After Love Part 31 END

"Home."

Media : After Love - Love Cell OST

***

"Kenapa calon pengantin ini masih kerja? Besok 'kan mau nikah, lagi. Kalau kau sampai lelah besok, bisa-bisa aku yang disembur tunangan sok tampanmu itu, mengira aku memberlakukan kerja paksa padamu," sindir Yuri yang duduk di depan meja kasir tempat Aluna yang hanya bisa tersenyum geli meresponnya.

Semenjak Yuri mengetahui kalau Aluna sering disakiti oleh Louis dulunya, membuat secara tak langsung Louis sebagai musuh bebuyutan Yuri. Namun, ia sekarang sudah tak bisa menyuarakan ketidaksetujuannya akan kembalinya Louis dan Aluna bersama. Karena bagaimana pun, setelah melihat wajahb sirat kebahagian Aluna, Yuri merasa semua itu sudah cukup baginya. Namun jika Louis sampai menyakiti Aluna lagi, dia sendiri yang akan membunuh pria itu. Elena sendiri juga sudah mengatakan padanya kemarin, jika Louis menyakiti dirinya lagi, Elena sendiri yang akan membunuh pria itu. Sehingga Yuri jadi yakin bahwa Elena mengerti akan pilihannya saat ini. Bagaimanapun Elena sudah dewasa dan mengerti lebih baik tentang apa yang perempuan itu butuhkan. Mengambil keputusannya sekarang pun sudah ia pikirkan matang-matang.

"Aluna!"

Sebuah jeritan yang terdengar sebal, tiba-tiba memenuhi kafe itu membuat Yuri sekali lagi memutar bola matanya dengan jengah saat ia mengetahui betul suara milik siapa itu. Namun detik berikutnya, Aluna dan Yuri yang menjerit kali ini saat melihat di dalam gendongan sahabatnya adalah seorang bayi perempuan yang sangat kecil, tertidur dengan lelap dengan manis. Bayi itu sempat sedikit bergerak mendengar teriakan Yuri dan Aluna, tapi untungnya tidak sampai membangunkan bayi kecil itu.

"Astaga, ini dia anakmu? Siapa namanya?" Aluna yang sangat menyukai bayi kecil pun tiba-tiba saja sudah ada di samping Seryn. Tangannya pun sudah begitu gatal hingga memegangi pipi-pipi lembut itu. Iya pun sedikit kesal karena Seryn harus melahirkan jauh dari mereka sehingga Aluna dan Yuri tidak bisa mengunjungi Seryn langsung saat perempuan itu melahirkan.

"Serina, dia baru 25 hari," kata Seryn. "Kau mau menggendongnya?"

"Bisakah?" mata Aluna seketika berbinar. Ia sering menggedong bayi-bayi. Tapi ini pertama kalinya ia menggendong bayi yang bahkan belum genap sebulan.

Seryn mengangguk dengan senyuman lembutnya. "Siapkan tanganmu."

Dengan perasaan antusias sekaligus waspada, Aluna menerima bayi itu dengan lembut dan berhati-hati, takut membangunkan bayi itu apalagi sampai membuatnya menangis. Namun, Aluna cukup bersyukur karena bayi itu malah terlihat semakin nyaman dalam dekapannya.

"Wah ternyata aura keibuanmua lebih kuat dariku." takjub Seryn.

"Kekuatan janda memang tak terkalahan." Seketika pun Yuri menerima delikan tajaman dari Aluna sekaligus pukulan yang cukup di keras di punggungnya dari tangan Seryn.

"Noona!"

Sebuah suara kembali mengisi ruangan kafe yang tak bisa dibilang sepi itu. Namun kali ini, suara itu cukup membuat para wanita itu tertegun. Bahkan Yuri sudah melotot sempurna melihat pria yang seringa ia panggil sebagai bocah nakal kafe itu sudah ada di depan mereka.

