#4


"Mama, tumben?" suara Fariq terdengar tertahan karena kawatir Aca bangun.

"Mama mampir kawatir kamu pulang malam lagi kayak kemarin, nggak sempat ganti baju langsung tidur,kalau nggak mama bangunkan nggak akan ganti baju, ih masih kayak anak-anak padahal sudah waktubya nikah?" ujar mama Fariq.

"Ssstttt jangan rame ma, nanti Aca bangun," ujar Fariq menarik mamanya ke luar.

"Aca, Aca teman sma kamu dulu?" tanya mama Fariq dan Fariq mengangguk.

"Waaah bangunkan Riq, mama pengen cerita-cerita kayak dulu," ujar mama melangkah ke kamar tamu namun ditarik lagi oleh Fariq.

"Tunggu ma, jangan, dia sedang banyak pikiran, biar Aca tidur," ujar Fariq mendudukkan mamanya di kursi dan mulai menceritakan masalah Aca.

"Ya Allah, papa Aca meninggal, kita benar-benar nggak tahu kabar Aca dan keluarganya ya Riq setelah kalian lulus sma," ujar mama menghela napas.

"Berat benar cobaan keluarga Aca, mama bisa membayangkan malunya keluarga Aca," ujar mama lagi.

"Eh mamaaa, aduh maaf Aca ketiduran, kok nggak dibangunkan sih Riq," ujar Aca tiba-tiba sudah muncul di balik pintu kamar tamu.

"Eh Caaaa, ya Allah Acaaa, sini mama kangen," mama Fariq bangkit dari duduknya, segera memeluk Aca dan memandangi wajah Aca, menciumi pipinya lalu menariknya duduk di dekatnya.

"Duuuh mama pangling loh Ca kalau nggak ketemu di sini dan tahu kalau kamu Aca," ujar mama Fariq.

"Ah mama bisa aja, Aca cuman lebih kurus dari sma dulu, biasalah ma, kerja di tempat yang tekanannya berat, mana bosnya kadang suka marah nggak karuan, beban kerja yang bejibun, belum lagi beban hidup Aca sendiri," Aca berusaha ramah pada mama Fariq.

"Ih masa Fariq suka marahin kamu?" tanya mama sambil menatap Fariq dan Aca bergantian.

"Tiap hari ma," jawab Aca berusaha tersenyum meski kadang hatinya masih nyeri mengingat wajah Reyhan yang memelas masih lekat di matanya.

"Bohong ma, aku marah pasti ada alasan, dan bukan pada Aca saja, eh ma, masa nggak tahu sih kalau Aca lama kerja di perusahaan kita," ujar Fariq.

"Yaaa mana mama tahu, kan mama nggak pernah main ke perusahaan, ke kantor papamu," ujar mama.

"Riq, antar aku pulang ya sudah malam nih," ujar Aca tiba-tiba saat ia melihat jam dan tak terasa sudah jam sembilan malam.

"Nginap di sini sajalah Ca, toh besok kan Sabtu, kamu nggak masuk kerja juga," sahut mama Fariq.

"Kasihan ibu sendirian di rumah, mama," jawab Aca.

"Biar kapan-kapan saya yang main ke rumah mama," ujar Aca lagi. Terlihat wajah mama Fariq yang kecewa.

"Besok mama jemput ya Ca, kita ngemall ya," ujar mama Fariq melambaikan tangan saat Aca dan Fariq naik kemobil.

"In shaa Allah maaaa," ujar Aca membalas lambaian tangan mama Fariq.

****

"Besok aku jemput ya Ca, sama mama ke sini," ujar Fariq mengikuti langkah Aca melewati taman rumah Aca yang asri.

Fariq menunggu di ruang tamu dan ibu Aca terlihat ke luar dari kamarnya dan tertegun menatap Fariq di ruang tamu.

"Nak Fariq, bener ya?" tanya ibu Aca.
"Iya ibu, ini Fariq," jawab Fariq melangkah mendekati ibu Aca dan mencium punggung tangannya.

Ibu Aca mengusap bahu dan memandang wajah Fariq dari dekat.

"Nak Fariq, jadi tegap dan ganteng gini, ingat dulu waktu sma masih kurus, pinter cari uang sendiri ya sekarang makanya jadi ganteng gini," ujar ibu Aca.

"Dia bos ku ibu," sahut Aca. Dan bu Heru, ibu Aca, kaget.

"Oh ya?" ucapnya.

"Baru sebulan ini ibu," ujar Aca lagi.

"Ya Allah alhamdulillah, titip Aca ya Riq," ibu Aca sekali lagi mengusap bahu Fariq.

"Iya ibu, saya akan menjaga Aca," sahut Fariq dan ia segera pamit. Aca mengantar sampai pagar dan di seberang jalan ia melihat laki-laki itu lagi, Aca merapatkan badannya pada badan Fariq. Fariq menatap nanar laki-laki diseberang jalan dengan wajah menahan marah.

