Chapter 03: Love Me Please!
Hari ini bukan Aizawa yang mengantarkan Bakugou dan Todoroki pergi ke tempat pelatihan ulang. All Might dan Present Mic lah yang menggantikan sang wali kelas. Membuat Bakugou sedikit merasa kesepian dan rindu akan keberadaan pria yang sebelum-sebelumnya ia lihat setiap pagi.
Tapi dia masih penggemar berat All Might. Tentu saja Bakugou cukup senang karena di antar oleh idolanya---Bisa melihat dan berbincang dengan idolanya dari dekat. Itulah mengapa UA adalah sekolah terbaik se-jepang.
Semenjak kegiatan magang di mulai. Kelihatannya Kirishima dan yamg lainnya sedang terlibat dalam sebuah kasus besar.
Tentu Bakugou sedikit mencemaskan kondisi teman-temannya yang masih amatiran namun kalau boleh jujur yang paling ia cemaskan adalah Aizawa. Sebagai pro Hero, sang wali kelas juga punya kebiasaan memaksakan diri---padahal dia sendiri yang selalu mengoceh apabila ada murid-muridnya yang bertindak sembrono.
"Apa kau tidak enak badan?" tanya Todoroki seraya seenaknya mengambil tempat duduk di sebelah Bakugou yang duluan memilih tempat di dekat jendela.
Bakugou mendecih kesal, padahal ada banyak kursi kosong di dalam bus tersebut. Kenapa pula dia harus meladeni sang pangeran sekolah yang wajahnya membuat Bakugou muak setiap pagi?---tidak tidak tidak. Bakugou tidak membenci Todoroki dengan segenap jiwanya. Dia hanya sedang kesal karena akhir-akhir ini tidak bertemu dengan sang wali kelas kesayangan.
"Pakai matamu! Aku baik-baik saja!!" jawabnya ketus lalu membuang muka. Untung saja yang di hadapinya adalah Todoroki yang sudah terbiasa dengan kelakuan tersebut. Kalau orang biasa pasti sudah sakit hati mendengarnya.
"Yaah...karena kau masih bisa marah-marah seperti itu. Kurasa kau memang baik-baik saja," komen Todoroki tanpa ada niatan untuk pindah tempat duduk.
OXO
Beberapa hari kemudian, anak-anak yang pergi magang sudah kembali ke sekolah dengan selamat. Kirishima, Midoriya, Uraraka, dan Asui pulang tanpa mengalami luka serius.
Khusus pada hari itu. Bakugou yang biasanya selalu tidur cepat, menyempatkan diri menunggu kedatangan kelima temannya.
Keberadaan Bakugou yang tidak biasanya di ruangan tersebut membuat Kaminari menggodanya.
"Oi Kacchan!" serunya memanggil sambil menepuk pundaknya sok akrab. "Apa yang membuatmu merajuk sendirian di sini? Kau masih di sini karena cemas kan? Ya kan? Jujurlah!" oceh pemuda ber-quirk listrik itu yang mana setiap kalimatnya membuat Bakugou ingin meledak di tempat.
Tanpa mengatakan apapun Bakugou berdiri seraya menggerakan pundaknya untuk menyingkirkan tangan Kaminari. Perempatan siku-siku imajiner bermunculan di sekitar wajah tampannya---namun dia masih tidak mengatakan apapun. Hanya diam dan langsung pulang ke kamarnya sendiri.
Begitu sampai di kamarnya, Bakugou membanting diri ke atas ranjang. Dilihatnya langit-langit ruangan tersebut dengan tatapan hampa.
Seperti yang di katakan Kaminari barusan, mungkin dia mencemaskan keadaan teman-temannya---terutama karena beberapa hari sebelum Kirishima berangkat menjalankan misinya. Temannya yang bersurai merah jabrik tersebut terlihat gelisah dan sedang memendam sesuatu.
Dengar-dengar dari Todoroki, Midoriya juga bertingkah serupa sampai menangis segala. Deku sampai kapanpun tetaplah Deku rupanya.
"Kelihatannya mereka baru saja terlibat dalam sesuatu yang sangat berbahaya......" batin Bakugou seraya menguap lebar menahan kantuk. Dilihatnya jam weker di atas meja, ternyata sudah lebih dari jam tidur biasanya.
"Kuharap sensei tidak mengalami luka parah," demikian ia berharap sebelum memejamkan kedua matanya. Menjadikan hal tersebut sebagai doa sebelum tidur.