Tak ada yang berubah dari pria muda itu. Topi yang menghadap ke belakang serta ripped jeans yang membalut kaki panjangnya membuatnya orang-orang takkan percaya bahwa bocah setengil Jun adalah putra seorang jendral di Korea Selatan.

"Noona, apa benar noona akan menikah?! Aku dengar noona kembali dengan mantan suami brengsek itu! Noona, kenapa noona tega mengkhianatiku... Dan apa-apaan bayi itu? Noona sudah melahirkan selama aku pergi?... akhh!!" Tiba-tiba suara meringis Jun kembali terdengar. Dan hanya Yuri yang bisa mengeluarkan suara ringisan Jun dengan menjewer telinganya.

"Kenapa kau kembali di sini? Kau sudah kupecat!" Yuri semakin menjewer Jun, jujur ia sedikit senang bocah yang ia anggap adiknya itu sendiri telah kembali, namun egonya membuat Yuri menyembunyikannya.

"Mana bisa begitu? Aku belum menandatangani surah resmi pemecatanku," bela Jun.

"Mana ada surat begitu bodoh!" Yuri semakin memutar telinga Jun membuat pria itu semakin merengek mengadu pada Seryn dan Aluna untuk dilepas. Dan berkat bantuan Seryn, akhirnya Jun lepas dari terkaman manifestasi kerinduan Yuri.

"Noona, apa benar noona menikah lagi? Apa benar ini anak noona sehingga kalian menikah tiba-tiba... akh!" Jun lagi-lagi meringis. Kali ini berasal dari tangan Aluna yang menjitak kepalanya.

"Kau pikir aku hamil lewat mana?! Kau bahkan belum genap sebulan pergi, bagaimana aku langsung punya anak?! Ini anak Seryn." kata Aluna tetap mendelik pada Jun yang sekarang menyengir setelah mengingat bahwa Seryn yang selama ini hamil.

"YAK! Jun kenapa kau meninggalkanku begitu saja dengan koper-kopermu ini!" Tiba-tiba saja Sophia memasuki kafe dengan hentakkan kaki kesalnya yang manis. Tangannya memegang dua buah koper yang cukup besar, bahkan di punggung dan lengannya masih tersampir beberapa tas lagi. "Aku tahu aku tunanganmu, tapi bukan berarti aku yang mengurus barang-barangmu, bocah sok kaya yang manja!"

"Tunangan?" Seketika semua orang yang ada di sana membeo terkecuali Jun yang hanya bisa terkekeh menganggapi kemarahan Sophia yang ternyata cukup membuatnya bergidik.

Seminggu yang lalu... Di Seoul...

"Benar, ini rumahnya."

Sophia dengan berbekalkan uang saku, bahasa inggris serta foto dan alamat rumah pria yang ia kejar hingga ke Korea Selatan, akhirnya menemukan apa yang ia cari. Sebuah rumah yang cukup besar dengan satpam yang terlihat sangat seperti tentara, menjaga di gerbangnya.

Hanya berbekal dengan internet serta kata kunci penting yaitu Jendral Lee Seo Joon, Sophia akhirnya berhasil menemukan alamat serta foto rumah besar namun berkesan kuat itu. Dengan langkah pasti, Sophia berjalan mendekati rumah itu. Harga dirinya yang terluka seolah dipermainkan oleh Jun membuatnya menjadi berani. Bagaimana pun dia memegang teguh dengan kata-katanya bahwa 'ciuman pertama, hanya untuk suami.' kuno memang, tapi menurutnya romantis untuk mempertahankan itu. Tetapi sungguh, ia tak pernah menyangka Jun yang menjadi orang beruntung itu. Pria yang berkelakuan seperti bocah nakal menyebalkan yang anehnya juga terkadang terlihat manis.

"Maaf, nona anda siapa? Anda tak boleh masuk begitu saja."

