027 - Barbeque Party

Beruntung Jackson mengatakan 'Tidak apa-apa' saat aku menceritakan apa yang terjadi di rumah, sekaligus memberitahu bahwa Jeff benar-benar ingin ikut bergabung. 

Sebenarnya, aku sangat membenci tentang bagaimana dad memandang masalah ini. Di mana ia memperlakukanku seperti anak kecil yang harus dikawal agar tidak mengulang kesalahan. Bersama Jeff, kurasa mereka saling bekerjasama sebab keduanya sangat menyebalkan, bisa dilihat dari bagaimana kami bertiga di dalam mobil.

Dad bersama Jeff duduk di bagian depan, sedangkan aku di bagian belakang--memilih mogok bicara dengan mereka berdua--seperti anak kucing yang baru saja dipungut di pinggir jalan.

Well, sebenarnya biasa saja tetapi karena kami sedang bermasalah aku jadi menganggapnya dengan sangat berlebihan.

Setelah melewati waktu setengah jam dengan sangat membosankan, akhirnya mobil dad sampai di depan rumah Jackson. Aku pun segera keluar tanpa berpikir untuk mengucapkan hati-hati kepada dad atau sekadar berterima kasih.  Jeff pun segera keluar mengikutiku.

Sedangkan dad, menurunkan kaca mobilnya dan berkata, "Ingat puteriku sayang, kau jangan mengacau, jaga emosimu baik-baik dan jangan terpancing hingga melibatkan perekelahian. Aku sayang padamu, Nak."

Ucapan yang sangat menjijikan jika diucapkan oleh dad, sehingga aku hanya memberikan tatapan jijik kemudian mengedikkan bahu. Dan belum sempat mengatakan apa pun untuk dad, seseorang memanggilku dari arah belakang, hingga membuatku refleks menoleh.

Oh, shit!

Seketika hanya kata itu yang terlintas di benakku. Bagaimana tidak, di saat mood-ku benar-benar buruk Aiden muncul dan memanggil namaku.

"Kau di sini juga?" tanyanya santai, seolah hari ini tidak terjadi apa-apa. "Oh ya, ini, 'kan rumahnya Jackson, tapi ...." Aiden melilitkan kedua lenggan di atas dada, seolah ingin menantang kebohonganku.

"Aku memang berniat untuk istirahat, tapi barbeque tidak bisa ditolak," jawabku sebelum Aiden melanjutkan kalimatnya. "Jadi barbeque lebih penting, daripada kau."

Aiden menaikkan sebelah alisnya. "Oh, oke," ujarnya kemudian melangkah melewatiku.

Sedangkan aku hanya mendengkus kesal karena reaksi Aiden hanya seperti itu. Jujur saja, aku menginginkan sebuah perdebatan sehingga kami memiliki waktu lebih lama untuk berbincang.

Persetan! Dengan keberadaan dad dan Jeff yang memerhatikanku karena saat ini, aku merasa Aiden telah menolakku.

"Aku pergi sekarang," ujarku kemudian melangkah pergi memasuki halaman rumah Jackson.

Dan saat aku melihat bayangan di jalan bersemen, Jeff tampak sedang mengekoriku.

"Kau bisa pergi duluan, daripada mengikutiku seperti ekor." Aku berkata pada Jeff dan berhenti sesaat karena menganggap Jeff sangat menganggu. "Kau tahu, mood-ku benar-benar hancur saat dad menggapku seperti anak kecil lalu mengutusmu untuk menjadi pengawalku."

Bukannya menjawab, Jeff justru merangkul bahuku sambil memberikan permen mentos roll edisi say hello. "Persetan tentang bagaimana dad memandangmu serta alasan mengapa ia menjadikanku sebagai pengawalmu," kata Jeff dengan nada ceria, sembari membawaku menuju taman di samping rumah Jackson. "Okay sister, I know you are very angry with me. However, it's a party and you really like barbecue, so this time, we gotta have some fun."

Lalu tanpa berkata apa pun, Jeff menarikku dengan cara yang sangat langka. Yaitu meletakkan lengannya di leherku kemudian memaksaku agar ikut berlari. 