OXO
Sayangnya doa tersebut tidak terkabulkan. Pagi-pagi Aizawa sudah muncul dengan penampilan seperti mumi--seluruh tubuhnya di balut perban sampai wajahnya pula.
Satu kelas heboh menanyai kesehatan sang wali kelas yang takutnya sedang memaksakan diri.
Aizawa membalas malas segudang pertanyaan tersebut---mendengar pria itu berbicara dengan khas pembawaannya. Bakugou menyunggingkan senyum kecil yang tak kentara.
Pekerjaan sebagai pahlawan memang lah tak mudah. Setiap kali selesai bekerja pasti ada saja anggota yang terluka.
Sebagai remaja yang bercita-cita dan menjenjang pendidikan jurusan pahlawan, Bakugou paham betul akan resiko mencintai seseorang yang berada dalam karir tersebut. Terluka tidak lah masalah asalkan orang itu bisa pulang dengan selamat.
Todoroki yang duduk di bagian belakang kebetulan menangkap pemandangan langka Bakugou yang tengah tersenyum kecil. Kiranya hanya salah lihat saja, namun setelah di perhatikan kembali. Ia menyadari betapa lembut tatapan Bakugou saat melihat ke arah Aizawa yang berdiri di depan kelas.
OXO
"Bakugou. Kau saja yang pergi mengantarkan buku ke ruang guru," pinta Aizawa yang langsung membuat satu kelas menoleh ke arah murid yang di maksud.
Bakugou pun sampai benggong di buatnya. Biasanya kan pekerjaan semacam ini di kerjakan ketua kelas atau wakilnya.
Bakugou membuka mulutnya hendak protes namun Aizawa berhasil mendahuluinya. "Aku mau berbicara denganmu sebentar," ujar sang wali kelas sebelum meninggalkan ruangan.
"Ukh.....baiklah baiklah!!" Walau kesal dan enggan Bakugou masih beranjak dari tempat duduknya dan mulai menagih buku catatan teman-teman sekelasnya.
"Oi Deku sialan. Cepat kemarikan bukumu!!" teriaknya tak sabaran saat menghampiri meja Midoriya yang tak kunjung menyelesaikan tugasnya.
"I--iya!! Tunggu sebentar Kacchan," oceh Midoriya seraya terburu-buru menulis beberapa kata terakhir. "I-ini! Maaf lama menunggu!!" seru pemuda tersebut seraya menyodorkan buku catatannya.
Bakugou langsung merebutnya lalu menumpuknya dengan buku-buku lainnya. Sebelum pergi, Midoriya menarik ujung baju seragamnya dan berbisik tepat di sebelah telinganya. "Semoga beruntung Kacchan," ucapnya lirih lalu memberi tepukan lembut di punggung.
Daripada marah, yang tadi itu membuat Bakugou terheran-heran setengah mati.
Namun ia memutuskan untuk tidak mengubris omong kosong teman masa kecilnya tersebut dan mulai berjalan menuju ruang guru dengan setumpuk buku di tangan.
OXO
"Sensei. Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Bakugou setibanya di ruang guru. Ia meletakan buku-buku tersebut di atas meja Aizawa yang langsung mengucapkan "Terima kasih" padanya.
"Apa ada masalah dengan latihan remedial ku?" tanya Bakugou lagi lantaran Aizawa tidak segera menjawab pertanyaan pertamanya. Seperti biasa pemuda pirang tersebut suka tidak sabaran.
"Tidak. Tidak ada masalah dengan latihanmu. Bahkan aku mendapatkan laporan kalau kau dan Todoroki mengalami banyak kemajuan di sana," terang Aizawa yang justru membuat Bakugou mengangkat salah satu alisnya.
"Tsk! Jangan samakan aku dengan setengah-setengah sialan itu," keluh Bakugou seraya mengacak rambut belakangnya.
"Lalu untuk apa sensei memanggilku kemari? Jangan bilang kau mau membandingkan nilaiku dengannya?"
Kali ini Bakugou menggunakan nada yang lebih teduh. Karena dia tahu sebagai murid berperingkat tinggi dia tidak bertingah sebagaimana peringkatnya. Anggap saja dia sudah memahami kesalahannya.
"Aku cuma mau tanya. Di kelas tadi kau menatapku seolah ada yang ingin kau katakan. Jadi, apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku?"
Pertanyaan di luar dugaan tersebut lantas membuat Bakugou membeku di tempat. Padahal selama ini, nampaknya Aizawa tidak pernah menyadari bagaimana Bakugou memperhatikannya setiap pagi. Lalu mengapa sekarang pria itu menyadarinya!?