Sophia melongo di tempatnya saat ia berhasil melewati gerbang yang berujung tajam. Namun ia kemudian di tahan oleh satpam penjaga yang berbahasa Korea, bahasa yang sama sekali tak mengerti oleh Sophia.

"I want to see my boyfriend, his name is Lee Jun. He asked me to come here today." Oke, berbohong sedikit tidak akan ada masalahnya, batin Sophia.

Sejenak satpam itu memandang ragu, namun mimik wajah yang dibuat Sophia semenyakinkan mungkin membuat satpam itu akhirnya mempercayainya. Dengan bahasa tubuh untuk mengikutinya, Sophia pun berjalan di belakang pria itu, hingga kemudian ia disuruh menunggu di ambang pintu besar itu.

Sang satpam pun masuk hingga menghilang di salah satu ruangan. Sophia memandang sekitar. Ada beberapa piala yang terpajang di ruangan awal itu, dan juga ada beberapa piagam dan foto yang ia kenali sebagai ayah Jun yang dibalut baju militernya.

Seketika Sophia terkikik geli. Tak akan ada yang bisa percaya jika Jun adalah anak jendral, jika mereka melihat Jun. Namun jika mereka bilang Jun anak ganster, baru Sophia percaya. Tak lama yang satpam pun kembali dengan diikuti seorang pria paruh baya berkumis rapih serta seorang wanita paruh yang memandang Sophia dengan penasaran. Sophia pun hanya tercengir melihat tatapan-tatapan pensaran kedua orang itu.

Kemudian sang pria paruh baya membisikkan sesuatu pada sang satpam yang segera berlalu, memasuki rumah itu lebih dalam, naik ke tangga yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Dan sang wanita paruh baya berjalan mendekat dengan tetap tatapan penasarannya, seolah Sophia adalah barang yang unik.

"What is your name, sweety?" tanya wanita paruh baya itu dengan bahasa inggris melihat wajah Sophia yang jauh dari wajah orang Korea pada umumnya. Wanita itu pun mengucapkannya dengan fasih karena keluarga Lee memang cukup cerdas.

"S—sophia." jawab Sophia canggung.

"Eomma, ada apa mencariku?" terlihat Jun turun dari lantai dua mengikuti satpam yang sudah pamit kembali keluar.

Sangat terlihat bahwa Jun baru saja bangun dari tidurnya, melihat rambut acakan Jun yang semakin teracak serta sesekali menguap kecil sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya dengan kedua tangannya, ia tak menyadari sekarang Sophia tertegun di tempatnya, melihat Jun turun dari tangga hanya dengan menggunakan celana training tanpa atasan sama sekali.Sophia pun setengah memalingkan wajahnya yang merona melihat otot-otot yang tidak terlalu besar itu tercetak samar di dada dan perut Jun yang masih belum mengetahui keberadaan Sophia.

"Jun, apa yang kaulakukan keluar tanpa baju! Pacarmu ada di sini! Kau tak malu?" Seketika ibu Jun pun menengur anaknya itu dengan bahasa yang masih tak dimengerti oleh Sophia.

"Jadi ini alasanmu, Jun. Tak mau dijodohkan dengan putri Letnan Kang dan lebih memilih kuliah seni di Indonesia? Ternyata kau sudah punya pacarnya yang sangat cantik rupanya di Indonesia." Nada tegas sang ayahnya pun semakin berubah geli di akhir katanya, membuat Sophia semakin merona malu dan sedikit meringis merasa bersalah karena sedikit berbohong. Walau dia tak mengerti bahasa itu, Sophia yang juga sering menonton drama Korea hanya tahu betul satu kata yang tersemat di kalimat lelaki itu, yaitu yeojachingu yang artinya pacar. "Dasar anak nakal, kenapa tak bilang?"

"Appa, kau bicara apa sih?" Jun hanya mendengus tak mengerti kemudian hendak kembali naik ke kamarnya sebelum matanya menangkap siluet mungil yang sangat ia kenal. Sophia. "Apa-apaan? Kurcaci?! Sedang apa kau di sini?!"

