07 Bungahe Ati

Pejuang deadline 😁

Naskah ini dipublikasikan guna mengikuti tantangan 300 hari menulis oleh @300days_challenge

Afwan Yaa Alfathunnisa
Chapter : 07 Bungahe Ati
POV : Arul Haidar Al-Qousy
Word : 1700+

Karya saya tidak bagus-bagus sangat (pikir saya), tapi saya harap panjenengan (dengan saya sebagai saksi) adalah sebagus-bagusnya seseorang yang bisa menghargai jerih payah orang lain..

Mari bantu saya sisir typo ✍️

🌹🌹🌹

"Untukmu yang tengah menghampiri, ada satu pertanyaan yang begitu mengganjal dalam sanubari. Mantra apa yang kau kirim pada diri? Hingga aku menggilaimu seperti ini"

🌹🌹🌹


Hari-hari saya berubah menjadi surga dengan sangat cepat. Ibaratnya kejugrugan gunung kembang, menemukan keberuntungan atau rezeki yang besar sekali. Bagaimana tidak? Semua orang yang berada di Pondok Pesantren Hidayatur Rochman ini, mulai dari Abi, Ummi, Mas Zahran, teman-teman baru, mereka memperlakukan saya dengan cara yang begitu luar biasa baik. Saya merasa sangat disambut di sini.

Setelah ndiba'an berserta latihan hadrah ba'da shalat isya' di masjid Hidayatur Rochman, Mas Zahran mengajak saya pergi ngopi, ngolah pikir katanya. Mas Zahran juga meminta ijin Abi agar saya malam ini tidur di asrama bersama santri putra yang lainnya, agar bisa lebih akrab katanya.

Kata Mas Zahran ngopi itu banyak pahalanya, maka dari itu para santri selalu mengagendakan dan meng-istiqomah-kannya. Pahala yang pertama yaitu kita harus menunggu minumannya hingga sedikit dingin, jangan ditiup. Ini sesuai dengan hadist riwayat Ahmad.

Lalu yang pahala kedua yaitu membaca bismillah sebelum minum. Ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Muslim. Lalu ada pahala yang ketiga yaitu meminumnya dengan tangan kanan yang sesuai dengan hadist riwayat Muslim. Lalu pahala yang terakhir adalah minumnya sambil duduk sesuai dengan hadist riwayat Muslim.

Berdasarkan perspektif medis, air yang diminum dengan posisi duduk akan disaring oleh sfringer. Sfringer adalah struktur maskuler berotot yang bisa membuka dan menutup agar air kemih bisa keluar. sementara sfringer tersebut hanya bekerja saat kita duduk. itulah sebabnya jika seseorang minum atau makan sambil berdiri, maka air yang masuk ke dalam tubuh akan masuk begitu saja tanpa disaring oleh sfringer.

Setiap air yang kita minum akan disalurkan oleh beberapa titik penyaringan dalam tubuh yang berada di ginjal. Jika seseorang minum sambil berdiri, maka air yang diminum secara otomatis akan masuk tanpa disaring terlebih dahulu dan secara langsung menuju ke kandung kemih.

Ketika menuju ke kandung kemih, air yang diminum akan mengendap di saluran tubuh sepanjang ureter. Banyaknya limbah yang menyisa di ureter tersebut akan menyebabkan seseorang terkena penyakit kristal ginjal. Sebab, penyakit kristal ginjal merupakan penyakit yang diakibatkan adanya pengendapan limbah dalam ginjal kemudian mengeras.

Apalagi jika makan sambil berdiri, hal itu justru lebih berbahaya. Saat duduk, apa yang diminum atau dimakan seseorang akan berjalan pada dinding usus secara perlahan-lahan. Jika minum sambil berdiri, maka air yang diminum akan jatuh dengan keras ke dasar usus dan menabraknya dengan keras. Jika hal itu terjadi secara berulang-ulang adlam waktu lama, maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, kemudian menyebabkan disfungsi pencernaan.

Begitu pula apabila seseorang makan dan minum dalam posisi berdiri secara terus menerus, hal itu bisa membahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada tempat-tempat yang biasa berbenturan dengan makanan atau minuman.

Kami para santri putra duduk di klasa yang digelar di halaman tengah asrama putra. Semuanya mengumpul di sini. Mungkin kira-kira 30 lebih santri, selebihnya ada yang sibuk di kamar, mencuci baju dan kegiatan lainnya.

Malam ini, kami double mabar. Makan bareng dan main bareng. Kami bakar jagung yang dipetik dari kebun. Tadi sore saya dan Mas Zahran yang memetiknya. Ini bukan tindakan pencurian, karena pemilik kebun adalah Abi sendiri.

Kami main bareng game yang saat ini tengah popular, apalagi kalau bukan mobile legend. Sebelum kami main, kami membuat kesepakatan bahwa barang siapa yang tiba-tiba keluar saat game tengah berlangsung, maka ia harus duduk ngongkrong hingga jam 12 malam.