Tentu saja aku sempat memaki akibat perlakuan barbar Jeff. Namun, tawa Jeff yang tulus untuk menghiburku pun seketika meluluhakan hati hingga Jackson menyambut kedatangan kami dengan semringah.

Oh, ngomong-ngomong ada yang harus kutanyakan saat melihat Jackson.

"Adik dari ibuku datang bersama keluarga, jadi sebagai bentuk menyambut tamu kami melakukan pesta barbeque, lalu aku memutuskan untuk mengundang kalian. Jadi bersenang-senanglah dan jangan heran jika musiknya kebanyakan adalah K-POP."

Refleks, aku memutar mata saat Jackson memberitahu kami tentang hal yang terakhir. Seringkali mengunjungi rumah Jackson, membuatku tidak heran dengan musik dari negeri ginseng tersebut.

"Trims, Jackson. Senang bisa bergabung dengan kalian karena gadis-gadis dari Korea kebanyakan berkulit mulus." Jeff masih saja bersikap mata keranjang, seolah semua gadis akan bertekuk lutut di hadapannya.

"Yeah, sebenarnya tidak semua, Jeff," ujar Jackson yang membuatku ingin menertawai Jeff karena sifat sok tahunya. "Ngomong-ngomong, Megan. Nice hair."

"Kurasa kau sudah tahu bagaimana kejadiannya, jadi tidak perlu memujinya." Aku memutar mata setelah mengucapkan hal tersebut dan diam-diam, menyimpan dendam kepada Aubrey. "Dan ngomong-ngomong juga, apa kau mengundang Aiden ke sini?"

Secepat mungkin Jackson menggeleng. "Dia adalah tamu sepupuku. Aku sendiri bahkan terkejut saat tahu bahwa Aiden temannya Kai, padahal usia mereka terpaut cukup jauh."

"Sepupumu tampak masih muda," Jeff berceletuk, "Kurasa masih seusia kuliah tahun pertama." Lalu kedua mata Jeff melotot, seolah ada sesuatu yang salah. "Dengar, aku mengatakan hal itu bukan berarti aku penyuka sesama jenis, tapi karena aku menyalahkan ucapan Jackson."

"Oh, yeah, kau memang bermata jeli, hingga tahu jika ada barang bagus."

"Sial, bukan seperti itu, Megan!"

"Bukan seperti itu yang artinya kau ingin mencoba hal baru."

"Megan, kau bercanda, ya?!"

Dan terus berdebat hingga kedua lelaki itu menghampiri kami.

Aiden dan Kai, mereka adalah dua lelaki penyegar mata. Sumpah!

"Hai, aku sepupunya Jackson." Kai menyapa kami, sambil membawa dua gelas di tangannya. Di mana jika diperhatikan itu adalah mocktail sky blue. "Kalian bisa memanggilku Kai," katanya lagi sembari mengulurkan tangan kanannya ke arahku.

Serius. Aku tidak mengerti apa maksud Kai, sehingga dengan rasa enggan aku mengambil satu gelas mocktail sky blue yang ada di tangan kanan Kai, lalu bersalaman. Namun, belum sempat melepas gengaman tangan kami, Aiden tiba-tiba mengintrusi dengan memukul tangan kami.

Aku refleks menoleh ke arahnya dan belum sempat mengatakan apa-apa, Aiden juga merebut gelas pemberian Kai dengan menukarkan dengan miliknya.

Bertanya-tanya tanpa suara, aku hanya mampu menatap Aiden dengan segala keterkejuatan yang ia buat.

"Kau itu pacarku, jadi jangan terlalu lama menyentuh lelaki lain dan menerima pemberiannya di hadapanku," ujar Aiden yang refleks membuat kupu-kupu terbang di perutku. "Meskipun dia adalah seorang idol K-POP."

"Idol K-POP?" Jeff bersuara dengan nada bertanya.

"Yeah, aku adalah salah satu idol K-POP di Korea. Jika kalian tahu, nama boy group-ku adalah EXO."

"Err ... sorry, tapi aku benar-benar tidak tahu," kataku yang semakin membuat Aiden cemburu, sebab secara tiba-tiba ia menggeser posisi Jackson dan langsung menggenggam tangan kiriku.