Jun kemudian berlari naik, menyadari setengah keterlanjangannya di depan seorang gadis. Ia kemudian kembali turun dengan sebuah hoodie berwarna hijau yang sudah melekat di tubuhnya. Matanya pun tetap membulat tak percaya melihat Sophia ada di depannya. "Yak! Sedang apa kau di sini? Di Seoul? Kau sudah gila, kurcaci?"

Sophia yang sudah menghilangkan rona wajahnya pun hanya mendengus kesal sembali bersedekap. "Kau pikir apalagi? Salah satu prinsip hidupku yaitu 'first kiss just for my husband'. Aku ingin meminta pertanggung jawabanmu!" tegas Sophia sembari mengangkat dagu dengan angkuh, mengeluarkan tatapan 'jangan cari mati denganku' pada Jun, membuat ayah Jun sedikit terkekeh melihat ternyata anaknya mempunyai kekasih yang cukup tangguh untuk mengatur anak brandalnya.

"Pertanggungjawaban?" Jun memekik tanpa sadar dalam bahasa korea, membuat seketika ayah dan ibunya menatap heran, tapi diabaikan oleh Jun yang masih syok.

"Aku ingin kau menikahiku, dengan keringanan, kau harus membuatku mencintaimu lebih dulu, begitupun sebaliknya!" tambah Sophia, semakin menyeringai melihat Jun yang terdiam di tempatnya.

"Menikahimu?"

Jun secara spontan kembali membeo dalam bahasa korea. Tak sadar, ayah dan ibunya yang mengerti dua kata itu, membelalak kaget.

"Appa!" tiba-tiba saja Jun terpekik syok saat ayahnya langsung mencengkram kerah leher depan hoodienya dengan tatapan mengancam. "Apa yang kau lakukan?"

"Sophia darling, are you pregnant, sweety?"

"YAK! Bocah tengik, kau ke Indonesia hanya untuk menghamili anak orang?!"

"APA?!" seketika Jun dan Sophia terpekik tak percaya mengetahui bahwa kedua orang tua Jun menyalah artikan apa yang mereka bicarakan.

Sophia bahkan menjadi sedikit linglung mendengar tuduhan itu. Bagaimana mungkin Jun menghamilinya? Jun hanya memerawani bibirnya saja! Kalau pun Jun menghamilinya, sudah sejak dulu ia menyekap Jun dan memaksa pria itu untuk menandatangi surat nikah siri.

"Pokoknya kalian harus tunangan malam ini!"

Jun dan Sophia sedikit bergidik mengingat kemarahan seorang jendral itu. Walau sang jendral tidak memukul atau berteriak, tatapan tajam sang jendral cukup membuat keduanya bungkam bukan main.

Malam tepat beberapa jam sebelum acara pertunangan mereka, dengan keberanian yang mulai terkumpul, Jun dan Sophia pun berusaha menceritakan yang sesungguh bahwa Sophia tidaklah hamil sama sekali, melainkan Jun hanya mencuri ciuman pertama Sophia saja. Walaupun Sophia meminta pertanggungjawaban, ia tak mengharapkan pertunangan langsung seperti ini.

Sejak awal ia sudah memutuskan akan mencoba mencintai Jun dan mencoba membuat Jun mencintainya sejak ciuman pertamanya direbut. Kalau ingin jujur, Sophia bahkan sudah tertarik dengan pria yang awalnya ia benci itu secara tak sadar. Jadi Sophia hanya ingin semua berjalan dan mengalir santai seperti aliran air. Tapi siapa sangka, saat itu mereka malah dibuatkan acara yang tamunya hampir semuanya memakai baju loreng militer yang membuat bulu kuduk Sophia sedikit menegang ngeri.