Pertandingan pun dimulai. Di tengah-tengah pertandingan, tiba-tiba saja ada satu notif yang mengganggu, karena saya lupa menonaktifkannya. Notif itu beirisi 'Alfathunnissa27 mulai mengikuti anda.' Alfathunnissa? Mungkinkah dia ...

Karena saya begitu penasaran hingga ndak bisa lagi fokus main game, akhirnya saya keluar dari laman game dan membuka notif itu. Mas Zahran yang masih fokus dengan game-nya tiba-tiba ngegas ke saya, "Eh, Rul! Kok keluar dari permainan! Pripun, tho?"

"Hehehe ... ngapunten, Kang! Kepencet," bohong saya. Maafkan saya. Untuk kali ini saja, biarkan saya mengurus rasa yang beberapa hari terakhir ini mengganjal dalam hati saya.

"Hahaha .... Ngongkrong sampeyan berarti kalau begitu!" sahut yang lainnya. Dan akhirnya saya pun ngongkrong.

Saya membuka akun seseorang yang baru saja mem-follow saya. Foto profilnya menghadap senja. Jadi saya tidak tahu itu benar-benar Nissa yang tempo hari memberi saya sekotak apem atau bukan. Hanya ada satu postingan di sana, berupa foto jejeran anak kecil mengenakan baju polisi. Caption-nya seperti ini 'Bukan hanya dengan foto, sesuatu yang kau anggap dengan kenangan itu ada, selama kau masih mengingatnya.'

Saya menelusuri setiap wajah anak di foto itu. Dan mata saya berbinar, bibir saya tersenyum ketika menyadari ada satu wajah anak yang tak asing bagi saya. Saya yakin itu wajah Nissa, ia memiliki wajah yang imut dan senyumnya menggemaskan. Akhirnya saya beri tanda love di sana. Lalu mem-folback-nya.

Saya kira dia gadis polos yang tak tahu menahu soal sosial media. Tapi ternyata dia itu sok polos tapi ceplas ceplos. Maksud ceplas ceplos di sini dia itu tidak ada sungkan-sungkannya mem-follow akun saya, yang seorang kaum Adam. Biasanya kan kaum Adam yang bergerak duluan. Eh saya ndak mau suudzon, barang kali ada seseorang yang memencetnya, saya kan juga ndak tahu.

Tapi ia tidak ada tanda-tanda akan men-DM saya, sehingga sayalah yang mengalah untuk menjadi yang pertama men-DM-nya. Karena saya ingin sekali mengenalnya, mendengar segala sesuatu tentangnya dan merasakan sensasi-sensasi menyenangkan yang ia tempatkan di dalam cawan sukma saya.

Ketika di awal percakapan sebenarnya saya merasa canggung, saya rasa dia juga merasakannya. Hingga akhirnya saya menggodanya, dengan berkata bahwa saya tidak membaca bismillah, ketika saya memakan apem pemberiannya.

Lalu dia menceritakan kisah Rasulullah. Dia gadis manis yang terlihat memiliki banyak ilmu, mungkin ia sudah lama mondok. Ndeh ... saya jadi sedikit minder. Saya sebenarnya tahu kisah itu, tapi berpura-pura tak tahu untuk menguji kesabarannya. Dan barang kali saja ia mau memberi saya rekaman suara. Hm ... pikiran mbeling saya malah jadi berharap yang tidak-tidak.

Dan benar saja, selain manis dan banyak ilmu dia juga seorang gadis yang sabar. Buktinya ia dengan telaten mengetik naskah kisah Rasulullah yang panjang. Saya jadi sungkan dan merasa bersalah karena merengek dan membuatnya terpaksa harus melakukannya.

arul_alqousy07 :
- 'Wuih ... niatnya ... kemeng nggih mesti drijine? :V'

alfathunnissa27 :
- 'Kemeng elah ... yang penting sampeyan paham. Hehehe ilmu itu.'

Percakapan kami terus berlanjut, membahas banyak ilmu. Bahkan ilmu tentang kepenulisan. Kami miliki kesenangan yang sama, sehingga sangat mengalir begitu saja. tidak ada rasa canggung di antara percakapan kami. Yang lebih menarik adalah ketika saya melihat tanggal belakang akun kami yang sama. Saya yakin itu pasti tanggal lahirnya. Tapi kira-kira dia lahir bulan apa, ya? Hm ... rasanya ada sensasi mendidih dalam diri, dan saya berkedip beberapa kali dengan cepat. Saya merasa bahagia, penuh harapan. Tapi apa yang saya harapkan?

Lalu saya dengan sengaja mengingatkan dia bahwa dia belum membalas puisi saya tempo lalu. Dia bilang belum ada puisi yang cocok. Hal itu membuat saya penasaran, sebenarnya apa saja yang telah ia tulis, mengapa belum ada yang cocok untuk saya?

