1. The Goddes

‘Kepada Yang Selalu Mengetahui’

‘Tanpa dusta Dewi Emilia menyampaikan laporan pasca kekalahan perang yang tidak terduga.’

‘Atas titah Yang Selalu Mengetahui, satu tahun yang lalu hamba turun ke bumi untuk berada di sisi sang Pahlawan. Diketahui bahwa ia telah dianggap gugur di medan perang. Namun kenyataannya, Ia diselamatkan oleh seseorang dari ras Iblis. Sampai saat ini hamba belum tahu apa alasan dan niatnya. Meski begitu, tidak ada hal mencurigakan lain yang hamba temukan.’

‘Kini kota Therma telah berada di bawah kekuasaan Raja Iblis. Hamba yakin Ibu Kota adalah target mereka selanjutnya. Jika begitu, maka seluruh wilayah kerajaan otomatis akan menjadi milik ras Iblis.’

‘Ada satu hal yang tidak hamba mengerti. Akibat kekalahan yang terjadi sebelumnya, Kerajaan Headas tengah mengalami krisis ekonomi dan sumber daya manusia. Namun sampai detik ini, tidak terdengar adanya pergerakan yang berarti dari para prajurit iblis.’

‘Tentang sang Pahlawan, kami tinggal bersama seorang gadis yang tinggal di area perbatasan kerajaan Headas. Identitas hamba aman. Mereka menganggap diri hamba –‘

Jari-jari lentik itu menghentikan tariannya. Suara ketikan tidak terdengar lagi, dan kertas-kertas mulai berhenti bergerak. Wanita itu merasakan kehadiran seseorang. Ia harus keluar dari mimpinya.

"Emma?"

Ketukan pintu terdengar. Wanita muda itu segera membuka mata dan beranjak bangun. Merapikan gaun dan rambutnya, ia berjalan mendekati sumber suara.

"Ada apa Nicholas?" Emma bertanya tepat setelah pintu terbuka. Seorang pemuda dengan setelan rapi berdiri di depan pintu.

"Maaf mengganggu istirahatmu. Aku lupa memberitahumu tentang rencana kami untuk ke Guild, besok. Apa kau berminat ikut?"

"Ah ... begitu ya?" Emma menarik senyum di pipinya. "Mungkin tidak. Aku akan menunggu dan menyiapkan hidangan sambutan untuk kalian ketika kembali."

"Apa kau baik-baik saja jika sendirian? Kau tahu ini akan memakan waktu beberapa hari."

“Tidak masalah.”

“Baiklah, kalau begitu selamat tidur.”

Derit pintu mengiringi langkah Nicholas yang semakin menjauh. Emma tidak langsung tidur. Wanita itu bersandar di pintu untuk memastikan bahwa Nicholas sudah benar-benar pergi.

Kini ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi. “Astaga Nicholas ... kenapa wajahmu begitu tampan? Kenapa kau begitu gagah? Bahkan tanduk pun tidak berani muncul di kepala iblis rupawan seperti dirimu ....” ucapnya gemas sambil berguling memeluk bantal abu-abunya. Ia tidak peduli rambutnya yang terurai kusut dan berantakan.

“Kendalikan dirimu, Emilia.”  Mengusap dan menepuk wajahnya, wanita itu mencoba menenangkan diri. “Kau adalah seorang Dewi. Camkan itu! Di mana wibawamu? Apakah satu tahun di bumi membuatmu tercemar oleh sifat hina manusia?”

Ia merebahkan tubuhnya ke tempat tidur, namun kemudian kembali beranjak untuk membuka jendela.

“Bulan sabit,” ucapnya sambil melipat tangan dan menyandarkannya ke bingkai persegi di depannya. “Entah kenapa, aku jadi ingat masa lalu.”


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top