Namun,keputusan sang jendral sudah mutlak. Menikah memang tak perlu harus langsung, tapi pertunangan wajib dilaksanakan, bagaimanapun sang jendral tak ingin reputasinya yang bisa mendisiplinkan semua macam orang, hancur karena putra pembangkangnya yang tak bisa ia disiplinkan sendiri. Apalagi yang Lee Seo Joon lihat, Sophia cukup tegas untuk mengatur anaknya.

Awalnya Jun menolak karena itu sama saja mengekang jiwa bebasnya, namun seketika matanya berbinar bahagia saat ayahnya memberikan bonus yaitu bisa kembali ke Indonesia melanjutkan kuliahnya dan takkan dipaksa untuk masuk menjadi tentara lagi.

Mendengar ia bisa mengejar impiannya lagi, Jun pun spontan memeluk Sophia saat itu juga, mengucapkan terima kasihnya pada Sophia. Jun bahkan secara spontan mengucapkan janji pada Sophia yang berada di pelukannya bahwa ia akan mencoba mencintai gadis itu. Dan menaklukkan seorang Sophia si anti pria jiwa bebas, menjadi tantangan tersendiri untuk jiwa bebasnya.

"Itu terdengar romantis," komentar Seryn yang menyengir mendengar cerita Jun dan Sophia, Aluna pun mengangguk mengiyakan, sedangkan Yuri terkikik mengejek di tempatnya, membuat Jun dan Sophia hanya mendengus jengah.

"Tanpa sadar, nanti kalian juga jatuh cinta sendiri," tambah Aluna membuat wajah Jun dan Sophia yang duduk bersebelahan merona mendengarnya, Jun dan Sophia pun memalingkan wajah mereka ke arah beralawanan, membuat Aluna gemas melihat pasangan muda itu. Mereka mencoba menyangkal bahwa sebenarnya mereka mulai merasakan getaran itu.

Aluna terkekeh geli.

***

Menarik nafas kemudian menghembuskannya dengan gusar adalah hal yang sejak awal pagi ini dilakukan oleh Aluna. Pernikahan pertama mungkin mendebarkan tapi pernikahan kedua? Dengan orang yang sama? Sebenarnyalah jauh lebih mendebarkan dan membuat syarafnya kaku danmenegang. Ada begitu banyak kegudahan dan emosi dalam dirinya. Ia merasa takut, namun di lain sisi, ia bahagia. Sangat bahagia. Karena dua hal yang bertolak belakang itu pun, Aluna merasakan kegundahan yang luar bisa.

Sebenarnya, sudah hampir lima belas menit yang lalu ia disuruh segera menuju ruangan aula pernikahannya. Namun kegelisahan wanita itu malah menahannya di ruang make up sendirian, mengingat semua orang sudah duduk dengan sabar sekaligus antuasias di dalam aula sana. Aluna, dengan gaun indah yang panjang serta mengembang itu sedikit terseret ke sana ke mari saat Aluna terus berjalan mondar-mandiri. Sesekali ia mengangguk pasti kemudian berjalan memuju pintu keluar ruang make up itu, namun saat tangannya hendak meraih knop pintu, ia malah menggeleng ngeri dan kembali berjalan ke tempat awalnya, di sebuah sofa. Dan hal labil itu, ia lakukan berkali-kali hingga menit demi menit terlewat. Sudah ia bilang, pernikahan kedua dengan orang yang sama, jauh lebih menegangkan.

Aluna kemudian kembali menangguk tegas, lalu mendekat ke pintu yang ada di ruangan itu. Namun tetap saja, saat tangannya memegang besi dingin pintu ruangan itu, kegundahan kembali menyerang seluruh syarafnya. Aluna meringis kecil, ia bahkan tak tahu apa yang terjadi dengan dirinya sekarang. Ia persis seperti ABG yang akan menikah di usia tepat tujuh belas tahun. Gugup, takut, sekaligus antusias.

