00 Hujan
Salah satu hal paling Lathea Putri Arundana sukai adalah hujan. Terdengar klise, tapi Lathea dapat memastikan jika dia bukan bagian dari mereka yang mengaku pecinta hujan dan berteduh kala hujan datang. Saat hujan datang, Lathea justru kerapkali menemui hujan. Bercengkrama dengan hujan. Membiarkan rintik hujan menyentuh tiap inchi kulitnya yang sudah pasti memucat. Lathea senang. Dia pecinta dan juga penikmat hujan, tanpa perlu ada keraguan. Ya, begitulah yang orang-orang ketahui tentang Lathea.
"Biasanya, lo langsung ngacir ke luar pas hujan."
Perhatian Lathea pada hujan di luar sana teralihkan. Gadis berponi rata itu hampir lupa jika sahabatnya―Utami Dwitasari―berkunjung dan sedari tadi sibuk berkutat memasak mi instan rasa Ayam Bawang di dapur. Tangan Tami membopong mangkuk berisikan mi instan yang terlihat jelas baru matang. Asapnya masih mengepul, aromanya juga khas menggoda. Tami meniup asap itu beberapa kali sebelum berkata dengan mata berbinar, "Mi di kala hujan itu emang luar biasa, ya, The?"
Lathea tersenyum miring kepada Tami sebelum melangkah duduk di tepi ranjang tidurnya. "Lo gak bikinin gue?"
Bibir Tami mengerucut. "Lah, lo gimana, The? Tadi gue tanya, lo bilang gak mau."
Kini, giliran Lathea yang mengerucutkan bibir. "Gue gak engeh lo nanya apa. Habis, lo nanya pas gue lagi serius lihatin hujan, sih." Tangan Lathea meraih guling bersarung biru laut, memeluknya teramat erat.
"Lihat? Gak mau ke luar dan mandi hujan lagi? Biasanya lo begitu." Tami berujar sesaat setelah terdengar bunyi slurp ketika dia memakan mi dengan wajah senang.
Lathea tersenyum tipis. "Enggak, ah. Takut sakit." Pandangan Lathea kembali beralih ke jendela kamar dengan kaca yang terkena percikan air hujan dan mulai mengembun. Senyumannya perlahan memudar sebelum lenyap secara menyeluruh ketika memori lama muncul begitu saja, membuat matanya panas seketika.
Gadis itu beranjak dari tepi ranjang, melangkah menuju jendela dan menarik tirai hingga menutupi kaca tersebut. Tami berhenti makan seketika dengan mi yang masih tergantung di mulutnya, tapi dia memilih diam ketika Lathea melangkah kembali menuju ranjang, naik dan berbaring menghadap dinding dengan tubuh memeluk guling.
Tami menghabiskan mi-nya, lalu beranjak naik ke ranjang, mendekati Lathea. Tangan Tami menyentuh lengan tangan Lathea dan setengah mati Tami terkejut begitu menyadari tubuh sahabatnya itu mulai bergetar. Tak lama, isakan terdengar dan hati Tami teriris mendengarnya. Tami menarik napas, menghelanya perlahan seraya mengelus lembut lengan Lathea.
"The, lo udah ambil keputusan terbaik. Lo udah ngelakuin yang terbaik."
Selang beberapa menit, barulah Tami bisa mendengar balasan lirih dari Lathea. Benar-benar sendu diselingi isakan menyakitkan.
"Gue benci kehilangan dia, Tam. Gue pengin dia ada di hidup gue selamanya."
Awalnya, Tami bersyukur karena turun hujan setelah hampir dua bulan Jakarta dilanda kemarau panjang, tapi melihat bagaimana sendunya Lathea menatap hujan, Tami baru menyadari. Tak hanya membawa kesenangan untuk mereka yang telah lama menanti, hujan juga cukup menyedihkan untuk membawa kembali memori-memori yang seharusnya tinggal kenangan.
Hujan akan selalu mengingatkan Lathea pada sosok Athaya Rasi Gaputra.
💧💧💧
Karakter-karakter di cerita ini:
Lathea Putri Arundana (Lathea/Thea)
24 Tahun
💧
Athaya Rasi Gaputra (Atha)
28 Tahun
💧
Paradisa Audrey (Disa)
30 Tahun
💧
Januar Pahlevi (Levi)
28 Tahun
💧
Utami Dwitasari (Tami)
24 Tahun
💧💧💧
Selamat datang di Afterglow!
Sebelumnya, cerita ini adalah fiksi yang mengandung beberapa momen nyata, hehe. Judulnya Afterglow, setelah aku stuck muter lagu Taylor Swift - Afterglow yang mungkin cocok juga buat dijadiin latar musik keseluruhan cerita.
Singkat kata, semoga cerita ini berkenan dan semoga menarik untuk dibaca😁
Kritik dan saran, sangat dipersilahkan😁
Terima kasih sudah membaca🥰
10 Oktober 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top