beberapa preman bersenjata.
"Sepertinya Myers menugaskan seseorang untuk memeriksa CCTV di suatu ruangan yang tidak dipasangi kamera, karena mereka baru saja berkumpul tadi." Kata Anthony, lewat earpiece yang kugunakan.
"Terima kasih atas pemberi tahuannya, Anthony." Sahutku.
"Dan, aku tidak melihat Myers dimanapun. Pasti dia berada di ruangan yang juga tidak ada kameranya. Jadi berhati - hatilah, kuharap ada yang berjaga di luar, kalau - kalau dia kabur."
"Baik, akan kuminta beberapa orang berjaga di depan nanti."
Kami masuk ke dalam, dan mulai menghabisi preman yang ada di hadapan kami. Rupanya mereka semakin banyak saja, dan bisa dibilang keadaan berimbang. Setelah perkelahian di ruang depan reda, kami berpencar ke beberapa ruangan, dan aku bersama beberapa orang menuju ke lantai atas. Disana masih ada beberapa penjaga yang menghalangi, dan kami melawannya, sebelum akhirnya kami bisa menyelidiki seluruh ruangan yang ada di sana.
Aku menuju ke ruangan yang berada di ujung koridor. Aku mencoba membuka pintunya, dan anehnya, ruangan itu tidak terkunci. Disana aku bisa melihat Myers sedang duduk di pinggir kasur, dan dia menghadap ke arahku.
"Ah Shea ... sudah kuduga itu kamu. Silahkan duduk! Mari kita bicara!" Ujar Myers.
"Jangan basa - basi! Dimana Agápi?!" Seruku.
Dia terkekeh. "Dia kan milikku, jadi kau tidak berhak menanyakannya. Aku hanya mengambil apa yang sudah jadi hakku."
"Hakmu? Sejak kapan?! Agápi adalah perempuan merdeka, dia tidak pernah menjadi milik siapapun!"
"Tapi dia sendiri yang memutuskan untuk melakukan pekerjaannya itu? Dan dia sendiri yang ingin jadi milikku. Bukan salahku kan?"
"Kau hanyalah tukang manipulasi! Aku sudah tau semua hal yang kau lakukan. Lebih baik kau menyerah sekarang, sebelum aku berubah pikiran."
Myers terkekeh. "Kau yakin?"
Tiba - tiba saja sebuah pintu yang terletak di samping kiri ruangan terbuka. Dari sana keluar seorang perempuan dengan pakaian tidur.
"Agápi!" Seruku.
"Eh, ada apa Master? Siapa dia? Kenapa dia berpakaian seperti itu?" Tanya Agápi.
"Agápi! Ini aku, Brian, temanmu! Ingat aku?"
"Siapa dia?"
"Lihat kan? Kau tidak penting baginya. Sekarang kau lebih baik pergi, karena aku ada urusan pribadi."
Aku kesal karena perlakuannya, jadi langsung saja aku menyerangnya. Dia membalas seranganku, dan aku bisa menderngar Agápi berteriak karenanya.
"Apa yang kau lakukan pada Agápi - ku?!" Ujarku.
Myers terkekeh. "Agápi - mu? Sejak kapan dia menjadi milikmu?"
Aku tidak bisa menahan diri lagi. Kuhajar Myers sekuat tenaga, dan dia berusaha membalasku. Kudorong, kutendang, segala macam serangan kulakukan. Hingga akhirnya aku mengambil pistol yang ada di sakuku, dan menembakkan beberapa butir peluru.
Tiba - tiba ada suara langkah kaki, dan bisa kulihat Agápi menerjang ke arah Myers, dan menghalangi peluru yang menuju ke arahnya. Aku berlari menuju ke arahnya, tapi terlambat. Pelurunya melesat ke tubuh Agápi, membuatnya terjatuh ke samping.
"Aku ... tidak akan membiarkanmu melukai ... master ...." Kata Agápi.
Aku menatapnya dengan pandangan tidak percaya. Langsung saja kutarik tubuh Myers, dan kulayangkan sebuah tinju ke wajahnya, yang membuat hidungnya berdarah.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADA AGÁPI!?" Seruku.
Myers terkekeh. "Kau kalah, Brian ...."
Aku kembali menyerangnya tanpa ampun. Aku tidak akan membiarkan dia hidup, karena dia telah menghancurkan alasan kenapa aku bertahan sampai saat ini.
"Kau tidak tau apa yang aki lakukan demi Agápi! Aku sudah mengorbankan seluruh hidupku hanya untuknya, dan kau mengambilnya begitu saja dariku! Aku sudah menghabiskan banyak waktu, dan ketika kukira dia sudah bisa menerimaku lagi, kau melakukan semua ini!"
Myers tersungkur, dan aku mengambil pistolku. Aku berusaha membidik, tapi tiba - tiba Myers menarik Agápi yang ada di dekatnya, dan meletakkannya di hadapannya.
"Ayo. Tembak saja aku. Itupun kalau kau bisa." Ujar Myers.
Tanganku bergetar. Aku tentu tidak bisa menembaknya, karena aku tidak ingin mengenai Agápi lagi. Aku tidak bisa. Tapi aku memutuskan untuk memberi tembakan peringatan.
"Ayo Brian. Tembak aku." Kata Myers.
Aku meneguk liur. Kubidik pistolku, dan kusadari hanya ada sisa satu peluru di dalam pistolku. Kuharap aku tidak perlu melakukannya. Jariku siap untuk menarik pelatuk, dan kuharap kalau aku tidak akan meleset ...
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top