Aluna pun yang kembali berjalan ke satu-satunya sofa berukuran tiga orang itu. Ia langsung menjatuhkan bokongnya dengan pasrah ke tengah-tengah permukaan sofa, matanya pun menerawang kosong dengan sedikit kesedihan dan kekecewaan di matanya. Ia benar-benar takut! Tapi ia juga ingin kembali berada di sisi pria yang ia cintai, pria yang mungkin menunggu dengan tak sabaran di aula sana.

Ia benci manifestasi traumanya yang membuatnya ketakutan dan gugup setengah mati seperti sekarang. Ia bahkan mulai merasakan dahinya bermandikan bulir keringat di ruangan yang mempunyai penyejuk ruangan itu. Apa ia harus kembali menyerah?

"Aku tak bisa melakukannya," gumam Aluna pada dirinya sendiri, menunduk karena kecewa akan dirinya sendiri.

"Apa maksudmu?!"

Aluna tersentak mendengar suara yang terdengar marah, kecewa, sedih, sekaligus mencoba tenang itu. Ia melihat Louis dengan raut kalutnya di ambang pintu. Bisa terlihat jelas oleh Aluna, gurat-gurat ketakutan di wajah tampan Louis yang menatapnya sendu.

Louis yang sejak tadi menunggu Aluna memasuki aula untuk kembali memiliki Aluna, mulai merasakan firasat buruk saat sosok wanita yang ia cintai tak muncul-muncul di ambang pintu besar aula itu. Membuat Louis mau tak mau, menyusul Aluna ke ruangan make up dengan takut setelah ia menyuruh tamu yang lain tenang karena mereka menyadari pengantin wanita tak kunjung datang.

Ia pikir wanitanya kabur meninggalkannya. Dan betapa terkejutnya ia mendengar penuturan wanitanya, saat ia memasuki ruangan itu tanpa disadari Louis.

"Louis..."

"Apa yang baru saja kau katakan, Aluna?"

Louis melangkah kakinya dengan lebar ke hadapan Aluna yang sekarang duduk menegang di tempatnya. Ia pun langsung berlutut di hadapan Aluna yang duduk di sofa, menggenggam kedua tangan wanita itu dengan erat dan hangat, menyalurkan semua perasaan cintanya sebisa mungkin.

"Apa maksud perkataanmu tadi, sayang. Kumohon, jangan buang aku lagi. Aku tahu aku pernah mencampakkanmu beberapa kali, serta banyak menyakiti tanpa bisa kuhitung, tapi semua itu kulakukan bukan dengan kesadaran yang benar-benar nyata seperti sekarang. Aku masih muda, bodoh, dan gila saat itu. Tapi sekarang aku sudah melewati begitu banyak ketersiksaan dan menemukan makna hidup yang kucari selama ini. Dan semua itu berkat dirimu. Membuatku sadar dan yakin untuk memilihmu sebagai yang pertama, kedua, dan terakhir. Jadi kumohon, Aluna. Kumohan jangan tinggalkan aku lagi." Louis pun mengusap wajahnya sendiri dengan lembut menggunakan kedua tepak tangan Aluna menggunakan tangannya sendiri. Ia berusaha merasakan kehangatan Aluna sebanyak yang ia bisa.

Suara Louis bergetar serak, membuat Aluna tertegun melihat Louis yang sekarang penutup matanya sebagai bentuk permohonan sekaligus merasakan lembutnya telapak tangannya. Ia bisa melihat jelas, mata Louis tadi berusaha menahan ledakan emosi kesedihannya yang berpotensi menjatuhkan air mata pria itu.

"Louis..." lirih Aluna sendu. "Louis bangunlah, aku tak apa-apa. Aku hanya terkena serangan panik kecil. Aku tak berniat pergi kemana pun. Aku hanya begitu gugup untuk menikah denganmu lagi. Aku tidak benar-benar ingin kabur meninggalmu. Aku hanya sangat gugup," bisikdan kekeh Aluna berusaha membawa tubuh Louis duduk di sampingnya.