Tapi baru saja saya hendak memancingnya, ia malah sudah pamit mau tidur. Saya ya ndak bisa melarang, meskipun sebenarnya saya masih ingin ditemani agar tak merasa kesepian. Padahal di sini banyak orang, tapi mengapa sejak ia berpamitan saya merasa saya akan kesepian.

arul_alqousy07 :
- 'Jangan lupa baca mantra dulu.'

alfathunnissa27 :
- 'Mantra apa?'

arul_alqousy07 :
- 'Bismikallahumma ahya wa bismika wa amud.'

alfathunnissa27 :
- 'Yeee kalau itu mah saya juga tahu.'

Saya bingung harus menjawab bagaimana. Tapi ia juga tidak kunjung keluar dari obrolan dan tidur. Masih ada tulisan online di profilnya. Mungkinkah dia masih menanti balasan dari saya?

arul_alqousy07 :
- 'Hey, sudah malam. Wis nang istirahat.'

alfathunnissa27 :
- 'Hey?'

arul_alqousy07 :
- 'Lah terus apa?'
- 'Yuk? Dek? Diajeng? Ning? Nona?'

Sayang? Honey? Baiklah coret saja panggilan sayang dan honey itu, saya takut dia nesu. Meski sebenarnya saya ingin sekali bercanda lebih lanjut, menjadikan malam-malam lelapnya malam yang bahagia.

alfathunnissa27 :
- 'Ehm...'

Loh kan, begitu saja dia wis mulai nesu. Karena cewek memang begitu. Giliran ndak dilakukan ngambek, dilakukan sama saja ngambek. Sepertinya memang benar jika tidak ada satu orang pun yang mampu memahami wanita.

arul_alqousy07 :
- 'Ehm juga...'

alfathunnissa27 :
- 'Nice.'

arul_alqousy07 :
- 'Nice juga.'

alfathunnissa27 :
- 'Ndeh ... saya dijinkan tidur ndak ini?

arul_alqousy07 :
- 'Nggih nang tilem, tho!'

alfathunnissa27 :
- 'Ngutusan. Mpun ah sampeyan ini. Assalamu'alaikum.'

Saya tertawa, membayangkan bagaimana ekspresi kesalnya dia pada saya. Andai saja semua santri di sini tidak sibuk dengan hape miring mereka, maka mereka yang mengamati saya pasti akan menganggap saya sudah tidak waras.

Satu balasan saya mengakhiri percakapan kami yang rasanya kurang panjang malam ini.

arul_alqousy07 :
- 'Hahaha ... Wa'alaimus sallam.'

Entah sudah berapa lama saya duduk ngongkrong. Ketika Nissa sudah off, saya baru merasakan pegalnya efek ngongkrong. Jam hape menunjukkan pukul setengah satu dini hari ketika saya meletakkannya. Saya memandang sekitar, ternyata sudah banyak santri putra yang gemletak ketiduran. Begitupun Mas Zahran yang sudah pulas di samping saya. Astaghfirullah ... saya baru ingat jagung bakar di hadapan saya. Tentu saja sudah dingin, tapi saya tetap harus bertanggung jawab untuk menghabiskannya.

Setelah memasukkan semua biji jagung ke perut saya, saya melepas peci, meletakkannya di samping saya lalu ikut tidur di bawah naungan langit malam. Saya memandang ribuan bintang yang gemerlap, lalu tiba-tiba teringat sesuatu. Aduh Gusti Pengeran kawula ... mungkin karena terlalu bersemangat chatingan dengan dia atau bagaimana, saya sampai lupa menanyakan asal-usulnya, latar belakangnya. Saya menepuk pelipis saya sendiri, merasa bodoh.

Saya menghela nafas, berdoa semoga malam cepat berganti pagi, sehingga ada kemungkinan chat kami bisa berlanjut besok. Dan ketika saya mengingat percakapan kami, saya kembali tersenyum, dalam batin berbisik sekalipun hari-hariku terasa berat, namun entah mengapa chatingan dengan kamu sebentar saja, semuanya terasa melagakan, bak tanpa beban. Afwan yaa Alfathunnissa ... sepertinya sampeyan itu ... bungahe ati saya.

Ndiba'an : Pembacaan shalawat Nabi

Ba'da : Setelah

Klasa : Karpet

Ngongkrong : Duduk jongkok

Pripun, tho? : Bagaimana, sih?

Ngapunten : Maaf

Sampeyan : Kamu

Ndeh : Hanya kata tambahan tak bermakna khusus

Kemeng nggih mesti drijine? : Pegal ya pasti jarinya?

Kemeng elah : Pegal tak mengapa

Ndak : Tidak

Wis nang : Sudah buruan

Nesu : Ngambek

Wis : Sudah

Nggih nang tilem, tho! : Ya buruan tidur lah!

Ngutusan : Suka memerintah

Mpun : Sudah

Bungahe ati : Senangnya hati

Bumi Wali (Tuban),
21 Desember
© 2019 Yunimatul Azizah

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top