Jujur saja karena ulah Aiden saat ini, mood-ku benar-benar membaik.

"Oke, kupikir sebaiknya kita berkumpul di sana dan bersenang-senang," ujar Jackson yang mana kupikir ia telah sadar bahwa keadaan saat ini sedang tidak baik. "Ingat, kalian bisa memakan apa saja sepuasnya."

"Termasuk memakan gadis Asia berbaju putih gading itu, eh?"

Kedua alisku refleks menyatu saat mendengar ucapan Jeft barusan, begitu juga dengan yang lainnya. Well, kurasa lelucon Jeff saat ini benar-benar garing dan aneh, sehingga tidak balasan sama sekali.

"Err, terserah jika kau ingin menjadi seorang kanibal." Lalu kami pergi begitu saja dan Jeff berteriak bahwa itu adalah lelucon.

Yeah, memang benar, tapi Jeff payah.

***

Ibunya Jackson, Mrs. Robinson yang memiliki paras sangat mirip dengan Jeff, memberikanku sepotong daging yang sedang ia bakar. Aku tersenyum saat menerimanya, di mana saat orang lain harus mengambil sendiri dan aku justru dilayani.

Sedangkan Mr. Robinson, kudengar ia masuk ke dalam rumah untuk mengambil alat pengeras suara. Aku tidak tahu mengapa ia harus mengambil alat itu lagi, di saat suara musik mereka masih jelas terdengar di telinga kami.

Aku menyantap daging bakar yang telah di beri bumbu, pemberian Mrs. Robinson rasanya benar-benar enak dan aku tidak bisa berhenti. Sambil mengunyah, netraku teralihkan untuk memerhatikan sekelompok lelaki keren. Mereka adalah, Aiden, Kai, Jackson, dan Jeff, sependek ingatanku keakraban ini terjadi saat permainan siapa yang lebih dulu dilangsungkan.

"C'mon guys, lets dance and show your love!" Mr. Robinson berteriak nyaring, sambil meletakkan alat pengeras suaranya menyalakan lagu dengan tempo super lambat.

Aku tidak tahu siapa penyanyinya dan judul lagunya, tapi lagu ini romantis karena aku tahu artinya serta menggunakan bahasa Inggris.

Suara riuh tepuk tangan terdengar jelas di telingaku, saat Mr. Robinson mengulurkan tangan ke arah istrinya dan dengan malu-malu mereka adalah pasangan pertama yang berdansa di tengah halaman.

Aku pun tersenyum-senyum melihatnya dan setelah beberapa menit menonton, seseorang juga mengulurkan tangannya ke arahku. Aku menoleh untuk melihat siapa pemiliknya dan dia adalah Aiden.

Sangat tersentak setelah mengetahui siapa yang mengajakku berdansa, maka aku bertanya, "Kau sedang apa?"

Aiden tersenyum dan itu selalu membuatku mabuk kepayang. "Mau berdansa denganku?" Dan tanpa menunggu jawabanku, dia menarik tanganku ke tengah halaman, bergabung dengan para penari lainnya.

Dan suara riuh tepuk tangan, serta ucapan penuh godaan menyambut kami. Hal itu membuatku refleks melihalat ke segala arah, lalu bertanya pada Aiden. "Apa reaksi ini karena kita yang termuda?"

Mengangguk, sambil tertawa kecil, Aiden pun berkata, "Yeah, karena Paman Robinson mengatakan bahwa menarilah untuk menunjukkan cintamu." Wajahku memanas, tidak salah lagi sekarang pasti juga memerah dengan jantung bertalu-talu.

Aiden berdiri di hadapanku, tangan lainnya melingkar di pinggangku dan hanya seperti itu perasaanku pun sudah tak keruan. Ugh! Seharusnya Alma berada di sini, sebagai penasihat.

Ragu-ragu, aku meletakkan tanganku di bahu Aiden dan karena menerima reaksi positif, kami saling tersenyum lebar.

Setelahnya, Aiden menuntunku untuk berdansa mengikuti irama lagu yang super lambat jika dibandingkan dengan deru jantungku.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top