Namuna Louis bergeming, membiarkannya terus bersimpuh di hadapan Aluna. Bahkan kepala Louis sekarang sudah berbaring manis di pangkuan Aluna. "Berjanjilah bahwa kau takkan meninggalkanku, apapun yang terjadi, jangan tinggalkan aku, Luna," bisik Louis seperti seorang anak yang meminta ibunya berjanji bahwa mereka akan pergi bermain.

Senyuman kecil Aluna terbit. Ia tak menyangka kata-kata yang pernah Aluna berikan pada Louis saat awal pernikahan mereka dulu, malah berbalik keluar dari bibir seorang Louis Henrick yang tampak ketakutan. Dan ia juga tak menyangka bahwa kalimat itu benar-benar akan terdengar manis dari seorang pria yang berwajah arogan dan datar seperti Louis.

"Aku takkan berjanji sebelum kau menatapku!" perintah Aluna. Aluna pun tersentuh, melihat ketakutan yang terpancar betul di mata Louis. Louis benar-benar terlihat seprti bocah polos yang tak ingin ditinggal ibunya barang sebentar.

"Sekarang berjanjilah," tagih Louis. "Berjanjilah bahwa kau takkan meninggalkanku selamanya. Aku tak perduli kalau kau bilang aku pria pemaksa atau posesif, yang kuinginkan hanya kau. Aku bahkan sudah bersumpah akan terus membahagiakan hingga kau merasa tak menginginkan apapun lagi di dunia ini jika aku bisa memilikimu lagi. Aku akan terus berada di sisimu, menunggumu, menemanimu dan mencintaimu. Jadi kumohon, batalkan pemikiranmu yang berniat meninggalkanku itu. Aku sangat mencintaimu, Luna. Bahkan jika aku dilahirkan kembali, aku hanya ingin kau yang menjadi istriku..."

Rentetan kalimat yang menyiksa Aluna hingga membuatnya ingin menangis terharu, akhirnya terhenti dengan paksa saat Aluna mendaratkan permukaan bibirnya di atas bibir tipis Louis. Aluna menyesapnya kecil sebelum mulai melumat kecil bibir yang terdiam itu.

Tak ada balasan dari bibir Louis yang ia rasakan, namun disaat ia merasakan sebuah tangan kekar menyentuh belakang lehernya, gerakan bibir Louis pun yang kali ini membuatnya terkejut. Bahkan Louis sudah melumat bibir Aluna dengan tak sabar dan mengebu-gebu. Menyalurkan ketakutan serta perasaan bahagia pria itu. Melumatnya dengan nafas yang memburu namun lembut. Memuja setiap bibir manis wanitanya itu.

"Kau curang. Mencuri ciuman pernikahan lebih awal." bisik Louis menyeringai.

Keduanya menyelami manik mata masing-masing yang saling memandang memuja. Lalu kemudian senyum merekah terbit perlahan, hingga suara kekehan keduanya menghangatkan suasana itu.

Louis yang sudah mendapatkan penantian yang selama ini ia cari pun akhirnya berdiri dari simpuhannya. Tangannya terulur pada Aluna yang masih duduk di sofa. "Apa ini artinya anda sudah siap ke pernikahan kita, nona?"

Aluna semakin menarik senyuman di kedua sudut bibirnya, sebelum tangannya menerima uluran itu dan ikut berdiri dari tempatnya. Ia benar-benar sudah yakin sekarang. Ia sadar, yang ia butuhkan sejak tadi hanya Louis yang datang menenangkannya secara langsung.

"Tentu saja," bisik Aluna.

Dengan langkah yang sana, mereka ke luar dari ruangan itu. Saling menggenggam tangan, dan sesekali menoleh untuk melihat wajah bahagia masing-masing. Hingga kemudian tangan mereka semakin menggenggam erat satu sama lain, saat mereka tiba di depan pintu besar ballroom, terdengar banyak suara berisik karena suara obrolan para tamu di dalamnya.