Bakugou yang binggung bagaimana caranya ia harus menjawab, diam dan tertunduk di tempat. Aizawa yang melihatnya menghela nafas pendek.
"Aku tahu akhir-akhir ini banyak yang bertanggapan positif terhadap kelakuanmu dan kau punya banyak teman yang bisa kau andalkan, seperti Kirishima misalnya. Namun sebagai guru aku masih mencemaskanmu," ujar Aizawa seraya mengelus lembut puncak kepala pirang muridnya.
Bagi Bakugou sentuhan halus tersebut, justu memiliki efek yang sebaliknya. Sebagai guru---Aizawa selalu melihatnya dari sudut pandang seorang pengajar kepada anak didiknya. Jurang lebar yang dalam tak berdasar.
Memahami kenyataan pahit tersebut, hati pemuda tersebut bagaikan sedang teriris-iris.
"Mencemaskanku?" gumam Bakugou lirih seraya menepis kasar tangan gurunya.
"Harusnya aku yang bilang. Kalau aku itu dari kemarin mencemaskanmu brengsek!!" serunya tiba-tiba sambil memukul meja di dekatnya.
Baru saja ia menaikan volume suaranya di ruang guru dan pada wali kelasnya pula. Menyadari ketidak sopanannya, Bakugou spontan menutup mulutnya lalu membungkuk.
"Ta-tapi anak-anak sekelas sudah menanyai keadaanmu. Ja-jadi kurasa aku tidak perlu menanyai sensei lagi!" ujarnya untuk mengoreksi apa yang sudah ia ucapkan sebelumnya.
Setelah selesai membungkuk. Bakugou mengadahkan kepalanya, dilihatnya wajah Aizawa yang sedang terdiam melihatnya. Tatapan mereka berdua bertemu cukup lama dan langsung di putus oleh Bakugou yang berwajah merah karena malu.
"Ka-kalau begitu. Aku harus segera kembali ke kelas!" serunya berpamitan dan buru-buru keluar begitu saja tanpa mendengarkan suara Aizawa yang berusaha memanggilnya.
Present Mic yang juga berada dalam ruangan tersebut terkekeh geli. "Kelihatannya anak itu benar-benar menempel padamu huh?" komennya sambil memasang senyuman jenaka.
"Kau seperti berhasil menjinakan hewan liar. Bahkan All Might pun di buat kewalahan menghadapi anak itu," sambung Present Mic.
"Hmm....aku wali kelasnya. Jadi kurasa wajar kalau aku mencemaskannya," balas Aizawa seraya melonggarkan kerah bajunya. Apa yang sudah terjadi barusan entah kenapa membuat tenaganya terkuras.
"Tapi mengetahui dia juga mencemaskanku....bukannya aku gagal menjadi guru yang baik?" lanjutnya dengan nada yang tak yakin.
Present Mic menertawakannya. "Sejak kapan kau bercita-cita menjadi guru idaman?" godanya seraya beranjak dari kursinya hanya untuk menepuk pundak Aizawa yang kebingungan.
"Tapi tahun ini tidak ada satupun anak yang kau keluarkan. Kurasa kau pasti sangat menyukai kelasmu tahun ini kan?"
"Jadi apakah Bakugou-kun adalah murid kesayangmu?"
Aizawa menaikan kedua alisnya terhadap pertanyaan terakhir yang terlontar dari mulut si cerewet Hero Present Mic.
"Aku menganggap semua murid setara. Selama mereka pantas bersekolah di UA berarti mereka mempunyai potensi untuk menjadi asset negara kita," jawabnya seolah ia sedang membaca buku panduan---banyak guru yang suka menganak emaskan salah satu dari kesekian muridnya. Namun tidak dengan Aizawa. Dia selalu berusaha bersikap adil terhadap murid-muridnya.
"Yaah....kau tidak pernah berubah huh." Present Mic bergidik bahu.
"Tapi bukannya anak itu penggemar all Might? Hebat juga kau bisa membuatnya seperti itu di hadapanmu. Karena di depan All Might pun dia masih bisa-bisanya sok keren."
Saat Present Mic membahasnya. Otomatis Aizawa mempertimbangkan informasi tersebut. Membuat sang wali kelas jadi penasaran juga akan tingkah Bakugou barusan---tapi akhir-akhir ini dia mendapatkan laporan bagus terhadap kelakuan anak tersebut.
Jadi Aizawa hanya mengira apabila Bakugou menjadi lebih perhatian terhadap orang-orang di sekelilingnya. Dan itu merupakan hal baik terhadap perkembangan karakter anak tersebut.