Diraihnya bahu Aca dan diciumnya kening Aca sambil berbisik.

"Maaf Ca, ini aku lakukan agar dia berhenti mengejarmu," ujar Fariq lirih.

Aca memeluk pinggang Fariq dan memejamkan matanya saat Fariq mencium keningnya.

"Masuklah Ca, aku tidak akan pulang sebelum kamu masuk, kunci pagar dan jangan pernah dibuka lagi," sahut Fariq menatap Aca melangkah masuk dan mengunci pagar lalu masuk ke rumahnya, saat Fariq berbalik ia melihat laki-laki itu sudah berada di dekatnya dengan tatapan dingin.

"Maaf, ada hubungan apa Aca dengan anda?" tanya Reyhan dengan nada dan tatapan dingin.

"Saya tidak mengenal anda dan saya merasa tidak ada kewajiban bagi saya untuk menjelaskan pada anda, permisi," ujar Fariq lalu masuk ke mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan sedang.

****

Sabtu pagi sekitar jam 10 mobil Fariq sudah sampai di rumah Aca, mama Fariq segera melangkah, membuka pagar dan melihat rumah mungil dan taman yang asri.

Mama Fariq memencet bel dan tak lama terdengar langkah mendekat, terbuka pintu dan kedua orang yang lama tak bertemu terbalalak kaget.

"Bu Heruuuu," mama Fariq segera memeluk wanita yang terlihat lebih kurus dibandingkan terakhir ia lihat beberapa tahun lalu.

Ibu Aca memeluk mama Fariq tanpa berkata-kata, terkunci karena terharu bertemu dengan orang yang lama tak berjumpa dengannya.

Ibu Aca mengajak mama Fariq duduk dan segera menyuguhkan makanan sederhana berupa jajanan pasar yang baru ia beli dari pasar di dekat rumahnya.

"Apa kabar bu Ferdi, terlihat semakin sehat dan cantik, tidak seperti saya yang entah mengapa semakin kurus, sejak bapak Aca meninggal, rasanya saya jadi sulit makan bu, meski sudah dua tahun berlalu," ujar ibu Aca sambil mendekatkan cangkir teh hangat ke dekat tamunya.

"Ah bu Heru ada saja, cantik gimana, tambah tua gini," sahut mama Fariq sambil tertawa.

"Mari bu, dicicipi suguhan sederhana ini, ayo nak Fariq teh dan kuenya," terlihat ibu Aca menawarkan kue dari piring yang ada di meja.

Mama Fariq dan Fariq terlihat mulai menikmati suguhan sederhana namun nikmat.

Tak lama muncul Aca yang terlihat lebih segar dengan blouse putih lengan pendek dan celana jeans dan sepatu flatnya.

"Ibu, Aca ikut mamanya Fariq ya," Aca pamit dan duduk si samping Fariq.

"Iya, nggak papa, titip Aca bu Ferdi," ujar ibu Aca dan mama Fariq mengangguk dengan cepat.

"Pasti saya jaga bu Heru, ayo Aca, Fariq kita berangkat yuk," ajak mama Fariq dan terlihat mereka beriringan menuju mobil.

****

Selama perjalanan, mama Fariq banyak bercerita tentang Fariq selama jauh dari Aca, termasuk tentang pertunangannya yang berakhir tanpa kejelasan.

"Maaa sudahlah nggak usah cerita itu," ujar Fariq terlihat tidak suka.

"Iya iyaaaa itu kan papa kamu yang mau, pingin kamu berjodoh dengan anak sahabatnya eh malah kamunya sering nyuekin tunangan kamu, yaudah gak betah akhirnya pihak perempuan yang menggagalkan Ca," ujar mama Fariq, Aca hanya mengangguk tanpa ekspresi.

"Kamu gimana Ca, baik-baik saja kan nak, sembuhkan hatimu, tidak usah mengingat hal yang membuat kamu semakin sakit," ujar mama Fariq, Aca menatap mama Fariq dan menunduk dengan wajah sedih.

"Yah ma, saya harus berusaha melupakan hal yang menyakitkan, saya harus melanjutkan hidup, rasanya saya sudah mati rasa, cinta saya sudah benar-benar pergi, dan tak ingin merasakan cinta lagi, mencintai kan harus siap sakit ma, dan saya tidak siap untuk sakit lagi," Aca menggenggam erat tangannya sendiri,matanya berkaca-kaca sementara Fariq yang mendengar perkataan Aca merasa diremas hatinya.

Ca sebegitu besar sakit hatimu karena cinta sampai tak menyisakan tempat untukku...

****

😕😕😕

7 Juli '19 (18.41)

Maaf jika ada typo, nyuri-nyuri waktu berlibur, capeknyooo nurutin anak-anak, maklum sudah nenek-nenek masih berasa muda saja 😂😂😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top