"Kau siap, Luna?" tanya Louis menatap Aluna saat tangannya sudah ada di gagang pintu.

"Siap, Lou." balas Aluna.

Dan hal yang sangat mereka ingat saat membuka kedua daun pintu itu bersama adalah suara orang yang terdiam selama dua detik, sebelum semua ruangan riuh dengan tepuk tangan penuh kebahagian. Siulan menggoda dari para tamu pria teman dekat Louis membuat suasana semakin antusias.

Aluna bahagia, jauh lebih bahagia dari pernikahan pertamanya. Semuanya juga terlihat bahagia. Seryn, Yuri, Ryan, Selena, Ibu angkatnya, Rachel serta Joan, Jun dan bahkan Sophia, terlihat sangat antuasias juga. Sungguh, perasaannya sekarang mengatakan, inilah akhirnya bahagia yang akan terus berjalan hingga waktu yang mungkin akan sangat-sangat lama, bersama Louis. Pria yang paling ia cintai sejak dulu. Dan Louis, ia sekali lagi sudah menemukan tujuan hidupnya yang sebenarnya. Tujuan akan membawanya pada kebahagiaan, bersama Aluna. Wanita yang paling ia cinta hingga akhir khayat nantinya.

Pada akhirnya sebuah cinta akan tetap kembali ke tempatnya yang seharusnya. Tempatnya yang sudah tuhan tujukan sejak awal, bahkan jauh sejak kedua hati itu bertemu. Karena jika kau sudah menemukan cinta sejatimu, rintangan apapun akan tetap membawa cintamu ke tempat berlabuh yang seharusnya, sesuai takdir yang ditetapkan. Bahkan dengan tipu muslihat sekalipun, takdir takkan terkecoh.

Cinta yang sebenarnya tidaklah pernah usai, cinta hanya terkadang terkecoh. Seperti rumahmu sendiri. Pada akhirnya kau akan tetap pulang ke tempat itu, tak perduli sejauh mana, seberapa lama kau pergi dan tersesat, kau akan tetap kembali. Karena di sanalah tempatmu pulang dan merasakan kehangatan yang sesungguh. Seperti Louis yang menjadi rumah bagi Aluna dan Aluna yang menjadi rumah bagi Louis, karena tanpa mereka sadari, langkah mereka sendiri akan membawa mereka pulang ke sisi masing-masing. Untuk saling mencintai.

THE END

*Keep Reading, guys*

Akhirnya setelah penantian panjang kalian. Ceritanya benar-benar berakhir hehehe. Terima kasih yang sudah setia menjadi pembacaku dan maaf karena kalian harus menunggu selama ini. I'm sorry but I love you guys.

Seperti janjiku sebelumnya, setelah AL selesai, aku akan melanjutkan cerita yang berikutnya berjudul LOVER FROM THE HIDDEN SIDE. Part pertamanya akan ku post mulai sabtu malam, minggu ini. Jadi, stay tune dan masukkan cerita itu ke library kalian agar kalian bisa segera mendapatkan notifikasi updatenya.

Dan tenang saja, guys. Kali ini aku berjanji akan menguploadnya setiap minggu tanpa hilang-hilangan lagi. Jadi, jika kalian suka, berikan like dan comment kalian. Karena kalian juga yang membuatku selalu semangat untuk update. Jika kalian silent, diam-diam aja bacanya, aku bisa hilang-hilang juga hahaha. But, other than that I'll keep my promise. So, please check it out.

Oh, iya satu lagi. Jangan lupa mampir di blogku yang tertera di link bio wattpadku ini. Soalnya aku baru memposting hal menarik tentang SOY di sana.

So, this is the end of the story. See you in my other story. Byee~

xoxo

Shan

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top