Agar tidak ada lagi yang mengatai bahwa Bakugou lebih pantas menjadi villain daripada Hero.
OXO
Di koridor menuju kelasnya, Bakugou bertemu dengan Todoroki. Bel pergantian jam pelajaran sudah berbunyi dari tadi, lantas apa yang dilakukan pemuda bersurai setengah-setengah itu di luar kelas? Apalagi karena Todoroki bukan tipe yang suka bolos.
"Aku barusan dari toilet," ujar Todoroki seolah mengetahui isi kepala Bakugou yang mendelik ke arahnya.
"Oh begitu," balas Bakugou dingin lalu membuang mukanya. Bakugou berjalan melewati Todoroki dengan kedua tangan masuk kedalam saku celananya.
Pemuda yang cara jalannya seperti preman itu mendecih dan bergumam lirih tentang betapa sial dirinya hari ini. Namun cukup kedengaran untuk sampai ke telinga Todoroki yang langsung bertanya "Karena Aizawa sensei?" dan kemudian langsung di tatap jijik oleh Bakugou.
"Kenapa kau ikut campur? Ini bukan urusanmu." Bakugou menoleh ke belakangnya, dimana Todoroki berdiri sambil menatapnya datar.
Tatapan tersebut entah kenapa menyedot niatnya untuk marah-marah. Jadi Bakugou hanya berbicara dengan nada dingin, bersikap acuh tak acuh dengan harapan Todoroki tidak lagi menganggunya.
Todoroki geleng kepala. "Aku cuma panasaran," jawabnya seraya berjalan mendekati Bakugou.
"Habisnya, baru kali ini aku melihatmu.....bertingkah seperti itu di hadapan seseorang." Pemuda itu mengulurkan tangannya, menggapai pipi Bakugou yang terasa lebih hangat.
"Sekilas kau terlihat sangat menggemaskan," lanjut Todoroki dengan wajah dan nada tanpa dosa khasnya.
Bakugou menautkan kedua alisnya, kedua tangannya mengepal erat. "Apa kau sudah bosan hidup?" tanyanya penuh ancaman seraya mengambil ancang-ancang untuk menonjok mulut kurang ajar Todoroki.
"Todoroki-kun! Kacchan!" seru Midoriya dengan suara tertahan---lebih baik mereka tidak membuat kegaduhan di saat jam pelajaran sedang berlangsung.
Berkatnya pembicaraan Bakugou dan Todoroki yang semakin memanas terintrupsi. Entah apa yang akan terjadi kalau pembicaraan tersebut meletus jadi perkelahian di antara kedua murid yang sedang melakukan remedial.
"Kenapa kalian lama sekali? Midnight sensei sampai menyuruhku untuk mencari kalian berdua....." jelas Midoriya tanpa memperhatikan suasana di antara kedua temannya tersebut.
"Tsk!" Bakugou berjalan mendahului.
"Salahkan si brengsek itu. Dia yang mengoceh tidak karuan dan menahanku di sini," ketusnya sambil melangkah lebar dan terburu-buru untuk segera kembali ke ruang kelas.
Midoriya dan Todoroki yang tertinggal cukup jauh di belakang berjalan mengikuti sambil saling bertukar pandang.
"Umm....Todoroki-kun. Apakah kau mengatakan sesuatu yang membuat Kacchan marah? Atau dia jadi seperti itu karena Aizawa sensei?" tanya Midoriya.
"Ah. Aku hanya penasaran kenapa sepertinya dia sedang berusaha mendekati Aizawa sensei. Jadi kurasa dia marah karena aku," jawab Todoroki santai.
Midoriya menghela nafas panjang. Setelah memahami situasinya, entah kenapa ia merasakan Dejavu. Jangan bilang kali ini Todoroki mengira kalau Bakugou adalah anak simpanannya Aizawa---semoga saja tidak begitu!
"Todoroki-kun. Sebaiknya untuk saat ini jangan membahas tentang Aizawa sensei di depan Kacchan. Bagaimana?" tanya Midoriya diikuti dengan senyuman tipis yang sedikit di paksakan.
Semoga saja Todoroki tidak menanyainya yang aneh-aneh karenanya. Dia bisa di bunuh Bakugou kalau ketahuan keceplosan mengumbar rahasianya.
To be Continue
A/n:
gak nyangka ternyata ada yang baca ini Aizawa x Bakugou. Entah apakah cerita ini bisa memenuhi ekspektasi dari pairing tersebut.
anyway, thank you for reading!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top